KILASBABEL.COM – Momen libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023 ini, PT Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero) kembali mempersiapkan diri untuk melayani masyarakat yang akan menggunakan kereta api.
Bahkan KAI menetapkan masa Nataru pada 22 Desember 2022 sampai dengan 8 Januari 2023. Pada periode tersebut, KAI menyiapkan tiket KA Jarak Jauh sebanyak 2.236.021 tiket.
Demikian disampaikan Anggota DPR RI Komisi VI Fraksi Partai NasDem Daerah Pemilihan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Zuristyo Firmadata saat membuka sosialisasi yang diselenggarakan oleh Yayasan Kebajikan Anak Wangka bekerjasama dengan DPR RI dan Kementrian BUMN melalui PT. Kereta Api Indonesia dengan Tema “Kereta Cepat Untuk Indonesia Maju” di Santika Hotel Pangkalpinang, Selasa (13/12).
Zuristyo mengatakan, guna mengakomodasi lonjakan penumpang pada periode Nataru ini, KAI akan mengoperasikan rata-rata 484 KA per hari. Jumlah ini termasuk 56 KA tambahan yang KAI jalankan khusus pada angkutan Nataru ini pada rute-rute favorit seperti Jakarta – Solo pp, Jakarta – Surabaya pp, Jakarta – Yogyakarta pp, Bandung – Surabaya pp, Yogyakarta – Surabaya pp, dan lainnya.
“Jumlah KA yang beroperasi pada Nataru tahun ini mengalami peningkatan sebesar 29 persen jika dibandingkan jumlah yang beroperasi pada Nataru tahun lalu yakni sebanyak 375 KA,” jelas Zuristyo.
Lebih lanjut dikatakan Zuristyo, untuk mendukung operasional KA-KA pada masa Nataru tersebut, KAI telah menyiapkan 465 unit lokomotif, 1.716 unit kereta, dan 77 unit KRD.
Menjelang angkutan Nataru, katanya, KAI bersama stakeholder perkeretaapian melakukan peninjauan ke berbagai wilayah di Pulau Jawa pada Senin (5/12) hingga Rabu (7/12).
Kegiatan ini, lanjutnya, bertujuan untuk memastikan seluruh aspek layanan kereta api dari berbagai aspek siap untuk melayani masyarakat pada masa libur Natal dan Tahun Baru 2023.
Di samping Komisaris dan Direksi KAI, kata Zuristyo, turut hadir dalam inspeksi tersebut jajaran Komite Nasional Keselamatan Transportasi serta jajaran Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.
“Inspeksi meliputi kesiapan sarana dan prasarana, seperti lokomotif, kereta, fasilitas stasiun, dan jalur KA yang harus dalam kondisi andal dan siap operasi. KAI juga memastikan kesiapan SDM di bidang operasional dan pelayanan bekerja sesuai prosedur, mengutamakan keselamatan, serta tetap harus menerapkan protokol kesehatan dengan baik,” terangnya.
Lebih dari itu, tambah Zuristyo, guna mengantisipasi periode Nataru yang bersamaan dengan musim hujan, KAI semakin meningkatkan kewaspadaannya. Upaya antisipasi yang KAI lakukan di antaranya dengan menyiagakan petugas khusus di titik-titik rawan.
Petugas tersebut, menurutnya, secara bergantian bersiaga selama 24 jam untuk terus memantau daerah rawan bencana. Selain itu, KAI juga telah menempatkan Alat Material Untuk Siaga (AMUS) di berbagai stasiun yang berdekatan dengan daerah rawan.
“AMUS yang disiapkan tersebut berupa pasir dalam kantong karung, bantalan rel, perancah dari besi untuk penahan pondasi jalur, dan lainnya. Sejumlah peralatan ringan hingga alat berat seperti Multi Tie Tamper (MTT) juga disiagakan untuk merawat kondisi jalur rel agar tetap laik dilintasi kereta api,” jelasnya.
Zuristyo menambahkan, Kereta Cepat Jakarta Bandung merupakan kereta api cepat pertama di Asia Tenggara. Hadirnya KCJB menjadi era baru transportasi massal modern yang cepat, andal, aman, dan nyaman untuk mobilisasi secara optimal serta meningkatkan konektivitas antarkota.
“KCJB diharapkan mampu memicu pembangunan kawasan dan sentra ekonomi baru, serta berpotensi untuk dikembangkan seluruh Indonesia. Memulai pembangunan sejak tahun 2018, proyek KCJB semakin berprogres menuju fase operasional pada Juni 2023,” tuturnya.
