Inspiratif! Pedagang Sayur Ini Sukses Kuliahkan Anak Hingga S2 dan Jadi Imam Masjid di AS

oleh -236 Dilihat

KILAS BABEL.COM – Siti Narimah, 70, yang merupakan pedagang sayur ini tidak pernah menyangka anaknya bisa berkuliah S2 di Amerika Serikat. Tidak datang secara tiba-tiba, ada banyak kisah inspiratif pedagang sayur ini hingga sang anak bisa menempuh pendidikan tinggi.

Perempuan yang biasa disapa Mak Cut asal Lampasi Aceh Besar ini biasanya memulai aktivitas selepas Subuh. Dia mengawali pagi dengan pergi ke pasar tradisional Lampasi. Di pasar itu Mak Cut berbelanja aneka sayur mayur yang akan dijual kembali di depan rumahnya.

Pekerjaan sebagai tukang sayur yang awalnya menjajakan dari pintu ke pintu dilakoni sejak dia menikah hingga awal 1990-an. Kemudian Mak Cut berjualan di pasar pagi, Banda Aceh. Karena faktor usia, aktivitas berjualan kini dilakukan di kios depan rumahnya.

Suaminya Ridhwan K. meninggal menjadi korban konflik Aceh pada Januari 2004. Kepergian suami menjadikan Mak Cut menjadi satu-satunya tulang punggung ekonomi keluarga. Dia pun harus berjuang membesarkan, menyekolahkan, sampai menghidupi tujuh anaknya.

Salah satu anaknya, Aula Andika Fikrullah Al Balad, kini tengah menempuh pendidikan S2 di di Instructional Technology, Lehigh University, Bethlehem, AS.

”Rezeki tidak pernah tertukar. Insya Allah, besok Allah gantikan dengan yang lebih baik. Karenanya, kalian harus sekolah setinggi mungkin. Berpendidikan dan jadi orang baik,” itulah pesan Mak Cuk kepada anak-anak mereka sebagaimana dikutip dari laman Sahabat Keluarga Kemendikbud, beberapa waktu lalu.

Mak Cut dan almarhum suaminya memang buta huruf, namun mereka tak pernah membiarkan anak-anaknya mengalami hal yang sama. Segala usaha ditempuh untuk menjadikan anaknya berpendidikan dan berprestasi.

Aula dengan segara keterbatasan ekonomi keluarga mampu mencetak segudang prestasi sejak menempuh pendidikan SD sampai kuliah di Universitas Syah Kuala Aceh. Kisah inspiratif dari pedagang sayur ini terlihat saat Aula akan masuk SD. Mak Cut tidak memiliki uang untuk bisa mendaftar sekolah.

Jaminan Juara Kelas

”Saya tidak mampu untuk membayar uang masuk. Saya hanya punya jaminan. Jika selama sekolah Aula tidak meraih juara kelas, juara di aneka perlombaan di sekolah atau luar, dan berperilaku tidak baik. Silakan dikeluarkan. Saya menerima itu. Tapi beri anak saya kesempatan untuk sekolah dan membuktikan itu,” tegas Mak Cut.

Pernyataan Mak Cut itu terbukti. Aula menjadi juara kelas sejak awal masuk sampai tamat. Dia juga menjuarai aneka perlombaan dalam dan luar sekolah serta berbagai kegiatan ekstrakurikuler lainnya.

Dia kemudian melanjutkan sekolah di SMPN 5 Banda Aceh dan selalu menjadi juara kelas sampai mengikuti berbagai lomba seperti olimpiade fisika dan public speaking. Selepas SMP, Aula ingin melanjutkan pendidikan SMA, namun Mak Cut terkendala biaya.

”Saya hampir kehilangan kesempatan belajar di bangku sekolah menengah atas dikarenakan ibu tak memiliki uang untuk melunasi uang pendaftaran ulang. Ibu saat itu sudah pasrah. Angka satu juta tentu sangat besar bagi seorang tukang sayur sepertinya,” cerita Aula mengenang kisah inspiratif ibundanya yang jadi pedagang sayur itu.

