KILAS BABEL.COM – Kelangkaan minyak goreng di pasaran yang terjadi di Sungailiat dan sekitarnya mulai dikeluhkan oleh masyarakat. Bahkan pantauan media ini di beberapa retail modern dan warung kelontong serta dua pasar yakni Pasar Kite dan Pasar Higienis Air Ruay, stok minyak goreng dinyatakan kosong diakibatkan belum adanya pasokan.
Parahnya lagi, kebijakan pemerintah terkait harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp14.000, nyatanya tidak berlaku. Beberapa toko grosiran kecil dan sedang yang ada di Kota Sungailiat bahkan membandrol harga minyak goreng kemasan di kisaran Rp 15.000 sampai dengan Rp17.000.
Salah satu pedagang pempek, Ermala (55), warga Karya Makmur Kecamatan Pemali bahkan kepada kilasbabel.com , Selasa (1/3) mengaku, dirinya sudah menyusuri beberapa toko dan warung untuk mendapatkan minyak goreng. Namun usahanya sia-sia.
“Sudah keliling saya cari, mulai dari Air Ruay sampai pasar Sungailiat. Kata yang punya toko, stok kosong. Karena saya harus dagang, usaha harus jalan terus, terpaksa saya beli minyak goreng dengan harga yang cukup mahal dari kebijakan pemerintah. Itu pun cuma dapat 2 liter karena harus berbagi dengan pembeli yang lain,” ungkap Ermala.
Hal serupa dikatakan Meta (34). Ia mengaku, hingga Senin (28/2) sore, dirinya bersama suami sudah berkeliling ke beberapa retail untuk mendapatkan minyak goreng. Namun dari keseluruhan retail yang dikunjungi, stok minyak goreng sudah kosong.
“Habis katanya. Indomaret, Alfamart bahkan yang minimarket lokal semua kosong. Kami terpaksa beli harga yang agak tinggi dan itu juga dapatnya di toko kelontong kecil ga jauh dari rumah,” tutur Meta.
Pengelola Rumah Makan Mulai Teriak!
Tak hanya masyarakat dan pedagang kecil, pengelola rumah makan dan warung cepat saji seperti Warung Jogja juga mengeluhkan kondisi langkanya minyak goreng di Sungailiat.
Kandar, owner Warung Jogja Sungailiat kepada kilasbabel.com, mengaku cukup kesulitan dengan kelangkaan minyak goreng tersebut. Maklum saja, per hari warung cepat saji yang ia kelola harus menghabiskan minyak goreng belasan liter.
“Ya agak kesulitan juga lah. Kalau toko langganan kita stok nya tersedia, kita agak tenang. Tapi kalau stok tidak ada, ini yang jadi masalah. Kita harus cari dan dapat minyak biar usaha bisa tetap jalan,” ungkap Kandar.
Pria paruh baya ini mengaku, atas kelangkaan minyak goreng yang terjadi tersebut, ia dan para pekerjanya terutama di bagian dapur harus putar otak. Salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan minyak goreng sehemat mungkin.
“Harus hemat karena minyak terbatas. Tapi biar hemat, kita juga harus jaga kualitas juga. Kalau minyak sudah digunakan berkali-kali kan tidak sehat juga dan tidak higienis. Makanya sehemat-hemat mungkin,” tutur Kandar.
Pemilik warung yang sudah menyandang Sertifikat Halal dari MUI ini mengaku, harus melakukan penyesuaian harga atas kelangkaan minyak goreng tersebut. Penyesuaian harga tersebut, aku Kandar dilakukannya untuk menyeimbangkan produksi dan keuntungan.
“Mau tidak mau kita lakukan penyesuaian lah. Untuk saran ke pemerintah, yah tolong dicarikan solusi secara cepat. Karena kalo terlalu lama kondisinya seperti ini, kita agak kesulitan juga,” ungkap Kandar.
Kandar, Ermala dan banyak pedagang lain di Sungailiat berharap, pemerintah dapat segera menggelar operasi pasar guna mengantisipasi kelangkaan minyak goreng tersebut. Apalagi awal bulan April mendatang, sudah memasuki bulan Ramadhan dan rangkaian hari besar Idul Fitri.
Foto : head (suara.com)
Editor : Leona