KILAS BABEL.COM – Belitung, salah satu pulau yang berada di kepulauan Bangka Belitung yang berlokasi di sisi pantai timur Sumatera Selatan. Pulau yang dikenal seantero Nusantara setelah digunakan sebagi tempat syuting film Laskar Pelangi ini mempunyai pesona alam yang luar biasa dan menjadi salah satu destinasi wisata andalan Indonesia.
Namun selain Pesona alamnya yang indah, Belitung juga memiliki kekayaan budaya yang melimpah, tak terkecuali tarian adatnya. Salah satu Tarian yang berasal dari Belitung dan cukup unik adalah Tari Pendulang Timah. Sesuai namanya, Tari Pendulang Timah ini adalah Tarian yang menggambarkan aktivitas rakyat Bangka Belitung yang sedang mendulang timah dengan cara tradisional.
Tari Pendulang Timah sebenarnya adalah tarian kreasi yang dibuat oleh Sanggar Tari Belitong Lesong Batang, Kelurahan Lesung Batang. Ide awal terciptanya tarian ini adalah dari Novelis Andrea Hirata yang prihatin dengan kehidupan anak-anak di Belitung yang terpaksa harus putus sekolah dan memilih untuk menambang timah karena kondisi ekonomi yang sulit.
Tarian ini biasa dilakukan oleh sekelompok lelaki usia remaja, yang dalam pertunjukkannya mereka bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek dengan sekujur tubah mereka dilumuri dengan campuran kaolin dan bahan pewarna kue beraneka warna.
Awalnya tarian ini hanya dilakukan oleh sekitar 10-15 orang. Namun dalam perkembangannya tarian ini kemudian dilakukan oleh banyak orang dan menjadikan Tari Pendulang Timah menjadi sebuah tarian kolosal.
Pesan yang Disampaikan dari Gerakan Tari Pendulang Timah
Gerakan-gerakan yang dilakukan pada pertunjukkan Tari Pendulang Timah ini menggambarkan kerasnya perjuangan anak-anak Belitung yang sedang mendulang timah. Dalam tarian ini digambarkan juga kesulitan-kesulitan yang dialami ketika proses mendulang timah, seperti berkubang dalam lumpur, dipatok ular hingga beratnya perjuangan mereka dalam memperoleh timah tergambar jelas pada tarian ini.
Dalam Tari Pendulang Timah ini ada enam gerakan inti yang diperagakan oleh para penari, yaitu Ngelimbang, Nepes, Nimbus, Ngembuatkan, Ngangkat Karung dan Semprot. Ngelimbang artinya adalah kegitan mencari timah, sedangkan Nepes adalah kegiatan mendulang timah dengan cara tradisional yaitu menggunakan Kuali.
Dalam pertunjukkannya, Tari Pendulang Timah kini juga makin dikreasi dengan adanya pembacaan puisi yang menjadikan suasana semakin haru dan menjadikan penonton seakan-akan ikut merasakan perjuangan dari para anak-anak pendulang timah.
Tari Pendulang timah ini biasa dipertunjukkan di acara Pentas Seni dan Budaya Festival Negeri Laskar Pelangi yang digelar setiap setahun sekali. Festival Negeri Laskar Pelangi sendiri adalah festival yang sengaja digelar untuk kebutuhan pariwisata agar menarik banyak wisatawan untuk datang, baik itu dari indonesia ataupun mancanegara.
Dalam pementasan Tari Pendulang Timah di Festival Negeri Laskar Pelangi, penari yang melakukan tarian ini berjumlah ratusan, bahkan pada gelaran terakhir tari ini dilakukan oleh hampir 1.000 penari.
Dalam perkembangannya, Tari Pendulang Timah ini menjadi tarian wajib yang selalu dilakukan disetiap acara Festival Negeri Laskar Pelangi karena terbukti mampu menarik minat banyak wisatawan untuk hadir di acara Festival Negeri Laskar Pelangi. Gerakannya yang artistik dengan penggambaran peran dari para penari yang begitu baik menjadi daya tarik bagi setiap penonton yang melihatnya.
Selain di pentaskan di acara Festival Negeri Laskar Pelangi, Tari Pendulang Timah sering juga dilakuan di berbagai acara pentas seni di Belitung, namun tentunya dengan jumlah penari yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan di Festival Negeri Laskar Pelangi yang bergaya tari kolosal.
Penutup G20 Belitung
Pergelaran Tari Kolosal Pendulang Timah dan fesyen show batik khas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menutup perhelatan G20 di Pulau Belitung, agar para delegasi dari 22 negara lebih memperkenalkan kekayaan kebudayaan masyarakat di Negeri Serumpun Sebalai itu.
“Alhamdulillah, para delegasi G20 ini sangat senang dan terhibur dengan pergelaran seni budaya masyarakat ini,” kata Penjabat Gubernur Kepulauan Babel Ridwan Djamaluddin di Belitung, Sabtu (10/0).
Ia mengatakan penutupan G20 di Pulau Belitung dimulai pada 7 hingga 9 September 2022 ini dengan menggelar kesenian tari kolosal pendulang timah, untuk memperkenalkan kekayaan alam dan memperkuatnya dengan memperkenalkan kekayaan budaya yang ada di Pulau Belitung.
“Kemarin red-Jumat (9/9), kami mengajak para delegasi melihat keindahan alam, pantai dan pulau-pulau kecil di Pulau Belitung ini dan sekarang menampilkan kesenian serta kebudayaan. Jadi ini upaya kami dalam mengkombinasikan antara alam dan kebudayaannya,” ujarnya.
Menurut dia penampilan Tari Kolosal Pendulang Timah ini mencerminkan aktivitas masyarakat Belitung pada umumnya. Tak hanya kekayaan sumber daya alam timah saja yang diangkat menjadi sebuah tarian, tetapi juga kekayaan rempah di Pulau Belitung.
“Lewat Tari Jelajah Pesona Jalur Rempah, disampaikan lah bahwa Belitung merupakan salah satu dari daerah yang ada Indonesia, yang kaya akan rempah-rempah,” katanya.
Salah satu delegasi G20 asal Brazil Reynaldo sangat senang dan mengagumi kebudayaan masyarakat Pulau Belitung.
“Ini merupakan hal yang sangat luar biasa yang pernah saya lihat di sini. Di pulau ini, adalah hari yang indah bagi saya untuk menghabiskan waktu. Tarian dan budaya, saya lihat sangat bagus,” ujar Reynaldo.
Sumber : seringjalan.com
Foto : Tourismvaganza.com
Editor : Rakha