Renhard WBP Disabilitas Akhirnya Hirup Udara Bebas; Dulu Pernah Viral Saat Ngadu ke Hotman Paris

oleh -347 Dilihat
Renhard Hutahaean, warga binaan pemasyarakatan (WBP) ini akhirnya dapat menghirup udara bebas, Selasa (21/2). (dom007)

KILASBABEL.COM – Setelah beberapa waktu menjalani pembinaan di Lapas Kelas IIA Pangkalpinang, Renhard Hutahaean, warga binaan pemasyarakatan (WBP) ini akhirnya dapat menghirup udara bebas, Selasa (21/2).

Pria berusia 39 tahun ini dibebaskan dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) kelas IIA Pangkalpinang, setelah mendapatkan pembebasan bersyarat.

Sejak pagi, sejumlah kerabat dan sanak keluarga sudah menanti kepulangannya. Tak terkecuali sang ibunda, Ermita Simanjuntak.

Bahkan sang ibu terus memanjatkan rasa syukur karena kini anaknya sudah bisa berkumpul ditengah-tengah keluarga.

Demikian halnya Renhard, dengan mengenakan pakaian batik dan celana panjang berwarna hijau dengan tongkat ditangannya, dirinya terus melempar senyuman meski dirinya tak bisa melihat.

Renhard sebelumnya tersandung kasus Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) tahun 2016 silam. Dari perbuatannya itu, dirinya dijatuhi hukuman penjara selama 12 tahun.

Hanya saja, saat menjalani hukuman penjara selama satu tahun di Lapas Bukit Semut Sungailiat Kabupaten Bangka, dirinya mendapatkan perlakuan kekerasan fisik dari oknum petugas lapas.

Atas insiden itu, sang ibu Ermita Simanjuntak pada 2018 silam melaporkan kejadian tersebut kepada pengacara kondang Hotman Paris dengan mendatangi Kopi Joni yang ada di Jakarta. Kala itu, video sang bunda pun sempat viral.

Kemudian pasca insiden kekerasan tersebut, Renhard lalu dipindahkan ke Lapas kelas IIA Pangkalpinang hingga resmi dibebaskan dengan pembebasan bersyarat.

“Tentunya saya sangat bersyukur akhirnya bisa berkumpul dengan keluarga. Saya sudah lama menantikan suasana seperti ini(berkumpul dengan keluarga),” ujar Renhard usai menerima pengarahan dari Pembimbing pemasyarakatan Bapas Pangkalpinang.

Renhard mengaku, selama menjalani masa hukuman, hak-haknya sebagai WBP sekaligus penyandang disabilitas terpenuhi. Bahkan dia juga mengklaim jika layanan yang diberikan Lapas Kelas IIA Pangkalpinang memuaskan.

“Saya merasa bagaikan dirumah sendiri, karena petugas lapas nya begitu baik begitu juga dengan layanan yang diberikan seperti jalur menuju blok tahanan hingga tongkat dari Dinas Sosial itu diberikan semua,” katanya.

Menurut Renhard, selama menjalani masa hukuman di lapas, dirinya juga mendapat perlakuan yang layak mulai dari layanan kesehatan hingga interaksi dengan keluarga.

“Ys semua itu terfasilitasi dengan baik. Selama di Lapas Pangkalpinang, saya ditempatkan di Klinik Pratama untuk memudahkan check up dan konsul ke dokter. Begitu juga dengan besuk lancar-lancar saja, kadang kalau tidak besuk seminggu sekali bisa video call dengan keluarga melalui fasilitas wartel,” kata pria lulusan pariwisata Sekolah Tinggi AMPTA Yogyakarta ini.

Setelah bebas ini, Renhard hanya berharap bisa menjalani kehidupannya lebih baik lagi.

“Harapan saya tentunya bisa bermanfaatlah dan berguna bagi bangsa negara, agama dan keluarga,” tuturnya.

Senada, sang ibu Ermita Simanjuntak juga mengaku lebih tenang ketika Renhard dipindahkan dan menjalani masa hukuman di Lapas kelas IIA Pangkapinang.

Dirinya pun mengapresiasi kepedulian Kalapas beserta jajaran yang telah memfasilitasi semua kebutuhan selama putranya menjalani masa hukuman.

“Sekarang tidak khawatir lagi, karena Kalapas, dokter serta jajarannya terbuka, mau video call selalu diizinkan, besuk lancar, semoga tuhan membalas kebaikan mereka sebagai pelindung dan pelayanan bagi warga binaan. Pokoknya pelayanan di Lapas Tuatunu The Best la,” ujar Ermita.

Sementara itu, Kalapas kelas IIA Pangkalpinang, Badarudin menyebut ada beberapa fasilitas bagi WBP penyandang disabilitas yang disiapkan pihaknya.

Mulai dari gwil blok yang terpasang mulai dari pintu masuk sampai ke kamar hunian, besi trum, hingga toilet disabilitas.

Sedangkan fasilitas lain, pihaknya bekerjasama dengan persatuan tuna netra Indonesia.

“Jadi dia diajarkan pelajaran huruf braille, kerjasama dengan ikatan tuna netra di Pangkalpinang dan
di dukung dinsos yang memberikan tongkat. Dan dia ditempatkan sesuai kondisinya,” tukas Badarudin.(dom007)

 

Editor : Putra Nalendra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.