KILAS BABEL.COM –Kampung miliarder di Tuban, Jawa Timur sempat viral pada Februari 2021. Saat itu sebuah video merekam beberapa unit yang diangkut truk sedang antri di jalanan Desa Sumurgeneng. Menurut Kepala Desa Sumbergeneng, Gihanto ada sekitar 176 mobil baru yang dibeli warga desanya. Mobil yang dibeli beragam, mulai dari Kijang Innova, Honda HRV, Pajero hingga Honda Jazz.
Namun setelah hampir setahun berlalu, kabar tak mengenakkan datang dari kampung miliarder tersebut. Bahkan ada warga yang telah mendapakan uang miliaran rupiah, harus menjual sapi miliknya untuk kebutuhan hidup sehari-sehari.
Berikut 7 fakta kampung miliarder di Tuban dikutip dari kompas.com:
1. Keberadaan kilang minyak sempat ditolak
Kilang minyak di Kecamatan Jenu, Tuban tersebut merupakan proyek gabungan antara Pertamina dan Rosneft, perusahaan minyak dan gas asal Rusia. Perusahaan gabungan itu dinamai PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia. Berdasarkan kepemilikannya, Pertamina memiliki saham mayoritas dengan 55 persen, sisanya ialah saham Rosneft.
Proyek bernilai Rp 211,9 triliun itu ditargetkan bisa beroperasi pada 2026. Rupanya, proyek kilang minyak ini sempat mendapat pertentangan. Penolakan pernah dilakukan warga pada tahun 2019 karena mereka merasa harga pembebasan lahan belum cocok.
Pertamina akhirnya menempuh upaya konsinyasi melalui Pengadilan Negeri (PN) Tuban untuk mendapatkan lahan yang tersisa pada November 2020 lalu. Dari 70 KK itu, sekitar 50 KK awalnya menolak keras menjual tanah untuk pembangunan kilang minyak new grass root refinery (NGRR). Setelah menemukan kecocokan, kini tanah mereka dibeli dengan harga bervariasi dan bernilai miliaran. Bahkan ada yang mendapatkan uang di atas Rp 20 miliar.
2. Beramai-ramai beli mobil Setelah menerima uang ganti untung, fenomena menarik muncul.
Warga satu desa di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur menjadi beramai-ramai membeli mobil secara bersamaan. Tak tanggung-tanggung, terhitung ada 176 mobil yang dibeli. Bahkan ada satu orang yang membeli dua hingga tiga mobil. Rata-rata warga membeli Innova, Pajero, HRV hingga Honda Jazz. Kepala Desa Sumbergeneng Gihanto mengatakan, warga rata-rata mendapatkan uang Rp 8 miliar.
Bahkan ada warga Surabaya yang menerima Rp 26 miluar dan 38 miliar atas kepemilikan beberapa hektare lahan di desa tersebut.
3. Kades sempat khawatir
Kepala Desa (Kades) Sumurgeneng Kecamatan Jenu, Gihanto sempat mengungkapkan rasa kekhawatiran usai warganya terima miliaran rupiah dari penjualan tanah. “Ada rasa kekhawatiran karena sedikit yang dibuat usaha,” kata Kades ditemui di rumahnya, Selasa (16/2).
Dia menjelaskan, di desanya ada sekitar 840 KK, namun yang tanahnya dijual untuk kebutuhan lahan GRR sekitar 225 orang. Nilai tanah di sekitar lokasi dihargai Rp 600.000 hingga Rp 800.000, lebih jauh tinggi di atasnya dibanding harga semula Rp 100.000 hingga Rp 150.000. Rata-rata yang menjual tanahnya, 90 persen untuk beli mobil, 75 persen untuk beli tanah, 50 persen untuk bangun rumah. Sementara hanya sedikit yang menggunakannya untuk usaha.
4. Beli 3 mobil hingga bangun TPA
Salah satu sosok miliarder baru adalah Siti Nurul Hidayatin. Ia mendapatkan uang Rp 18 miliar dari pembebasan lahan 2,7 hektar. Uang yang ia dapatkan digunakan untuk membeli 3 mobil, deposito, serta banguan Taman Pendidikan Anak (TPA) dan usaha “Dua mobil yaitu innova dan HRV, lalu ada mobil pickup buat usaha. Bangun TPA dan Deposito juga,” beber Nurul ditemui di rumahnya, Rabu (17/2).
