KILASBABEL.COM – PT Pertamina (Persero) akan meluncurkan bahan bakar minyak (BBM) jenis baru campuran pertamax dengan nabati etanol (bioetanol) Juni ini.
Bioetanol adalah salah satu bentuk energi terbarukan yang dapat diproduksi dari tumbuhan melalui proses fermentasi. Etanol sendiri dapat dibuat dari tanaman-tanaman yang umum, salah satunya tebu.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menuturkan etanol yang akan digunakan berasal dari molases tebu. Menurutnya, transisi energi bukan sekadar menurunkan karbon emisi, tapi lebih penting lagi bagi Indonesia adalah untuk mewujudkan kemandirian energi.
Oleh karena itu, Pertamina mengembangkan energi berbasis sumber daya alam yang dimiliki Indonesia.
“Jadi nanti kami di bulan ini, kami mau launching produk baru, yaitu bioetanol. Jadi pertamax kami campur dengan etanol,” ucap Nicke dalam Media Briefing Capaian Kinerja 2022, Selasa (6/6).
Ia mengungkapkan proses pembuatan etanol dari tebu tidak akan mengganggu produksi dari pabrik gula. Pasalnya, pihaknya hanya akan mengambil tetes tebu, sehingga tidak rebutan dengan pabrik gula.
Selain itu, bioetanol juga bisa dibuat dari singkong dan jagung.
“Jadi kami akan terus lakukan riset-riset untuk menghasilkan bioenergi dari bahan baku nabati,” imbuh Nicke.
Upaya Pertamina merilis BBM baru dari dari bioetanol ini kian menambah portofolio produk bahan bakar nabati. Perusahaan pelat merah itu sebelumnya juga telah mengedarkan BBM yang dicampur dengan minyak nabati, yakni biodiesel 35 persen (B35).
Secara umum, B35 merupakan campuran bahan bakar nabati (BBN) berbasis minyak kelapa sawit, yaitu Fatty Acid Methyl Esters (FAME). Kadar minyak sawitnya 35 persen, sementara 65 persen lainnya merupakan BBM jenis solar.
Mengutip laman Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), bahan baku biodiesel di Indonesia berasal dari minyak sawit (CPO).
Namun selain CPO ada tanaman lain yang berpotensi untuk bahan baku biodiesel, antara lain tanaman jarak, jarak pagar, kemiri sunan, kemiri cina, nyamplung, dan lain-lain.
Proses pembuatan biodiesel umumnya menggunakan reaksi metanolisis (transesterifikasi dengan metanol), yaitu reaksi antara minyak nabati dengan metanol dibantu katalis basa (NaOH, KOH, atau sodium methylate). Ini untuk menghasilkan campuran ester metil asam lemak dengan produk ikutan gliserol.
Menurut ESDM, biodiesel siap digunakan mesin diesel biasa dengan sedikit atau tanpa penyesuaian. Penyesuaian dibutuhkan jika penyimpanan atau wadah biodiesel terbuat dari bahan yang sensitif dengan biodiesel seperti seal, gasket, dan perekat terutama mobil lama dan yang terbuat dari karet alam dan karet nitril.
Sumber : cnnindonesia.com