Azim Premji, Konglomerat Muslim India yang Dermawan, Sedekahkan US$7,5 miliar Hartanya untuk Dhuafa

oleh -190 Dilihat

KILAS BABEL.COM – Sudah menjadi rahasia umum bisnis teknologi bisa melahirkan konglomerat dunia. Di India, Azim Premji sudah membuktikannya.
Dikutip dari berbagai sumber, Premji merupakan sosok yang membesarkan perusahaan piranti lunak terbesar di India, Wipro Ltd.

Lahir di Mumbai pada 24 Juli 1945, Premji dibesarkan oleh keluarga muslim Gujarat yang berkecukupan. Ayahnya, Mohammed Hussain Hasham Premji mendirikan perusahaan minyak goreng nabati, Western Indian Vegetable Products Ltd. Sementara, ibunya adalah seorang dokter.

Premji memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tinggi di jurusan teknik Universitas Stanford di AS. Sayang, pada 1966, Premji yang kala itu berusia 21 tahun berhenti kuliah karena harus kembali ke India lantaran sang ayah wafat.

Setelah itu, ia pun dipercaya untuk mengelola bisnis keluarga. Di tangan Premji, usaha yang tadinya hanya bergerak pada produksi minyak goreng melebarkan sayap ke bisnis sabun hingga bola lampu.

Pada 1977, Premji memutuskan untuk mengubah nama perusahaan menjadi Wipro. Kejeliannya dalam melihat peluang teruji saat pemerintah India mengusir IBM sebagai perusahaan komputer pada 1979. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, ia langsung mengubah haluan perusahaan untuk serius mengembangkan bisnis piranti lunak komputer.

Keputusan itu menjadi batu pijakan kesuksesannya. Berkat kepiawaiannya memimpin perusahaan, Wipro berhasil menjadi perusahaan piranti lunak ternama sejak era 1980-an. Perusahaan banyak menjalin kerja sama dengan perusahaan asing di bidang teknologi. Salah satunya, perusahaan asal AS Sentinel Computer Corporation, untuk memproduksi komputer mini pada masa itu.

Seiring berjalannya waktu, Wipro pun mendirikan pusat inovasi di pusat teknologi AS, Silicon Valley. Di sana, perusahaan fokus pada upaya mengembangkan teknologi dan bekerja sama dengan beragam perusahaan rintisan (startup).

Meski sudah menjadi pengusaha sukses, Premji masih punya ambisi untuk mengantongi gelar sarjana dari Stanford. Ia pun memutuskan untuk menempuh pendidikan jarak jauh sebelum akhirnya mendapatkan gelar sarjana pada 1999. Hingga kini, Premji kerap diundang untuk memberikan pidato di depan almamaternya.

Pada 2019, Premji memutuskan untuk mundur dari kursi CEO. Sebagai gantinya, ia mempercayakan perusahaan pada sang putra, Rishad Premji.

Kerja keras melebarkan bisnis keluarga membuat pundi-pundi harta Premji bertambah. Per Kamis (14/7), Forbes mencatat total kekayaan Premji mencapai US$8,5 miliar atau sekitar Rp127,5 triliun (asumsi kurs Rp15 ribu per dolar AS).

Kekayaan Premji membuat Forbes memasukkannya ke daftar orang terkaya. Pada 2021, ia menempati peringkat ke-18 orang terkaya di dunia. Kemudian, tahun ini, ia duduk di posisi ke-206 orang terkaya dunia. Ia juga berkali-kali masuk daftar muslim paling berpengaruh di dunia.

“Rahasia untuk mengubah mimpi menjadi kenyataan sebenarnya tidak ada. Kejujuran, kerja keras, sedikit keberuntungan, dan kemampuan mengeksekusi dengan baik dapat membantu mengubah mimpi menjadi kenyataan,” ujar Premji dalam salah satu wawancara dengan IndiaTimes pada 2004 lalu.

Gemar Sedekah

Meski bergelimang harta, Premji tak lupa berbagi. Bahkan, ia dikenal sebagai sosok konglomerat paling dermawan.

Mengutip Reuters, pada 2019 lalu, Premji menyumbangkan 34 persen saham Wipro senilai US$7,5 miliar untuk kegiatan amal Yayasan Azim Premji. Sejak berdiri, Premji telah menyumbangkan total US$21 miliar hartanya ke yayasan tersebut.

Yayasan Azim Premji sendiri fokus pada kegiatan pendidikan dan mengelola sebuah universitas di Bangalore yang dikenal sebagai kawasan “Silicon Valley” di India.

Forbes menempatkannya di peringkat ke-3 pada daftar dermawan dunia selama pandemi covid-19. Ia disebut menyumbangkan Rs1.125 crore atau sekitar US$140,65 juta.

Tahun lalu, Premji menduduki peringkat wahid daftar orang paling dermawan di India versi Edelgive Hurun India Philanthropy. Mengutip Indianexpress, Premji disebut menyumbangkan Rs9.713 crore hartanya sepanjang 2021 atau rata-rata Rs27 crore per hari (sekitar US$3,37 juta per hari).

Sumber : cnnindonesia.com

Foto : detik.com

Editor : Putra Nalendra

No More Posts Available.

No more pages to load.