Seperti diketahui, kata Zuristyo, KCJB dibangun oleh 7 perusahaan terkemuka dari Indonesia dan Tiongkok yang telah berpengalaman mengerjakan proyek infrastruktur global dan tergabung dalam High Speed Railway Contractor Consortium atau HSRCC.
Saat ini progres konstruksi pembangunan KCJB sudah mencapai 91,7%. Dengan adanya KCJB, waktu yang dibutuhkan pelanggan untuk bepergian dari pusat kota Jakarta ke pusat kota Bandung hanya sekitar 1 jam saja. Rinciannya, pelanggan cukup menempuh waktu selama 20 menit dari Stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas menuju Stasiun LRT Jabodebek Halim.
Pelanggan dapat langsung berpindah dari Stasiun LRT Jabodebek Halim ke Stasiun KCJB Halim karena kedua layanan tersebut telah terintegrasi pada lokasi yang sama. Perjalanan KCJB dari Stasiun KCJB Halim menuju Stasiun KCJB Padalarang akan ditempuh hanya dalam waktu kurang dari 30 menit.
Di Padalarang, KAI telah menyediakan layanan KA Feeder yang jadwalnya menyesuaikan dengan jadwal kedatangan KCJB. Adapun waktu tempuh KA Feeder KCJB untuk menuju Stasiun Bandung adalah hanya 18 menit.
Sebagai pionir kereta api cepat di Indonesia, KCJB menjadi pusat keunggulan bagi putra dan putri terbaik bangsa untuk ditempa menjadi generasi pertama yang mampu mengoperasikan sarana dan prasarana kereta api cepat di Indonesia.
Keberhasilan KCJB mewujudkan mimpi Indonesia memiliki kereta api cepat niscaya membuka wawasan dan menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk mendorong dunia pendidikan dan industri transportasi massal untuk mendalami dan menguasai teknologi kereta api cepat dalam membangun masa depan infrastruktur modern tanah air.
“Membangun lebih dari sekedar transportasi dan menawarkan lebih dari sekadar bisnis, KCJB turut berkontribusi dalam meningkatkan daya saing nasional dengan menciptakan konektivitas unggulan antar kota yang dipadukan dengan pengembangan transportasi terintegrasi yang berkelanjutan. KCJB selalu membuka berbagai kesempatan untuk bersinergi guna mewujudkan visi perusahaan yang sejalan dengan misi pemerintah, bersama membangun bangsa dan negara untuk masa depan Indonesia yang lebih maju dan membanggakan,” kata Zuriatyo.
Sementara itu, ditambahkan Zuristyo, untuk LRT Jabodebek ditargetkan beroperasi pada Juli tahun 2023 mendatang untuk melayani kebutuhan transportasi masyarakat di wilayah Ibu Kota dan sekitarnya.
Saat ini, dikatakannya, KAI bersama para pihak tengah mempersiapkan segala sesuatunya terkait pengoperasian LRT tersebut, baik sarana, prasarana, fasilitas pelayanan penumpang maupun perizinan perizinan yang diperlukan.
Sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional, menurutnya, tentu kehadiran LRT Jabodebek sangat dinantikan untuk mendukung kegiatan bertansportasi masyarakat yang aman, nyaman dan bebas macet.
Sebagai salah satu moda transportasi paling modern, sambungnya, LRT Jabodebek juga akan dioperasikan menggunakan sistem Communication-Based Train Control (CBTC) dengan Grade of Automation (GoA) level 3.
Sistem CBTC adalah pengoperasian kereta berbasis komunikasi, sehingga sistem dapat mengoperasikan kereta dan memproyeksikan jadwal secara otomatis serta disupervisi juga secara otomatis dari pusat kendali operasi. Adapun Grade of Automation level 3 atau GoA3 adalah tingkat otomasi operasional kereta dimana pengoperasian dilakukan secara otomatis tanpa masinis, namun mensyaratkan masih terdapat petugas operasional di dalam kereta untuk penanganan kondisi darurat dan pelayanan kepada pelanggan. Petugas ini disebut Train Attendant.
“LRT Jabodebek direncanakan akan beroperasi mulai pukul 05.45 WIB hingga pukul 23.00 WIB. Jam pelayanan tersebut untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dalam mengawali aktivitas di pagi hari sampai menjelang tengah malam,” bener Zuristyo.
Lanjut Zurustyo, KAI berencana mengoperasikan hingga 27 trainset LRT Jabodebek per hari, dimana dalam 1 trainset terdiri dari 6 unit kereta. Dengan demikian akan terdapat 560 perjalanan LRT Jabodebek yang akan melayani 114.000 pelanggan per hari.
Dalam kondisi normal, diterangkannya, 1 trainset LRT Jabodebek berkapasitas 740 pelanggan dengan konfigurasi 174 duduk dan 566 berdiri. Namun jika kondisi padat, LRT Jabodebek dapat menampung 1.308 pelanggan.