Rencananya, ibu satu anak tersebut akan membuat konveksi dan ternak ayam petelur. Namun usahanya belum terwujud.
Selain itu, ia juga akan memberangkatkan 9 anggota keluarganya termasuk suami, sepupu hingga orangtuanya.
5. Kini jual ternak untuk penuhi kebutuhan Namun saat aksi di kantor Pertamina Grass Root Revenery Tuban pada Senin (24/1/2022) terungkap fakta baru. Musanam (60), warga Desa Wadung, Kecamatna Jenu yang menerima uang ganti untung miliaran rupiah terpaksa menjual beberapa ekor sapi miliknya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. “Dulu punya enam ekor sapi mas, sudah tak jual tiga untuk hidup sehari-hari dan kini tersisa tiga ekor saja,” kata Musanam, kepada Kompas.com, Senin (24/1). Ia mengaku kala itu terbuai dengan janji PT Pertamina yang akan memberikan pekerjaan dalam proyek pembangunan kilang.
Beri Tuntutan Ke Pertamina
Aliansi warga enam Desa yaitu Wadung, Mentoso, Rawasan, Sumurgeneng, Beji dan Kaliuntu, Kecamatan Jenu, berunjuk rasa di kilang minyak pertamina grass root refinery (GRR), Senin (24/1).
Sekitar 100 massa yang melibatkan karang taruna enam desa di wilayah ring perusahaan itu, menyoal PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PT PRPP) yang dinilai tidak kooperatif. Mereka berasal dari desa miliarder yang sempat viral setahun lalu karena warganya membeli 176 mobil setelah mendapatkang ganti untung yang angkanya hingga miliaran rupiah.
Saat aksi, para pengunjuk rasa membawa lima tuntutan yang ditujukan pada perusahaan patungan Pertamina dan Rosneft asal Rusia. Lima tuntutan tersebut diungkapkan korlap aksi, Suwarno.
Pertama, memprioritaskan warga terdampak terkait rekruitmen security (keamanan, red). terdampak. Kedua, semua vendor yang ada di pertamina di dalam rekruitmen tenaga kerja harus berkoordinasi dengan desa.
Ketiga, sesuai dengan janji dan tujuan pembangunan, pertamina harus memberi kesempatan dan edukasi terhadap warga terdampak.
Keempat, jika pertamina bisa mempekerjakan pensiunan yang notabennya usia lanjut, mengapa warga terdampak yang harusnya diberdayakan malah dipersulit untuk bekerja dengan dalih pembatasan usia.
Kelima, keluarkan vendor maupun oknum di lingkup project pertamina yang tidak pro terhadap warga terdampak.
“Aksi ini adalah buntut dari ketidak terbukaan pertamina terhadap desa di ring perusahaan, kita mendesak tuntutan direalisasikan,” ujarnya kepada wartawan.
Presiden direktur jawab protes warga Menanggapi tuntutan warga, Presiden Direktur PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP), Kadek Ambara Jaya mengatakan jika pihak perusahaan berkomitmen untuk proaktif melibatkan tenaga lokal dalam proses pembangunan Kilang GRR (Grass Root Refinery) Tuban, Jawa Timur.
Kadek menyebut, hingga land clearing atau pembersihan lahan tahap ke-3 yang diselesaikan pada tahun 2021 lalu, Kilang GRR Tuban telah melibatkan lebih dari 300 pekerja dan 98 persen di antaranya adalah warga lokal sekitar proyek. “Pelaksanaan pekerjaan land clearing tahap ke-1 hingga ke-3 sendiri telah melibatkan lebih dari 600 warga sekitar proyek,” kata Kadek, Selasa (25/1).
Kadek menambahkan, setiap tahapan proses rekrutmen diketahui oleh para pemangku kepentingan, termasuk pejabat pemerintah setempat.
“Kami terus berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat lokal seperti tahun sebelumnya,” jelasnya.
Menurutnya, untuk kebutuhan tenaga kerja yang memerlukan kompetensi tertentu, pihaknya akan melakukan seleksi sehingga nantinya akan diperoleh putra daerah sebagai calon pekerja yang sehat jasmani dan rohani, disiplin, profesional, kompeten serta berdedikasi tinggi.
“Ini merupakan harapan besar kami bahwa para calon tenaga kerja yang kami rekrut dapat menjadi representasi warga Tuban yang membanggakan,” tuturnya.
Sumber : kompas.com
Foto : liputan6.com
Editor : Leona