KILAS BABEL.COM – Dalam rangka diseminasi perkembangan ekonomi dan mendukung hilirisasi industri timah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggelar Babel Economy Forum 2022 bertajuk “Hilirisasi Timah untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung, Selasa (26/7).
Kegiatan yang berlangsung secara hybrid di Ballroom Hotel Novotel Bangka ini dibuka secara resmi oleh Penjabat Gubernur Babel Ridwan Djamaludin.
Dalam kegiatan ini, selain Pj Gubernur, BI menghadirkan pembicara lainnya yakni Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Sumatera Utara sekaligus Koordinator BI Wilayah Sumatera Ibrahim dengan moderator Ketua ISEI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Dr. Reniati.
Selain itu juga ada tiga ada narasumber yang juga hadir yakni Deputi Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Dr Indra Darmawan, Direktur Utama PT Timah Industri Ria W Pawan dan Analis Operasi Produksi dan Pemasaran Mineral/ Kementerian ESDM Tri Hartanto, ST.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Budi Widihartanto menyampaikan, kegiatan ini sebagai bentuk kontribusi nyata Bank Indonesia mendorong perekonomian daerah.
“Dalam menjalankan fungsi advisory, kami melakukan asesmen ekonomi dan keuangan domestik dalam perspektif spasial yang memanfaatkan kegiatan seminar sebagai media komunikasi seperti yang kita lakukan pada saat ini. Diaman dalam seminar kalinini kita bekerjasama dengan ISEI Babek. Tentunya kolaborasi ini diharapkan terus berlanjut untuk mendorong ekonomi Bangka Belitung yang semakin maju,” ujar Budi
Sepertin diketahui, kata Budi, pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung 2021 tercatat sebesar 5,05% (yoy), berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional dan tertinggi se-Sumatera. Pertumbuhan ekonomi ini utamanya didorong oleh meningkatnya ekspor luar negeri, terutama komoditas timah.
Hal ini, lanjut Budi, tentunya tak lepas dari potensi yang dimiliki “Negeri Serumpun Sebalai” ini, yakni berlimpahnya sumber daya timah. Sebab menurutnya, sektor pertambangan dan industri pengolahan utamanya timah, masih menjadi sektor yang mendominasi ekonomi Bangka Belitung 2021 sebesar 10% dan 21% dari total PDRB Provinsi Bangka Belitung.
“Bangka Belitung menjadi eksportir timah terbesar kedua pada triwulan I 2022 sebesar 14,75 persen dari pangsa global, setelah Yunan Tin di Tiongkok. Hal ini juga didorong oleh 98 persen timah di Bangka Belitung yang diekspor dan sisanya digunakan untuk industri dalam negeri. Masifnya pengembangan produksi elektronik maupun industri baterai dalam negeri memberikan peluang yang besar untuk hilirisasi timah dalam bentuk tin plate maupun tin solder, satu tahap setelah tin ingot (timah batang),” papar Budi.
Lebih lanjut Budi mengatakan, cadangan timah Bangka Belitung diperkirakan mencapai 2,23 juta ton yang dapat bertahan hingga 2046 atau 24 tahun kedepan. Untuk menjaga keberlangsungan cadangan timah tersebut, katanya, perlu diupayakan pengolahan timah lanjutan yang menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi.
Karena itu, tambahnya, adanya wacana terkait dengan pelarangan ekspor timah dapat mendorong hilirisasi dengan menciptakan struktur industri yang kuat dan bernilai tambah tinggi. Proses hilirisasi, kata Budi, akan mendorong peningkatan ekspor bernilai tambah tinggi dan ter-integrasi dengan global value chain, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap produk impor.
Untuk itu, sambungnya, dengan menghadirkan narasumber yang kompeten dibidangnya diharapkan menjadi langkah awal untuk memberikan gambaran hilirisasi komoditas timah di masa mendatang yang diarahkan untuk mendukung pembangunan dengan konsep hijau dan berkelanjutan.
