Kangkareng, Si Hitam yang Kian Sulit Ditemui di Hutan Bangka Belitung

oleh -281 Dilihat
Kangkareng hitam [Anthracoceros malayanus] ini menetap sementara di PPS [Pusat Penyelamatan Satwa] Alobi Bangka Belitung. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia.

KILASBABEL.COM – Wajahnya tertunduk sedih. Kaki kanannya cacat, tak bisa mencengkeram ranting pohon dengan sempurna. Di salah satu kandang PPS (Pusat Penyelamatan Satwa) Alobi Bangka Belitung, kangkareng hitam (Anthracoceros malayanus) jantan ini untuk sementara tinggal.

Ia dipelihara sejak kecil hingga dewasa oleh seorang warga yang menemukan telurnya di kawasan hutan di Kabupaten Bangka Selatan.

“Beberapa bulan lalu diserahkan. Menurut warga yang memelihara, kakinya sudah cacat sejak lahir,” terang Endi R. Yusuf, Manager PPS Alobi Foundation Bangka Belitung, sebagaimana dikutip dari mongabay.com, Sabtu, (27/5).

Belum bisa dipastikan kapan bisa dilepasliarkan.

“Namun, setiap satwa yang di rehab harus tetap kami kembalikan ke alam. Untuk kangkareng hitam ini, sepertinya cukup lama bisa dikembalikan ke hutan. Sejauh ini, belum ada data populasinya di Pulau Bangka dan masyarakat sudah jarang melihatnya,” lanjut Endy.

Sulit dijumpai

Bagi masyarakat di Bangka Belitung, satu dari 13 spesies burung rangkong di Indonesia ini sering disebut mangkek [Suku Maras], kuko [Suku Mapur], dan ruik [Belitung].

Menurut Iswarjono [39], penjaga hutan rimba Mambang di lanskap Gunung Maras, kangkareng hitam sulit dijumpai.

“Dua tahun lalu, suaranya yang serak dan keras, pernah terdengar di hutan rimba Mambang. Kalau bertemu langsung, sejak tahun 2000-an tidak pernah lagi,” lanjutnya.

Hal senada disampaikan Ratno [44], penjaga hutan adat Bukit Tukak di Desa Pangkalniur, Kabupaten Bangka. Ia mengaku hanya pernah mendengar suaranya saja.

“Itupun saat hutan di Sunur [Teluk Kelabat Dalam] belum terbakar [1970-an],” katanya.

Sementara di lanskap hutan Suku Mapur di Utara Pulau Bangka, sejak masuknya perusahaan sawit kisaran tahun 2006, kangkareng hitam tidak pernah lagi terlihat.

“Saat hutan di Mapur utuh, suaranya pernah terdengar,” kata Asih Harmoko, Ketua Lembaga Adat Mapur, di Dusun Air Abik.

Menurut Adie Darmawan, Ketua Komunitas Air Selumar [Arsel Community] Belitung yang mengelola Hutan Kemasyarakatan [HKm] Bukit Peramun, kangkareng hitam pernah terpantau tahun 2021 lalu.

“Gampang diketahui karena suaranya sangat keras.”

Terancam

Menurut Ahmad Fadhli Jundana, Kepala Resor RKE XVII BKSDA Sumatera Selatan, selain berkurangnya habitat, perburuan merupakan ancaman serius populasi kangkareng hitam di Bangka Belitung.

“Hingga saat ini, kami [BKSDA] belum pernah bertemu langsung di alam, yang ada hanya hasil sitaan atau serahan. Ini sebagaimana kasus 2020 lalu, terkait perburuan liar tiga ekor kangkareng hitam di Bangka Barat.”

Dikutip dari bangkapos.com, tahun 2020 lalu sempat viral seorang warga memposting hasil buruannya di sosial media. Dari foto yang itu terlihat tiga individu kangkareng hitam [dua jantan satu betina] ditembak mati.

Tanpa dia ketahui, burung tersebut adalah kangkareng hitam yang dilindungi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

“Hingga saat ini kami bersama Alobi terus melakukan sosialiasi perlindungan kangkareng hitam. Adanya penyerahan menjadi indikasi kesadaran masyarakat meningkat,” lanjut Ahmad Fadhli.

Mengutip IUCN Red List, spesies kangkareng hitam atau Black Hornbill merupakan “tangkapan sampingan” bagi para pemburu yang menargetkan spesies rangkong gading [Rhinoplax vigil]. Statusnya Rentan [Vulnerable/VU].

“Spesies ini diperkirakan menurun sebesar 30-49% selama tiga generasi [28 tahun],” jelas laporan tersebut.

Sebagai informasi, kangkareng hitam tersebar di Thailand, Malaysia, Brunei, serta Kalimantan dan Sumatera.

Mengutip situs rangkong.org, kangkareng hitam merupakan penghuni kanopi hutan bagian atas dan tengah. Umumnya dijumpai pada ketinggian di bawah 200 mdpl, namun pernah teramati hingga 600 mdpl.

Seperti jenis rangkong lainnya, kangkareng hitam merupakan “petani hutan” yang memiliki peran penting bagi ekosistem, khususnya meregenerasi hutan.

Endi R. Yusuf mengatakan, menjaga rangkong sama pentingnya dengan menjaga hutan. Peran utamanya sebagai pemakan buah dan penebar benih. Di Bangka Belitung, ada banyak jenis pohon ara atau beringin [Ficus spp.] yang buahnya menjadi favorit kangkareng hitam.

“Semakin jarang orang melihat rangkong, mungkin sejalan dan menjadi indikasi tergerusnya hutan di Bangka Belitung. Sebaliknya, dengan menjaga rangkong, ada harapan pulihnya hutan di Bangka Belitung,” tegasnya.

 

Editor : Putra Nalendra

 

No More Posts Available.

No more pages to load.