KILASBABEL.COM – Pemerintahan Desa Namang Kabupaten Bangka Tengah menampilkan 2 (dua) produk unggulan khas daerah pada penetapan Jaringan Desa ASEAN 2023.
Kedua produk itu yakni madu pelawan dan lada yang dikenal dari Bangka Belitung “Muntok White Pepper”.
Kepala Desa Namang Kabupaten Bangka Tengah Zaiwan mengaku bangga dan terharu setelah ditetapkannya Desa Namang masuk dalam 9 desa ASEAN Tahun 2023.
Desa Namang dianggap berhasil dalam pengembangan produk dan UMKM asli desa sendiri atau disebut dengan One Village One Product (OVOP).
“Ada 2 produk yakni madu pahit, jadi kami berikan edukasi hisap madu dalam wisata pelawan itu dan mengenal pohon – pohon yang berbunga menghasilkan lebah liar Bangka Belitung dan yang kedua adalah lada, jadi ada lada hitam, lada putih, kita edukasikan semua itu ada di Namang,” ujar Zaiwan sebagaimana dilansir dari rri.co.id, Rabu (7/6).
Pengembangan produk ini, menurut Zaiwan, sudah dimulai tahun 2017, dimana Namang mendapatkan penghargaan Palama Karya dari pusat dan mendapat juara 2 tingkat nasional, serta diundang Presiden Jokowi pada 8 Desember 2017 lalu.
Pengembangan desa wisata Desa Namang berlangsung hingga kini, Desa Namang ditunjuk Direktorat Jenderal Pembangunan Desa dan Perdesaan (Ditjen PDP) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) untuk mewakili Indonesia dalam pembentukan jaringan desa ASEAN atau dikenal dengan ASEAN Village Network.
Selain kedua produk itu, menurut Zaiwan, pihaknya pun mengembangkan Desa Namang sebagai desa wisata yang merupakan miniatur nya khas dari Bangka Belitung, mulai dari produk hasil Pelawan, lada, ngelimbang timah dan hasil pertanian lain yang juga dalam rangka memberdayakan masyarakat petani desa setempat.
Semua yang ada di Bumi Serumpun Sebalai tergambarkan dari wisatanya Desa Pelawan, Kabupaten Bangka Tengah.
“Untuk penetapan Desa Namang sebagai Jejaring Desa ASEAN itu, kami akan hadir ke Jakarta langsung pada Juli nanti,” kata Zaiwan
Diharapkan Zaiwan, dengan penetapan Desa ASEAN ini, mampu mendongkrak dan menggerakkan perekonomian masyarakat sekitar setelah hampir 3 tahun wisata daerah Bangka Tengah terpuruk dampak pandemi Covid 19.