November 2022 Babel Alami Deflasi 0,11 Persen, Inflasi Terjaga

oleh -289 Dilihat
Pelaksana Tugas Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bangka Belitung , Agus Taufik. (ist)

KILASBABEL.COM – Berdasarkan rilis BPS, pada November 2022, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung kembali mengalami deflasi sebesar 0,11 persem (mtm), setelah bulan sebelumnya mengalami deflasi 0,55 pesen (mtm).

Secara tahunan, Bangka Belitung mengalami inflasi 5,45 persen (yoy), turun dari bulan sebelumnya yang mencapai 6,23 persen (yoy). Secara umum, deflasi pada November 2022 disebabkan oleh penurunan indeks harga volatile food -0,96 persen (mtm).

Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi yang cukup rendah yaitu 1,53 persen (yoy). Demikian pula halnya core inflation yang cukup terkendali yaitu sebesar 3,84 persen (yoy).

Sementara itu, kelompok administered prices mengalami inflasi yang cukup tinggi yaitu 15,98 persen (yoy). Deflasi kelompok volatile food disebabkan oleh penurunan indeks harga komoditas minyak goreng, daging ayam ras dan aneka ikan.

Mengacu pada Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Bank Indonesia, pada minggu ke-4 November 2022 harga bahan pangan umumnya relatif terjaga. Harga daging ayam cenderung turun sejalan dengan peningkatan stok ayam hidup.

Selain itu, harga beberapa komoditas perikanan seperti ikan selar dan ikan kerisi juga mengalami penurunan disebabkan oleh penurunan kualitas kesegaran ikan dampak kebijakan pedagang untuk menghabiskan stok lama yang dimiliki.

Sementara itu, kebijakan penyesuaian harga solar berdampak kepada kenaikan inflasi administered price. Pada 1 November 2022, Pertamina kembali mengumumkan kebijakan penyesuaian kenaikan harga solar jenis Dexlite dan Pertamina Dex menjadi Rp18.350,00 dan Rp18.950,00.

Selain itu, kenaikan indeks harga AP juga didorong oleh kenaikan permintaan angkutan udara didorong oleh penyelenggaraan event nasional di Bangka.

Secara spasial, Kota Pangkalpinang mengalami inflasi 0,19 persen (mtm) sedangkan kota Tanjung Pandan deflasi cukup dalam sebesar 0,64 persen (mtm). Inflasi di Pangkalpinang didorong oleh kenaikan indeks harga komoditas bensin, angkutan udara dan bahan bakar rumah tangga.

Sedangkan deflasi di Tanjung Pandan dipengaruhi oleh penurunan andil indeks harga komoditas bahan makanan seperti minyak goreng, ikan selar dan daging ayam ras.

Secara tahunan, Kota Pangkalpinang mengalami inflasi sebesar 6,36 persen (yoy), sementara Kota Tanjungpandan mengalami deflasi 3,87 persen (yoy).

“Tingkat inflasi yang semakin terjaga tidak terlepas dari berbagai upaya strategis Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) bersama stakeholders terkait, antara lain mengintensifkan pemantauan harga dan jumlah pasokan, meningkatkan intensitas operasi pasar/pasar murah dan sidak harga pasar, serta Kerjasama Antar Daerah (KAD) untuk mencukupi pasokan pangan di Babel,” ujar Pelaksana tugas Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bangka Belitung , Agus Taufik dalam siaran pers, Jumat (2/12).

Agus Taufik mengatakan, Bank Indonesia juga terus mendorong optimalisasi APBD Pemerintah Daerah untuk mendukung program-program pengendalian inflasi di seluruh wilayah Bangka Belitung.

Bank Indonesia, katanya, melalui TPID juga mewaspadai tekanan inflasi yang terjadi setiap akhir tahun yang bersumber dari gangguan cuaca yang dapat mempengaruhi kelancaran distribusi dan jumlah pasokan.

Di sisi lain, lanjutnya, tingkat konsumsi masyarakat menjelang libur Natal dan Tahun Baru diperkirakan meningkat. Beberapa komoditas yang perlu diwaspadai mendorong inflasi pada akhir tahun antara lain tiket angkutan udara, daging ayam ras, aneka cabai, dan beberapa jenis ikan laut.

“Untuk itu, berbagai upaya menjaga kelancaran distribusi dan ketersediaan pasokan pangan dan BBM merupakan langkah yang perlu dilakukan untuk menjaga inflasi Bangka Belitung semakin terkendali,” tukas Agus Taufik.(SP)

 

Editor : Leona

No More Posts Available.

No more pages to load.