5 Tradisi Unik Masyarakat Belitung! Yuk, Kepoin

oleh -221 Dilihat

Pangkalpinang – Kilas Babel – Masyarakat Indonesia memiliki jejak leluhur yang panjang dan kemudian menghadirkan rangkaian tradisi. Sebagai sebuah tradisi maka ada rutinitas yang dilakukan masyarakat setempat untuk menjaga kelestariannya.

Di negeri Laskar Pelani Belitung, kita juga bisa menjumpai beberapa tradisi dari leluhur yang masih dilestarikan sampai sekarang. Beberapa tradisi yang ada di Belitung ini sendiri terbilang unik dan menarik untuk disaksikan. Dari adanya beberapa tradisi unik dan menarik tersebut, maka Anda yang sedang berlibur ke Belitung bisa menjadikannya sebagai sebuah tontonan sehingga membuat kesan yang bermakna. Nah, berikut ini adalah beberapa tradisi unik dan menarik yang sangat disayangkan bila dilewatkan begitu saja.

1. Bedulang

Tradisi Bedulang

Pertama, tradisi unik dan menarik yang bisa kita saksikan di Belitung adalah Bedulang atau ada yang menyebut Nganggung. Bedulang sendiri merupakan tradisi makan bersama di Belitung yang sudah mengakar sejak lama. Pada mulanya Bedulang adalah tradisi makan berasama di keluarga Belitung dimana sang ibu dan anak yang menunggu ayah untuk makan bersama setelag selesai bekerja menambang timah. Namun seiring waktu, tradisi Bedulang ini sedikit bergeser.

Jadi sekarang Bedulang dilakukan pada orang-orang tertentu dan juga pada acara-acara tertentu seperti acara adat atau acara besar keagamaan. Dalam tradisi makan Bedulang ini ada beberapa hal yang menjadi ciri khas seperti sebuah tudung saji yang biasanya berwarna merah dan juga pastinya kebersamaan. Dalam Bedulang ini memang kegiatan makan ini dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa orang yang duduk lesehan dan saling berhadap-hadapan.

Nah, makanan berupa nasi dan lauk pauk yang akan dimakan ini akan ditutup sebuah tudung saji yang umumnya berwarna merah. Ciri khas lain yang bisa dikenali dari tradisi Bedulang ini adalah saat akan menyantapnya. Jadi dalam Bedulang, yang membuka tudung saji ini harus orang yang paling tua. Sementara itu yang mengambil makanan adalah orang yang paling muda sebagai wujud penghormatan kepada yang tua. Dalam bedulang ini biasanya ada 6 piring yang terdapat berbagai lauk pauk di mana di tengahnya ada mangkuk berisi makanan berkuah. Untuk jenis atau menu makanan yang disajikan dalam Bedulang ini berbeda-beda tergantung tempatnya. Dan dalam satu paket nasi bedulung ini biasanya bisa disantap untuk 4 orang.

2. Berebut Lawang

Tradisi Berebut Lawang

Bila pada masyarakat Betawi di Jakarta ada tradisi berbalas pantun bernama Palang Pintu, maka di Belitung kita mengenal tradisi Berebut Lawang. Masyarakat Belitung yang juga termasuk ke dalam rumpun Melayu memang sudah akrab dengan pantun. Nah dari sini maka kemudian muncul tradisi Berebut Lawang.

Tradisi Berebut Lawang ini sendiri hampir sama dengan Palang Pintu yang hadir diacara hajatan pernikahan. Jadi ketika rombongan pengantin pria datang ke rumah pengantin wanita, maka sebelum masuk ke rumah calon istri maka pihak perwakilan mempelai laki-laki harus beradu pantun dengan pihak mempelai wanita.

Bedanya dengan Palang Pintu, dalam Berebut Lawang, perwakilan pengantin pria ini diharuskan untuk beradu pantun sebanyak tiga kali. Adu pantun pertama, perwakilan pengantin pria melakukannya di halaman rumah sang calon istri. Untuk pantun pertama ini sendiri haruslah yang berisi pengenalan calon suami dan keluarganya ke pihak calon istri. Setelah lolos, perwakilan pengantin pria kembali harus beradu pantun di pos kedua tepat di depan pintu masuk rumah mempelai perempuan.

