Melirik Sepak Terjang “Sang Penggagas”; Eddy Supriadi, M.Pd

oleh -442 Dilihat
Kepala Dinas Pendidikan Kota Pangkalpinang Eddy Supriadi, M.Pd

“Pandemi Covid-19 telah memberikan gambaran atas kelangsungan dunia pendidikan di masa depan melalui bantuan teknologi. Namun, teknologi tetap tidak dapat menggantikan peran guru, dosen, dan interaksi belajar antara pelajar dan pengajar, sebab edukasi bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan tetapi juga tentang nilai, kerja sama, serta kompetensi yang dibingkai dalam perspektif manajemen pendidikan. ”

Itulah beberapa kalimat pembuka yang disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Pangkalpinang Eddy Supriadi, M.Pd saat ditemui kb.com di ruang kerjanya, Jumat (3/12).

Bicara tentang manajemen pendidikan, tentu bukan perkara baru bagi suami dari Ny. Neli Dahlianti, SE ini. Maklum saja, pria yang akrab disapa Bang Edoy ini merupakan lulusan Magister Administrasi Pendidikan pada Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Baginya, me-manage pendidikan adalah salah satu dari substansi seni dalam memimpin.

Disampaikan Eddy, memberi pendidikan yang baik untuk generasi muda merupakan investasi jangka panjang tak hanya buat orang tua, tetapi juga untuk masa depan bangsa yang lebih baik. Apalagi di era persaingan yang semakin ketat dan perkembangan yang semakin pesat, generasi muda dituntut harus menjadi bagian dari masyarakat global yang berdaya saing tinggi, berwawasan luas, terbuka terhadap dunia, namun tetap rendah hati dengan segala nilai sosial dan keagamaan.

Oleh karena itu lanjutnya, perencanaan pendidikan sejak dini yang dibarengi dengan manajemen serta tata kelola yang baik,  merupakan tanggungjawab seluruh elemen, mulai dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan seluruh stakeholder terkait.

Eddy Supriadi, M.Pd dengan balutan pakaian adat di sela-sela salah satu kegiatan. (foto : istimewa)

“Apalagi di era new normal seperti sekarang, harus kita akui bersama bahwa pengelolaan pendidikan menjadi semakin kompleks. Pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan Nasional, lembaga pemerintah yang terkait, pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan bahu membahu mengerahkan segala resourching yang ada agar tata kelola pendidikan di daerah termasuk di Pangkalpinang bisa lebih baik, humanis dan berdaya guna,” ungkap ayah 5 anak ini.

Pangkalpinang lanjut Eddy, yang juga berstatus sebagai Ibu Kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, memiliki dinamika dan tantangan tersendiri dalam pengelolaan di bidang pendidikan. Berkenaan dengan itu, ketika ia dipercaya dan diberikan amanah menjadi Kepala Dinas Pendidikan, 3 hal prinsip yang selalu menjadi landasan berpikir dan bertindak baginya adalah Motivasi, Inovasi dan Prestasi.

“Saya menganggap 3 hal ini menjadi sangat penting. Motivasi misalnya. Sebagai pimpinan di instansi, saya tentu harus cerdas dan pandai dalam memberikan motivasi kepada seluruh SDM pendidikan, mulai dari bawahan saya di dinas, kepala sekolah, tenaga pengajar serta seluruh SDM di sekolah negeri maupun swasta, organisasi yang bergerak di bidang pendidikan dan peserta didik tentunya. Pengejawantahan dari motivasi ini kan bermacam-macam. Supervisi yang baik kepada bawahan, kemudian bentuk lain dari wujud motivasi ini bisa juga kebijakan yang tepat dan memberi semangat, yang kemudian akan bermuara pada hangatnya tata kelola pendidikan di Kota yang kita sayangi,” papar pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan di Kabupaten Bangka Selatan ini.

Aspek lainnya, masih lanjut Eddy, yakni Inovasi. Bagi sosok yang memiliki moto hidup “Bersyukur dan Bersabar” ini, inovasi adalah substansi yang paling penting dalam setiap pelaksanaan tugas terutama bagi seorang aparatur maupun pimpinan instansi seperti dirinya. Inovasi baginya adalah “urat nadi” dalam rangkaian gerak kebijakan pendidikan terutama di era teknologi dan persaingan seperti sekarang ini.

Masih ingat di benak kita, ketika awal pandemi beberapa tahun lalu, dunia pendidikan seperti dihantam “badai” besar. Bagaimana tidak, rutinitas pendidikan baik dari sisi penganggaran, pola pembelajaran, dan aspek-aspek lain mengalamai pergeseran pola dan gaya secara perlahan. Muncul cara-cara belajar baru yang kemudian harus disesuaikan dari sisi kebijakan, harus ada penyesuaian dari peserta didik, tenaga pendidik, hingga manajemen sekolah dan sebagainya.