“Terdapat 18 stasiun yang akan dilewati LRT Jabodebek yaitu Stasiun Dukuh Atas, Setiabudi, Rasuna Said, Kuningan, Pancoran, Cikoko, Ciliwung, Cawang, TMII, Kampung Rambutan, Ciracas, Harjamukti, Halim, Jatibening Baru, Cikunir I, Cikunir II, Bekasi Barat, dan Jatimulya. Stasiun LRT Jabodebek berada di lokasi-lokasi strategis mulai dari kawasan perumahan hingga kawasan bisnis. Tujuannya untuk memudahkan para penglaju untuk bertransportasi dari dan menuju Ibu Kota atau wilayah lainnya,” papar Zuristyo.
Lebih jauh diterangkan Zurustyo, KAI selain memiliki bisnis angkutan penumpang, juga memiliki bisnis angkutan barang di Jawa dan Sumatera. Angkutan barang KAI merupakan salah satu andalan perusahaan di saat angkutan penumpang sedang terus tumbuh secara bertahap pasca pandemi.
Ia mengatakan, angkutan barang KAI di tahun 2022 sampai dengan November telah mencapai 52,6 juta ton. Jumlah tersebut naik 14,1% dibanding periode yang sama di tahun 2021 sebanyak 46,1 juta ton.
“KAI melayani berbagai komoditi angkutan barang seperti peti kemas, batu bara, semen, BBM, CPO, pupuk, retail, dan lainnya,” sebutnya.
Menurut Zuristyo, angkutan barang menggunakan kereta api memiliki berbagai keunggulan seperti ketepatan waktu, keamanan, kapasitas besar, bebas pungutan liar, dan dikelola oleh SDM yang profesional. KAI akan terus berinovasi agar dapat meningkatkan volume dan kinerja angkutan barang menggunakan kereta api.
Targetnya, tambah Zuristyo, volume sebesar 105 juta ton akan KAI angkut di tahun 2027. Saat ini, KAI tengah menambah jumlah gerbong barang secara bertahap untuk mengakomodasi target peningkatan volume tersebut. KAI juga terus mencari potensi komoditas dan relasi angkutan barang baru.
“Inovasi lainnya yaitu KAI akan mengembangkan stasiun sebagai suatu ekosistem layanan untuk menyediakan jasa gudang transit berbasis rel. Adapun di bidang teknologi informasi, KAI akan mengembangkan sistem aplikasi yang akan memudahkan KAI dan mitra untuk dapat memonitor data serta pergerakan barangnya secara realtime. KAI pada prinsipnya siap berkontribusi maksimal dalam mendistribusikan logistik nasional dengan selamat, lancar, dan efisien,” tambah Zuristyo.
Zuristyo juga memastikan bahwa KAI juga mendukung program pemerintah yang akan memberlakukan Zero ODOL (over dimension over load) di awal 2023. Kebijakan ini tentu akan berdampak positif terhadap keselamatan masyarakat khususnya pengguna jalan.
“Angkutan barang KAI hadir untuk dapat mendukung biaya logistik yang kompetitif dan mengurangi dampak eksternalitas seperti kemacetan, polusi, jalan-jalan yang rusak, serta meningkatkan daya saing global,” katanya.
Dikatakannya, upaya Pemerintah mengembangkan Kereta Cepat Jakarta Bandung, transportasi massal yang menggunakan teknologi super canggih dan memiliki kecepatan yang tinggi ini sangat detail dalam memperhatikan keselamatan, keamanan dan kenyamanan penumpang.
Selain itu, katanya, keberadaan Kereta Cepat Jakarta Bandung ini juga akan menjadi pelengkap ekosistem transportasi kereta api melalui potensi pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia khususnya di wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta serta berkontribusi terhadap pembangunan dan pertumbuhan perekonomian wilayah dan kawasan yang dilalui Kereta Cepat Jakarta Bandung.
“Kereta Cepat Jakarta Bandung juga merupakan transpotasi massal yang merupakan solusi permanen jangka panjang yang diharapkan dapat mengatasi kemacetan lalu lintas jalanan di ruas-ruas jalan perkotaan dan ruas-ruas jalan menuju Bandung, dua daerah yang diproyeksikan di masa mendatang menjadi daerah megapolitan, ruas jalan di daerah sekitarnya, mengurangi emisi karbon dan polusi udara, serta langkah efektif untuk mengalihkan masyarakat pengguna kendaraan pribadi beralih ke transportasi massal secara efektif,” tukas Zurustyo.(bond)
Editor : Leona