KILAS BABEL.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan curah hujan tahun ini sedikit lebih rendah dibanding 2021. Namun, masyarakat tetap diingatkan untuk mewaspadai ancaman bencana hidrometeorologi.
“Meski curah hujan tahun 2022 diprediksi sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2021 lalu, namun pemerintah dan masyarakat harus tetap mewaspadai potensi terjadinya bencana hidrometeorologi,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Senin (10/1) malam.
Dwikorita menjelaskan kewaspadaan terhadap ancaman utamanya di daerah yang diprediksi memperoleh curah hujan bulanan di atas normal. Pada Januari, kondisi ini di antaranya diperkirakan terjadi Sumatera bagian tengah hingga utara, Kalimantan bagian timur dan utara, Jawa bagian barat, sebagian Sulawesi, Nusa Tenggara bagian timur, Maluku dan Papua pada bulan Januari.
Pada Februari, curah hujan di atas normal diperkirakan terjadi di sebagian Sumatera, sebagian Jawa, Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku bagian utara dan Papua pada bulan Februari. Dan pada Maret, prediksi serupa untuk wilayah Sumatera bagian utara, Jawa, Kalimantan bagian utara, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan sebagian Papua.
Pemetaan Dampak Iklim
“Dampak negatif dan positif yang disebabkan oleh iklim harus tetap dipetakan. Kondisi curah hujan di atas normal dapat dimanfaatkan untuk kecukupan kebutuhan sumber daya air, sektor pertanian, dan sektor kehutanan,” sebut Dwikorita seperti dilansir Antara.
Terkait dampak negatif, tambah Dwikorita, pemerintah daerah dan masyarakat harus mewaspadai, mengantisipasi dan melakukan aksi mitigasi guna menghindari dan mengurangi risiko bencana hidrometeorologi.
Untuk jangka panjang, lanjut Dwikorita, pemerintah perlu melakukan evaluasi dan penyempurnaan tata ruang dan tata kelola air dengan mempertimbangkan pengaruh dan dampak perubahan iklim, baik pada tingkat global, regional dan lokal, sebagai langkah antisipasi terhadap semakin meningkatnya frekuensi dan intensitas multibencana hidrometeorologi.
Tren Kenaikan Suhu
Sementara dalam hal tren suhu, Dwikorita mengungkapkan bahwa suhu tahun 2022 akan jauh lebih tinggi dibanding rata-rata normalnya (sebesar 26,6 °C). Tren kenaikan suhu juga terjadi secara terus-menerus di Indonesia.
Namun, rekor tahun terpanas masih diduduki tahun 2016 dengan nilai anomali sebesar 0,8°C sepanjang periode pengamatan 1981 hingga 2020.
Suhu udara rata-rata tahunan 2021 ialah 27,0°C dan menempati urutan ke-8 tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0,4°C. Tahun 2020 dan 2019 menempati urutan kedua dan ketiga tahun terpanas dengan nilai anomali masing-masing sebesar 0,7° dan 0,6°C.
Sumber : merdeka.com
Foto : ilustrasi (climate4life)
Editor : Leona