Singkatnya, dunia pendidikan kita kala itu sedang “tidak baik-baik saja”. Bahkan dengan segala sumber dayanya, Pemerintah menerbitkan berbagai kebijakan untuk mempermudah proses pembelajaran sekaligus mempertahankan kualitas serta hasil pembelajaran. Tapi apakah cukup dengan hanya sebatas pendidikan saja?

Di sinilah “tangan dingin” Eddy bekerja dan bertindak. Berbagai gagasan baru dalam upaya penyesuaian pembelajaran di sekolah, mulai dari cara dan pola belajar, tata kelola, penerimaan siswa baru, pemanfaatan teknologi berbasis aplikasi serta kebijakan lain yang arif mulai diterapkan. Bersama dengan Tim Hebat yang ia pimpin di dinas maupun di sekolah, berbagai tantangan di masa awal pandemi saat itu dapat dilewati dengan baik.

“Kalau dibilang berat, tentu saja. Yang kita hadapi saat itu pandemi! tidak mudah. Bersyukur Pemerintah gerak cepat, Pemerintah Daerah, Kepala Daerah dan seluruh elemen pun responsif. Berbahagianya lagi, saya memiliki tim hebat yang ada di Dinas Pendidikan maupun sekolah-sekolah di Pangkalpinang. Dengan kolaborasi serta elaborasi yang baik, beerbagai inovasi kita keluarkan dan terapkan di sekolah-sekolah. Intinya, motivasi adalah input, inovasi adalah output dan prestasi adalah goal yang harus kita capai ,” tukas pria kelahiran Toboali ini.

“Sang Penggagas”, sekiranya gelar itu layak disematkan kepada Eddy. Bagaimana tidak, berbagai gagasan kebijakan baik yang bersifat formal maupun informal telah ditetapkan dan dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kota Pangkalpinang.

Saat disinggung kb.com tentang bagaimana kebijakan Eddy terkait kompetensi guru di era teknologi seperti sekarang ini, ia menjabarkan perspektifnya dengan sangat baik. Menjadi guru di zaman yang rentan, tak pasti, rumit dan membingungkan (volatile, uncertain, complex, ambiguous-VUCA) seperti sekarang ini jelas Eddy, membutuhkan lebih dari sekadar niat baik, kesabaran, dan penguasaan pengetahuan. Perkembangan dunia digital mensyaratkan kerelaan dan kemampuan penguasaan serta pengelolaan atas intervensi  teknologi di ruang belajar.

Guru masih menurutnya, dianggap sebagai profesi nyaris ‘suci’ yang hampir selalu menuntut kesempurnaan. Ekspektasi yang tinggi selalu ditimpakan pada guru, terutama jika berkaitan dengan kebutuhan pendidikan anak bangsa yang berkualitas sehingga guru ialah rujukan bagi kompas moral dan intelektual. Guru merupakan sosok yang dapat digugu, mewakili keluasan wawasan intelektual sehingga guru layak dijadikan base line dalam kemajuan pembangunan.

“Intinya peran guru tak tergantikan. Memperhatikan kondisi dan potensi guru-guru kita saat ini, setidaknya terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru di luar kompetensi dasar. Pertama, informasi dan literasi data. Kompetensi ini meliputi kemampuan mencari, memilih, memilah, menyeleksi, mengevaluasi dan mengelola data serta informasi. Kedua, komunikasi dan kolaborasi, yang meliputi keterampilan berinteraksi, berbagi, terlibat dan bekerja sama melalui teknologi digital. Ketiga, kemampuan menciptakan konten digital, berkaitan dengan berbagai keterampilan pengembangan, integrasi, dan reelaborasi konten digital. Terakhir, kemampuan memecahkan dan mengatasi persoalan secara teknis, mampu mengidentifikasi kebutuhan dan respons teknologi yang diperlukan serta kreativitas dalam penggunaan teknologi digital. Kalau hal -hal tersebut sudah dimiliki seorang guru, saya yakin masa depan pendidikan kita bisa lebih baik,” pungkas Eddy.

Sosok yang pernah aktif dan berkecimpung di organisasi PGRI dan BAPOPSI ini berharap, kendati di era pandemi seperti sekarang, upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi guru dapat terus berlanjut. Di sisi lain, para guru diharapkan legowo membuka diri dan tidak alergi untuk terus mengembangkan kompetensi digitalnya sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan menarik, kreatif, dinamis dan tentunya harus bermuara pada peningkatkan kualitas pendidikan bagi generasi muda kita di kemudian hari.

“Ini pesan saya kepada tenaga pendidik dan peserta didik di Pangkalpinang. Jika mengutip pemikiran Mahatma Gandhi, “Hiduplah seolah-olah kamu akan mati esok. Belajarlah seolah-olah kamu akan hidup selamanya”. Jadi no debat! Bagi saya pendidikan adalah bagian terpenting dalam sendi-sendi pembangunan, terutama dalam mewujudkan SDM yang handal dan berkarakter. Semoga! ” tutup Eddy. (dom007)

Biodata Eddy Supriadi. (dom007)

No More Posts Available.

No more pages to load.