Di pos kedua ini adu pantun yang dilancarkan adalah pantun yang berisi ucapan salam pada pemilik rumah. Tantangan adu pantun ketiga kembali harus dihadapi rombongan mempelai pria saat berada di depan kamar pengantin wanita. Tidak hanya berpantun, pada setiap pos adu pantun yang dilewati, pihak rombongan pria juga diharuskan memberikan ‘uang perayu’ untuk kelancaran jalannya pernikahan.

Tradisi Betiong

Berikutnya, tradisi unik dan menarik yang bisa kita jumpai di Belitung adalah Betiong. Betiong sendiri adalah cara menyampaikan syair melayu yang bercerita tentang masa lalu dan diiringi dengan musik tradisional. Beberapa alat musik tradisional yang digunakan untuk melakukan Betiong ini adalah empat buah gendang, tawak-tawak dan piul (biola). Seni bersyair yang mirip dengan begambus ini umumnya dilakukan pada masa perayaan hasil panen atau acara-acara adat selama semalaman.

4. Buang Jong

Tradisi Buang Jong

Bila Anda suka mendatangi pantai di Belitung, maka jangan lewatkan tradisi Buang Jong. Jong sendiri memiliki arti kapal kecil, sedangkan buang artinya membuang ke laut. Dari sini maka bisa dinyatakan bahwa Buang Jong ini merupakan tradisi larung laut dengan membuang jong atau perahu kecil ke lautan.

Tradisi yang pertama kali dilakukan Suku Sawang yang hidup di lautan ini memang kemudian mengakar pada masyarakat Belitung, terutama yang tinggal di kawasan pantai. Dalam jong atau perahu kecil ini ada beberapa sesaji yang telah diberi doa dan tertutup oleh sebuah ancak (kerangka bambu berbentuk rumah).

Tradisi Buang Jong sendiri dilakukan dalam rangka meminta keselamtan, perlindungan serta keberkahan ketika melaut dan mencari ikan. Untuk bisa menyaksikan Buang Jong, Anda bisa datang ke Belitung antara bulan Agustus hingga November. Antara bulan-bulan tersebut ketika bertiup angin musim Barat maka bila beruntung Anda akan mendapati Festival Buang Jong yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah setempat.

Karena biasanya Festival Buang Jong ini digelar di Pantai Mudong, maka untuk bisa menyaksikannya Anda harus pergi ke pantai tersebut. Secara keseluruhan, tradisi Buang Jong ini akan dilaksanakan selama waktu 3 hari 3 malam. Nantinya setelah puncak Buang Jong berupa larung laut ini dilakukan maka selama tiga hari ke depan maka nelayan dilarang untuk melaut terlebih dahulu.

5. Betare

Tradisi Betare

Terakhir, tradisi pada masyarakat Belitung yang unik dan menarik untuk disaksikan adalah Betare. Betare adalah sebuah tuntunan adat di Belitung untuk meminta restu atau izin. Betare sendiri dilakukan pada orang yang dituakan atau memiliki kewenangan seperti kepala kampung, kepala keluarga atau juga kepala suku dan lainnya. Dengan melakukan Betare maka seseorang dianggap telah berlaku patuh dan adab serta bermartabat.

Namun bila Betare ini tidak dilakukan maka membuat seseorang dianggap tidak beradab dan kurang bermartabat. Setelah Betare ini dilakukan, maka orang yang dituakan tadi akan memberikan restu dan do’anya kepada orang yang memintanya. Tak jarang orang yang dituakan tadi juga akan memberikan pesan atau nasehat. Tujuan dari tradisi Betare yang sudah dilakukan secara turun-temurun ini sendiri adalah sebagai sikap hormat dan menghormati. Tidak hanya menjaga hubungan sesama manusia, ternyata Betare ini juga berkaitan dengan makhluk dan alam lain serta spiritualitas kepada sang pencipta. Begitu pentingnya Betare dalam tradisi masyarakat Belitung ini membuat siapa yang melanggarnya maka diyakini akan ada musibah tak terduga (tekenak balak). Dan keyakinan ini ternyata masih terus dipahami oleh masyarakat Belitung secara turun-temurun. (mg2)

 

Sumber : https://www.belitungisland.com/

Foto : https://www.belitungisland.com/

Editor : Ghenies

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.