KILAS BABEL.COM – Masyarakat di Bangka Belitung memiliki tradisi unik dalam menyambut bulan suci Ramadan. Adalah Ruwahan, atau sedekah ruwah yang merupakan upacara penyambutan kedatangan bulan suci Ramadan.
Ruwahan dilakukan pada pertengahan bulan Sya’ban. Pada bulan tersebut masyarakat biasanya melakukan acara bersih kubur dan ziarah ke kuburan keluarga masing-masing.
Sementara, memasuki pekan pertengahan bulan Sya’ban masyarakat Bangka dan sekitarnya melaksanakan acara sedekah ruah dengan menyiapkan makanan seperti nasi beserta lauk pauk.
Beragam makanan tersebut disiapkan oleh masyarakat setempat. Pelaksanaannya pun dilakukan di masjid-masjid yang dihadiri oleh lapisan elemen masyarakat seperti tokoh masyarakat, ulama, ustad, karyawan, pejabat, aparat, dan warga.
Bentuk kirim doa ini dengan membaca ayat-ayat suci Alquran, surah yasin sebanyak tiga kali, tahlilan, kemudian dilanjutkan dengan doa-doa keselamatan, dan keberkahan untuk masyarakat.
Setelah selesai acara kegiatan, barulah masyarakat bersama-sama duduk dengan tertib dan hikmat untuk menyantap hidangan yang telah dihidangkan oleh panitia ruwahan, remaja masjid, dan ibu-ibu untuk meletakkan makanan di atas dulang untuk disantap bersama warga yang baik dari keluarga maupun oleh tetangga sekitarnya. Kebiasaan makan bersama inilah yang disebut sebagai Nganggung.
Acara ruwahan kerap terjadi dengan momen yang begitu ramai, masjid dipenuhi dan dimakmurkan oleh warga sekitar, tokoh masyarakat, serta suara anak-anak kecil yang semakin membuat suasana kebersamaan dan kehangatan warga yang terjalin begitu hangat dan hikmat.
Untuk diketahui tradisi kebudayaan ini setiap tahun dilakukan oleh masyarakat Bangka Belitung, sebab merupakan bentuk penghormatan terhadap arwah orang yang sudah meninggal dan merupakan warisan turun menurun. Ruah berarti arwah leluhur atau nenek moyang jadi ruwahan berarti bulan mengenang arwah leluhur atau nenek moyang.
Foto : ilustrasi/NET
Editor : Leona