BI Dorong Pengembangan Ekonomi Hijau Berkelanjutan Untuk Mendukung Diversifikasi dan Resiliensi Perekonomian Babel

oleh -294 Dilihat
Foto : ilustrasi. (net)

KILASBABEL.COM – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggelar kegiatan diseminasi perkembangan perekonomian terkini dalam gelaran talkshow Pre-event Babel Economic Forum (BEF) bertemakan “Recent Economic Development Bangka Belitung dan Potensi Pengembangan Ekonomi Hijau yang Berkelanjutan” pada tanggal 11 Mei 2023. Kegiatan diseminasi menghadirkan narasumber Sunarsip, Chief Economist the Indonesia Economic Intelligence dan Dr. Heru Rahadyan, Ekonom Senior Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, bersama moderator Dr. Reniati selaku Ketua ISEI Bangka Belitung.

Topik ekonomi hijau yang diangkat sangat relevan mengingat perubahan iklim yang sangat cepat berdampak negatif bagi berbagai aspek kehidupan masyarakat termasuk pada aspek ekonomi dan keuangan. Talkshow dibuka oleh Faturachman Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dalam pemaparannya Faturachman menyampaikan 3 kunci ketahanan suatu bangsa yaitu energi, pangan, dan digitalisasi. Dalam ketahanan energi diperlukan pengembangan energi hijau, sementara ketahanan pangan dapat didorong dengan urban farming, dan digitalisasi diperlukan inovasi yang terus menerus. Faturachman juga menyampaikan bahwa selama 13 tahun terakhir, ekonomi Babel secara perlahan mengalami transformasi ekonomi dengan semakin meningkatnya porsi sektor pertanian terhadap total PDRB Babel.

Sementara itu, Sunarsip menyampaikan bahwa setelah meratifikasi Paris Agreement (kesepakatan global untuk menghadapi perubahan iklim) tahun 2016, Indonesia perlu mempersiapkan langkah-langkah konsisten mengurangi emisi karbon dari berbagai aktivitas ekonomi hingga 43% pada tahun 2030 dan net zero carbon pada tahun 2060. Lebih lanjut Heru Rahadyan menyampaikan potensi kerugian yang ditimbulkan oleh perubahan iklim bisa mencapai 18% dari Produk Domestik Bruto (PDB) global, lebih tinggi dibandingkan krisis keuangan global tahun 2008 (0,1% dari PDB) dan pandemi Covid-19 (3,3% dari PDB). Bagi Indonesia, potensi kerugian bisa mencapai Rp100 triliun per tahun hingga 40% dari PDB akibat perubahan iklim tersebut. Untuk itu, Bank Indonesia telah menerbitkan kebijakan makroprudensial yang memberikan insentif bagi perbankan untuk mendorong kredit/pembiayaan ke sektor hijau.

Ke depan Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi serta mendorong Pemerintah Daerah dan mitra strategis lainnya dalam memperkuat sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru antara lain di sektor pertanian khususnya sub-sektor pangan dan hortikultura, pariwisata, hilirisasi/industrialisasi komoditas unggulan Babel yang lebih berkelanjutan (green), termasuk penguatan kapasitas UMKM melalui capacity building serta on boarding, dan penguatan digitalisasi daerah. (SP)

 

Editor : Leona

No More Posts Available.

No more pages to load.