“Kami berharap kegiatan Babel Economic Forum ini dapat membangun semangat kita semua untuk terus mendukung upaya pemulihan ekonomi. Bank Indonesia juga berkomitmen untuk terus mendorong ekonomi berkelanjutan yang menjadi salah satu agenda prioritas Presidensi G20 Indonesia 2022 melalui peningkatan dukungan kepada ekonomi hijau,” katanya.
Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Sumatera Utara sekaligus Koordinator BI Wilayah Sumatera Ibrahim memberikan apresiasi terhadap BI Babel dalam mendorong perekonomian di Babel. Apalagi salah satu langkah yang dilaksanakan ialah mendukung hilirasi timah.
“Karena kita ketahui bersama, timah menjadikan Indonesia khususnya Babel eksportir timah terbesar kedua setelah Yunan Tin di Tiongkok dan telah berkontribusi dalam penerimaan devisa nasional,” kata Ibrahim.
Ridwan Beberkan Tiga Tantangan Hilirasi Timah
Sementara itu, Penjabat Gubernur Babel Dr Ir Ridwan Djamaludin, M menyebut, ada tiga tantangan besar dalam hilirasi timah yakni tantangan teknologi, dimana proses hilirasi timah ini membutuhkan teknologi yang sejauh ini belum dikembangkan oleh Indoensia dan harus impor.
“Untuk itu kepada instansi tekhnis, saya berharap untuk menguasai teknologi hilirasi timah ini,” harap Ridwan.
Tantangan kedua, lanjut Ridwan, investasi yang tidak murah. Namun sebagai Pj Gubernur dan Dirjen Minerba, dirinya memastikan akan memberikan kemudahan bagi calon investor.
“Masalah dukungan pendanaan atau tanggungjawab finansial juga menjadi tantangan. Makanya, kehadiran BI dalam mendukung hilirasi menjadi penting. Karena investasi yang dibutuhkan untuk melakukan hilirasi ini tidak lah kecil. Beberapa bank Himbara atau nasional sudah berpartisipasi. Untuk itu, Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas perbankan untuk membantu dan mendorong program hilirasi timah ini,” tutur Ridwan.
Tantangan selanjutnya, kata Ridwan, kebijakan secara nasional maupun lokal terhadap hilirisasi timah. Misalnya kemudahan berusaha, ketersediaan lahan, kemudahan proses perizinan.
“Yang saat ini kami usahakan adalah yang pertama, memudahkan jika ada investor yang mau masuk ke Bangka Belitung dalam rangka hilirisasi timah ini. Kami akan mempermudah proses perizinannya. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mempermudah itu termasuk mencari celah-celah regulasi yang selama ini masih sempit,” tegasnya.
Lebih jauh dikatakan Ridwan, dalam persfektif Pemerintah Provinsi Bangka Belitung, Indonesia penghasil timah nomor dua dunia dan 904 dari Bangka Belitung. Sejauh ini proses pemurnian timah di Indonesia sudah mencapai 99,94 dalam bentuk ingot.
“Namun yang saya maknai dari keinginan pemerintah, bapak presiden dan ditegaskan kembali beberapa menteri, membangun hilirisasi yang lebih hilir lagi. Memang pemurnian kita sudah 99,94, kalaupun kita lakukan hilirisasi lebih menghasilkan produk-produk lebih dekat ke industri hilir,” katanya.
Lebih dari itu, dikatakan Ridwan, hal yang tak kalah penting dari hilirasi ialah membuka lapangan pekerjaan.
“Kita bersyukur pertumbuhan ekonomi kita cukup optimis pada masa pandemi yang masih melanda dan industri pertambangan masih berkontribusi signifikan. Jadi hilirasi ini adalah momentum yang baik. Karena selain bisa menggerakkan ekonomi secara langsung, hilirasi juga bisa membuka lapangan pekerjaan,” tukas Ridwan.(bond)
Foto : bond
Editor : Leona