Namun berkat dukungan anggota keluarga lainnya uang daftar ulang terpenuhi. Kakaknya membantu biaya masuk sekolah di MAN 2 Banda Aceh, Dia mengikuti berbagai kejuaraan hingga akhirnya menjadi juara. Uang dari perlombaan itu digunakan untuk menyokong biaya kuliah.

Aula kemudian dinyatakan ditemukan di Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Syiah Kuala. Biaya kuliah S1-nya ditanggung 100% oleh pemerintah melalui program Bidikmisi.

”Alhamdulillah, saya juga bisa menyisihkan beberapa rupiah untuk membantu perekonomian keluarga. Meski disaat yang bersamaan ibu selalu menolak menerima tabungan itu dan yang paling menyedihkan beliau malah memohon maaf karena tidak mampu memberikan uang jajan ke saya,” kata Aula.

Raja Baca Aceh

Selama menjadi mahasiswa, kisah inspiratif berlanjut karena anak pedagang sayur ini meraih berbagai prestasi membanggakan seperti mewakili Indonesia pada Nusantara Leadership Camp se-ASEAN dan berhasil masuk Top 10 Best Nomination Delegate.

September dan Desember 2013, berhasil lolos pada Entrepreneur Camp dan National Indonesian Educator Conference. Kemudian tahun 2014 Aula terpilih sebagai Mahasiswa Berprestasi terbaik II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Selain itu di tahun 2014 juga menjadi delegasi Indonesia Youth Forum di Wakatobi, Sulawesi Tenggara dan dianugerahkan kepercayaan sebagai Duta Promosi Pariwisata Wakatobi selama tiga tahun berturut.

Kemudian terpilih sebagai peserta pada Paris Model United Nation, Mumbai Model United Nation, dan Entreprenuer Winter School di Hong Kong.

Aula kemudian dinobatkan sebagai Raja Baca Aveh pada 2014. ”Di berbagai berita muncul dengan judul Raja Baca Aceh lahir dari ibu yang tak bisa baca,” cerita Aula.

Setelah itu, dia mengejar mimpi agar bisa kuliah di luar negeri. Berbagai program beasiswa dicoba, namun sampai gagal. Bahkan dia sampai harus mencoba 53 kali agar bisa mendapatkan beasiswa.

Doa Orang Tua

Kala itu, Aula sampai putus asa. Mak Cut tak membiarkan Aula menyerah pada keadaan. Dia meminta mencoba sekali lagi atau usaha ke-53 dengan mengajukan beasiswa USAID Prestasi Scholarship Programme.

Aula menyiapkan aplikasi ini dengan tanpa semangat, pasrah dan tak berharap lolos sekali pun. Berkat dukungan dan doa orang tua, Aula yang saat itu sedang menjalankan program magang guru pesantren/dayah se-Aceh di Jawa Timur dinyatakan menjadi penerima beasiswa.

Saat ini, Aula tercatat sebagai Candidate Master of Science in Instructional Technology di Lehigh University, Bethlehem, USA. Di Lehigh, dia terpilih sebagai Student Ambassador Lehigh University, berkesempatan ikut andil dalam berbagai kegiatan PBB di New York.

Di sela-sela kegiatan kuliah S-2 Aula mendapat undangan untuk mengimami salat berjamaah di berbagai masjid di AS. Kisah inspiratif berlanjut saat dia juga mencoba keberuntungan magang di United Nations pada program UN Academic Impacts.

Awal mula Aula menjadi imam masjid di AS bermula pada Desember 2018. Kala itu, pengurus Masjid Al Falah meminta kesediaan Aula untuk mengisi khutbah Jumat dan memimpin Salat Jumat.

Sejak itu, dia diminta untuk menetap di masjid memimpin salat lima waktu, mengisi pengajian jamaah serta ikut andil menjadi narasumber pada berbagai diskusi keagamaan dengan berbagai komunitas dan agama lainnya.

”Semua itu bukan karena kepintaran saya, tetapi makbulnya doa seorang ibu untuk anaknya. Saya sangat berkeinginan untuk menunaikan ibadah haji dan umrah bersamanya,” kata dia.

 

Sumber : solopos.com

Foto : grid.id

Editor : Leona

No More Posts Available.

No more pages to load.