KILASBABEL.COM – Tim penyelamat menggali reruntuhan guna mencari korban selamat di rumah-rumah yang ambruk di desa-desa pegunungan terpencil di Maroko pada Sabtu, setelah gempa bumi paling mematikan di Maroko dalam lebih dari enam puluh tahun dekade itu menewaskan lebih dari 1.000 orang.
Gempa yang mengguncang pegunungan High Atlas di Maroko pada Jumat malam tersebut meluluhlantakkan berbagai bangunan bersejarah di Marrakesh yang menjadi kota terdekat kepada pusat gempa, sementara sebagian besar korban jiwa berada di daerah-daerah pegunungan di bagian selatan Maroko.
Kementerian Dalam Negeri Maroko mengungkapkan 1.037 orang tewas dan 672 lain luka-luka akibat gempa yang menurut Survei Geologi AS berkekuatan 6,8 skala Richter dengan pusat gempa sekitar 72 km arah barat daya Marrakesh.
Di desa Amizmiz dekat pusat gempa, petugas penyelamat menggali puing-puing bangunan dengan tangan kosong. Bebatuan yang ambrol memenuhi jalan-jalan sempit. Di luar sebuah rumah sakit, sekitar 10 jenazah tergeletak dalam selimut sementara kerabat yang berduka berdiri di dekatnya.
“Saat saya merasakan bumi berguncang di bawah kaki saya dan rumah miring, saya bergegas mengeluarkan anak-anak saya. Namun tetangga saya tidak bisa,” kata Mohamed Azaw.
“Sayangnya tidak ada seorang pun yang ditemukan hidup dalam keluarga itu. Ayah dan anaknya ditemukan tewas, petugas penyelamat masih mencari ibu dan putrinya.”
Tim penyelamat berdiri di atas lantai satu bangunan di Amizmiz, dengan potongan karpet dan furnitur terkuak dari puing-puing. Antrian panjang terbentuk di luar satu-satunya toko yang buka ketika orang-orang berburu perbekalan.
Menjelaskan betapa berat tugas dihadapi tim penyelamat, batu-batu besar yang berjatuhan menghalangi jalan dari Amizmiz ke desa terdekat.
Gempa yang terjadi sekitar pukul 23.00 waktu setempat (05.00 pagi WIB), melanda wilayah pegunungan High Atlas. Getaran terasa hingga Huelva dan Jaen di Andalusia di Spanyol selatan.
Rekaman kamera amatir di Marrakesh menunjukkan saat bumi mulai berguncang, ketika orang-orang tiba-tiba melihat ke sekeliling dan melompat, dan yang lain berlari mencari perlindungan ke dalam sebuah gang dan kemudian berhamburan begitu debu dan puing-puing berjatuhan di sekitar mereka.
Di Marrakesh, di mana 13 orang dipastikan tewas, warga bermalam di alam terbuka karena takut pulang.
Di jantung kota tua itu yang merupakan situs Warisan Dunia UNESCO, sebuah menara masjid di Lapangan Jemaa al-Fna ikut ambruk.
Orang-orang mengungsi ke Marrakesh dari daerah-daerah sekitarnya demi mencari perawatan.
Tayangan televisi pemerintah dari daerah Moulay Ibrahim sekitar 40 km arah selatan Marrakesh menunjukkan puluhan rumah runtuh di kaki sebuah gunung, dan penduduk menggali kuburan disaksikan sekelompok perempuan yang berdiri di jalan.
Montasir Itri, warga Desa Asni yang berada dekat pusat gempa, mengungkapkan sebagian besar rumah di sana rusak.
“Tetangga kami terjebak di bawah reruntuhan dan orang-orang bekerja keras menyelamatkan mereka dengan menggunakan sarana yang tersedia di desa,” kata dia.
Di Marrakesh, di mana puing-puing memenuhi jalan-jalan, penduduk mengisahkan pemandangan yang menyedihkan ketika orang-orang melarikan diri demi menyelamatkan diri.
“Saya masih tak bisa tidur di dalam rumah karena guncangan dan juga karena kota tua terdiri dari rumah-rumah tua,” kata Jaouhari Mohamed, seorang warga kota tua itu.
Televisi Pemerintah Maroko menyiarkan gambar pasukan yang dikerahkan.
Gempa tersebut tercatat pada kedalaman 18,5 km, yang biasanya lebih dahsyat dibandingkan gempa dalam pada kekuatan yang sama.
Ini adalah gempa bumi paling mematikan di Maroko sejak 1960 ketika gempa tersebut diperkirakan menewaskan sedikitnya 12.000 orang, kata Survei Geologi AS.
Turki, tempat terjadinya gempa bumi dahsyat pada Februari yang menewaskan lebih dari 50.000 orang, menyatakan siap memberikan dukungan.
Aljazair, yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Maroko pada 2021 karena status politik Sahara Barat, menyatakan akan membuka wilayah udara demi penerbangan kemanusiaan dan medis ke Maroko.
“Gempa bumi dangkal biasanya lebih merusak,” kata Mohammad Kashani, Profesor Rekayasa Struktural dan Gempa Bumi pada Universitas Southampton.
Ia membandingkan kejadian setelahnya dengan citra dari Turki pada Februari: “Daerah ini penuh dengan bangunan tua dan bersejarah, yang sebagian besar terbuat dari batu. Struktur beton bertulang yang runtuh yang saya lihat… mungkin sudah tua atau di bawah standar.”
Pemerintah di seluruh dunia menyatakan solidaritas dan menawarkan bantuan kepada Maroko.
Marrakesh akan menjadi tuan rumah pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia awal Oktober nanti.
Di Marrakesh, beberapa rumah di kota tua yang padat penduduk itu roboh. Masyarakat menggunakan tangannya untuk membersihkan puing-puing sambil menunggu alat berat, kata warga Id Waaziz Hassan.
Warga ibu kota Rabat, sekitar 350 km utara Ighil, dan kota pesisir Imsouane yang berjarak sekitar 180 km ke arah barat, juga meninggalkan rumah mereka karena takut terjadinya gempa yang lebih kuat.
Di Casablanca, sekitar 250 km utara Ighil, orang-orang yang bermalam di jalanan terlalu takut untuk kembali ke rumahnya.
“Rumah berguncang dengan keras, semua orang ketakutan,” kata warga Mohamed Taqafi.
Sumber : Antara