Mengenang Sosok Malahayati, Laksamana Muslimah Pertama di Dunia yang Disegani Barat

oleh -1036 Dilihat
Laksamana Malahayati. (Foto : Merah Putih)

KILASBABEL.COM – Keumalahayati atau lebih dikenal sebagai Laksamana Malahayati, baru dijadikan pahlawan nasional pada 2017 lalu. Perempuan perkasa yang disegani lawan itu merupakan satu dari beberapa pahlawan wanita yang diakui jasa-jasanya oleh negara.

Sebagai seorang pejuang yang mempertahankan tanah kelahirannya dari penjajah di masanya, Malahayati menorehkan sederet kemenangan, sebagai pelaut muslimah asal Aceh yang mengagumkan.

Malahayati dijuluki sebagai laksamana wanita pertama yang melakukan pelayaran ke berbagai wilayah. Ketenaran namanya sampai disegani penjajah Belanda, Inggris dan Tanah Barat. Berikut ulasan sosok pahlawan wanita yang bisa menginspirasi kalangan muda ini.

Laksamana Wanita di Dunia Pelayaran

Selain Artemisia I dari Caria, Malahayati termasuk laksamana wanita pertama yang diketahui dunia modern. Ia merupakan cicit Sultan Salahuddin Syah.

Sejak muda, Malahayati telah mendalami akademi militer kerajaan, Ma’had Baitul Makdis setelah menamatkan pendidikan sebagai santriwati. Berbagai prestasi ditorehkannya, hingga berhasil menjadi komandan protokol istana.

Selang beberapa waktu, sang suami gugur di pertempuran Selat Malaka saat melawan Portugis. Malahayati membentuk armada sendiri, menggantikan mendiang suaminya bertempur.

Pasukan Para Janda yang Tangguh di Lautan

Sebuah ide terlintas, Malahayati membuat armada pelayaran beranggotakan para janda pejuang Aceh yang gugur di pertempuran Selat Malaka. Ia menjabat sebagai panglima dari Inong Balee.

Meskipun prajuritnya para janda, armada pimpinan Malahayati begitu tangkas di bidang militer. Mereka menyusun sistem pertahanan yang kuat di daratan maupun lautan. Mengagumkannya lagi, mereka memiliki benteng di Teluk Lamreh Kraung Raya dan 100 kapal.

Dihormati Para Pria

Meskipun dia hidup di zaman kaum lelaki mendominasi, Malahayati mampu mendapatkan penghormatan yang layak dari kaum adam. Bahkan Malahayati sampai ditunjuk secara langsung oleh Sultan Alauddin Mansur Syah, untuk menjadi laksamananya.

Kala itu, Kota Aceh sedang ketat-ketatnya menjaga perairan Selat Malaka supaya tidak bernasib sama dengan tetangganya yang jatuh ke tangan Portugis. Konon para jenderal dan pasukan lain pun menaruh hormat kepada perempuan ini.

Pasukan Belanda Minta Maaf

Setelah berhasil menghadapi Portugis, Aceh harus menghadapi upaya invasi dari Belanda. Setelah armada pimpinan Cornelis de Houtman berhasil dikalahkan oleh Malahayati, giliran pasukan Paulus van Caerden yang mencoba menerobos perairan Aceh tahun 1600.

Para penjajah Belanda ini melakukan penjarahan dan menenggalamkan kapal bermuatan rempah. Hal ini tentunya membuat raja Aceh naik pitam.

Hal itu disambut sebagai tantangan bagi Malahayati. Ia memerintahkan penangkapan Laksamana Belanda, Jacob van Neck pada 1601. Perlawanan sengit dari armada Malahayati dan ancaman Spanyol membuat Belanda menyerah.

Maurits van Oranje sang penguasa negeri kincir angin mengirim utusan diplomatik beserta surat permintaan maaf kepada Kerajaan Aceh. Kedua utusan tersebut ditemui oleh Malahayati sendiri, hingga berbuah kesepakatan gencatan senjata.

Belanda setuju membayar 50 ribu gulden sebagai kompensasi atas kerugian yang dilakukan Paulus van Caerden. Sementara Malahayati membebaskan sejumlah tahanan Belanda yang ditawan.

Inggris Sampai Ciut

Reputasi Malahayati begitu menggaung kala itu, sampai membuat Inggris yang hendak melalui Kerajaan Aceh jadi ciut. Mereka khawatir pasukannya akan kalah telak, akhirnya Inggris mencoba dengan jalan damai.

Ratu Elizabeth I, penguasa Inggris kala itu mengutus James Lancaster disertai surat permintaan izin kepada Sultan Aceh, untuk membuka jalur pelayaran menuju Jawa. Peristiwa itu terjadi di tahun 1602.

Gugur Sebagai Pahlawan Wanita

Malahayati meneruskan perjuangan untuk melindungi tanah kelahirannya sampai akhir hayat. Ia gugur dalam pertempuran melawan armada Portugis yang dipimpin oleh Alfonso de Castro. Jasad Malahayati dimakamkan di Gampong Lamreh, Krueng Raya, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar.

Nama Malahayati masih disebut-sebut sebagai pemimpin pasukan Aceh, saat menghadapi armada Portugis. Dalam penyerbuan Kreung Raya Aceh pada Juni 1606.

Sejumlah sumber sejarah menyebutkan Malahayati gugur di pertempuran melawan Portugis itu. Kemudian dimakamkan di lereng Bukit Kota Dalam, sebuah desa nelayan yang berjarak 34 kilometer dari Banda Aceh.

Disegani Sampai China dan Tanah Barat

Kehebatan Malahayati sebagai laksamana wanita di lautan, membuat namanya dikenal di negara-negara lain. Selain Belanda, Portugis, dan Inggris yang pernah ketakutan dibuatnya, nama Malahayati juga terdengar sampai ke negeri Tiongkok.

Sejumlah sejarawan mensejajarkan nama Malahayati dengan Katerina Agung dari Rusia. Kisah inspiratif perjuangan pahlawan wanita, hingga titik darah penghabisan demi tanah kelahirannya.

 

Sumber : merdeka.com

Editor : Leona

No More Posts Available.

No more pages to load.