KILASBABEL.COM – Pengamat sepak bola M.Kusnaeni menilai pembatalan drawing FIFA U20 yang dijadwalkan di Bali, 31 Maret, berpotensi memunculkan sanksi lebih berat yang akan didapat Indonesia dibanding saat kena hukuman pada 2016 silam.
Jika saat itu FIFA mem-ban keanggotaan PSSI gara-gara intervensi pemerintah RI, namun kali ini akan lebih berat dan pelik karena berkaitan dengan Piala Dunia U-20.
“Pembatalan drawing merupakan warning awal. Jika kita sampai gagal melaksanakan event FIFA U-20 tersebut Indonesia dianggap menodai kepercayaan yang diberikan FIFA. Otoritas tertinggi sepak bola internasional tersebut dirugikan secara material dan inmaterial, karena pelaksanaan event mereka kacau balau,” katanya menanggapi pernyataan resmi PSSI tentang pembatalan drawing di Jakarta, Minggu (26/3).
Kusnaeni berharap pemerintah dan juga PSSI maupun LOC berkonsolidasi menyelesaikan sederet persoalan yang menjadi perhatian FIFA.
“Kita berharap semoga FIFA tidak melakukan pembatalan penujukkan Indonesia sebagai tuan rumah. Pembatalan drawing merupakan peringatan awal, apa yang perlu lakukan? Segera konsolidasi dan bereskan PR yang ada. Karena saya melihat tak hanya masalah Israel saja yang jadi perhatian FIFA, tapi juga berkaitan dengan infrastruktur. Mereka saya yakin berharap Indonesia bisa sukses menjadi tuan rumah,” ujarnya.
Jika terkena sanksi, dunia sepak bola Tanah Air bakal terdampak. Para pemain terbaik negeri ini kehilangan kesempatan bersaing di pentas internasional. Pada periode 2015-2016 Indonesia pernah merasakan pahitnya sanksi dari FIFA, dikucilkan dari pentas internasional.
Kusnaeni mengingatkan, gara-gara dilarang berkiprah di ajang resmi, ranking Indonesia melorot drastis. Mimpi melihat Indonesia berprestasi makin jauh, karena secara ranking FIFA Tim Merah-Putih terlempar jauh.
Di level domestik pun kompetisi kian sulit mendapatkan sponsor kakap. Perusahaan kakap berfikir ulang mau berinvestasi ke klub maupun PSSI. Ujungnya jika kondisi makin parah, pelaksanaan kompetisi akan tersendat karena masalah dana.
“Jangan sampai hal itu terjadi. Mimpi buruk buat sepak bola kita. Jangan bermain-main dengan kesepakatan yang sudah dibuat dengan FIFA. Kita jadi host prosesnya mengajukan diri, bukan ujuk-ujuk FIFA yang minta. Taati kesepakatan yang ada. Segera cari air untuk memadamkan kebakaran yang timbul,” tutup Kusnaeni.
Erick Thohir Bakal Lobi FIFA
Anggota Komite Eksekutif PSSI Arya Sinulingga menggambarkan situasi terkini pasca FIFA membatalkan drawing Piala Dunia U-20 2023 di Bali pada 31 Maret 2023. Dia mengungkapkan situasi berkaitan status Indonesia sebagai tuan rumah tak bisa diprediksi.
“Kemarin kami sudah dapat informasi dari FIFA ke LOC (Panitia Lokal), dalam pemberitahuan belum ada surat resmi tapi sudah jelas bahwa drawing Piala Dunia U-20 telah dibatalkan FIFA. Keputusan berasal dari mereka. Memang kami belum dapat surat resmi dari FIFA, namun pesannya jelas bahwa dibatalkan,” kata Arya dalam keterangannya, Minggu (26/3).
“Ini kami maklumi karena adanya penolakan dari Gubernur Bali yang menolak kedatangan Israel di mana mereka tidak diperbolehkan mengikuti drawing sehingga mungkin hal ini menjadi dasar keputusan membatalkan pelaksanaan drawing,” terang Arya.
Arya menduga surat Gubernur Bali, I Wayan Koster ke Menpora yang beredar luas menjadi dasar keputusan FIFA. Padahal, Wayan Koster termasuk kepala daerah yang ikut meneken dukungan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
“Gubernur Bali telah meneken government guarantee, bersepakat dan setuju saat Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, dan sekarang mereka menolak. Wajar kalau FIFA akhirnya memutuskan membatalkan drawing di sana,” tegas Arya.
PSSI dan LOC saat ini tidak bisa memprediksi status Indonesia sebagai tuan rumah. Ini mengingat FIFA belum lagi bersurat pasca mengumumkan pembatalan drawing pada Sabtu (25/3) pagi.
“Kemudian mengenai kapan waktu drawing dan di mana, kami belum dapat informasi dari FIFA. Saat ini kami sedang memikirkan cara bagaimana indonesia khususnya sepak bola tidak dikucilkan dalam suatu ekosistem sepak bola. Kita memang tahu sangat sulit memisahkan politik dan olahraga. Kami ingin olahraga tetap pada konteks olahraga,” ungkap dia.
Arya menyebut Ketua Umum PSSI yang juga Ketua LOC, Erick Thohir tengah melakukan konsolidasi dengan pemerintah untuk mengupayakan solusi terbaik terkait pembatalan FIFA tersebut.
“Pak Erick Thohir sedang koordinasi dengan Kemenlu sebagai penanggung jawab diplomasi dan Kemenpora yang berpayung menjadi INAFOC sebagai penyelenggara event. Demikian juga beliau akan melaporkan ke Presiden RI Joko Widodo, proses-prosesa ini dan mencari solusi yang terbaik untuk menyelamatkan sepak bola indonesia yang kita cintai,” terang Arya.
“Kami berharap dan memohon pencinta sepak bola indonesia yang mau sepak bola maju untuk tetap tenang. Kami mencoba mencari solusi dan berbicara dengan FIFA dalam waktu dekat. Karena kekhawatiran kita, kita dikucilkan dalam ekosistem sepak bola dunia,” kata Arya yang juga merupakan Staf Khusus Menteri BUMN itu.
Lebih lanjut, PSSI tak berani berandai-andai soal bagaimana status Indonesia sebagai host, usai batalnya pengundian. “Kita belum berani berbicara persentase karena dengan dibatalkannya drawing ini kemunduran atau sebagainya. Penetapan grup sudah berubah. Kita tidak tahu bagaimana kondisi terkini. Pastinya, Pak Erick akan lakukan diplomasi pendekatan ke FIFA,” papar Arya.
Pemerintah, kata Arya, tidak berniat mundur sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. PSSI akan menanyakan kelanjutan dan kejelasan kompetisi akbar sepak bola tersebut kepada FIFA.
“Kami dari PSSI sebagai penyelenggara tetap jalan. Yang terjadi saat ini pemerintah daerah yang tidak bisa menerima dan menjamin penyelenggaraan itu. FIFA mungkin melihat hal tersebut. Menyangkut kejelasan drawing, kami akan segera bertanya ke FIFA. Yang pasti ke FIFA, belum menyampaikan waktu dan tempat yang baru. Kita belum bisa jawab. Ketua Umum PSSI untuk berusaha melobi-lobi FIFA,” terangnya.
Arya juga menegaskan tidak mungkin bagi PSSI atau LOC melakukan permohonan ke FIFA, agar Israel bertanding di Singapura untuk menjaga situasi politik dalam negeri kondusif.
Sumber : merdeka.com
Editor : Rakha