Ini Dia! Hamzah Fansuri Sang Bapak Sastra Melayu

oleh -815 Dilihat
Foto : by surau.co

KILASBABEL.COM – Hamzah Fansuri dilahirkan di Barus pada akhir abad ke-16. Saat itu Barus merupakan bagian dari Kerajaan Aceh Darussalam.

Semasa hidupnya Hamzah Fansuri di Aceh sendiri, ia kurang dikenali bahkan cenderung dimusuhi karena dianggap ajarannya sesat. Ia justru dikenal setelah wafat. Para pengikutnya (yang tersebar di seluruh Nusantara) berhasil menyelamatkan salinan karyanya dari pemusnahan yang dilakukan atas anjuran Nurruddin Ar-Raniri sehingga sampai ke tangan kita hari ini.

Hamzah Fansuri sebagai Penyair Sufi

Hamzah Fansuri adalah pujangga Melayu terbesar di abad ke-17 Masehi, terkemuka pada zaman itu. Disebut juga sebagai “Jalaluddin Rumi” kepulauan Nusantara, dikenal sebagai penemu / pencipta bentuk pantun pertama dalam bahasa Melayu. Keberadaan beliau selaku pujangga dan penyair sufi dapat dibuktikan oleh fakta-fakta sejarah.

Hamzah Fansuri menguasai bahasa Arab, Urdu dan Persia membuatnya mempelajari dan menghayati filsafat Ibnu Arabi, Al Hallaj, Al Bistami, Maghribi, Syech Nikmatullah, Dalmi, Abdullah Jilli, Jalaluddin Rumi, Abdurqadir al-Jailani dan banyak ulama terkemuka.

Dalam filsafat ketuhanan, Hamzah Fansuri menganut aliran “Wahdatul Wujud,” dan sebagai seorang penyair sufi ia menjadi pengikut Thariqat Qadiriyah. Pengembaraannya yang jauh ke negeri-negeri Semenanjung Melayu, Pulau Jawa, India, Persia, Arabia dan sebagainya telah membuatnya memiliki cakrawala sejauh ufuk langit, sehingga ketika menjadi seorang sastrawan karya tulisnya berisi padat dengan butir-butir filsafat sekaligus enak dibaca.

Lazimnya “Penyair Sufi”, sajak-sajak Hamzah Fansuri penuh dengan rindu dendam, rindu pada Mahbubnya, kekasihnya, Sang-Khaliq, Allah S.W.T. Sedemikian rindunya sehingga dia merasa bersatu atau menjadi satu dengan kekasihnya. Sebab itulah karya Hamzah Fansuri sulit dipahami oleh orang yang tidak membaca dan mendalami pikiran dan filsafat tasauwuf.

Kitab atau karya tulis Hamzah Fansuri

Sepanjang pengetahuan penulis ada lima kitab karya Hamzah Fansuri, sedang yang tidak diketahui penulis kemungkinan besar lebih dari sepuluh. Kelima kitab tersebut antara lain:

  1. Asraarul Arifiin Fi Bayani Ilmis Suluk wat-Tauhid, membahas ilmu tauhid dan ilmu tariqat. Dalam kitab ini terdapat ajaran-ajaran beliau;
  2. Syaabul Asyiqin, membicarakan tariqat, syariat, hakikar dan makrifat;
  3. Al Muntahi, membicarakan masalah tasawuf;
  4. Ruba’i Hamzah Fansuri, berisi syair sufi yang penuh butir-butir filsafat;
  5. Syair Burung Unggas, sajak sufi yang menceritakan ketika manusia menjadi Insan Kamil maka tidak ada lagi pembatas antara dirinya dan mahbubnya karena ia telah memfanakan dirinya ke dalam kekasih yang dirindukannya.

Kekasihmu dhahir terlalu terang,

Pada kedua alam nyata terbentang,

Ahlul Makrifar terlalu menang,

Wasilnya daim tiada berselang.

Hempas akal dan rasamu,

Lenyap badan dan nyawamu,

Pejamkan hendak kedua matamu,

Di sana lihat peri rupamu.

Syair Burung Unggas karya Hamzah Fansuri

Naskah syair burung unggas belum pernah diterbitkan, naskahnya tidak terlalu panjang namun memberikan arti yang sangat penting. Berikut rangkumannya yang dituliskan kembali dalam huruf latin, sebagaimana dituliskan oleh A. Hasjmy dari puing-puing naskah tua sisa dari perpustakaan Tengku Chik Kuta Karang.

Unggas itu yang amat burhana,

Daimnya nantiasa di dalam astana,

Tempatnya bermain di Bukit Tursina,

Majnun dan Laila adalah di sana.

Unggas itu bukannya nuri,

Berbunyi ia syadda kala hari,

Bermain tamasya pada segala negeri,

Demikianlah murad insan sirri.

 

Unggas itu bukanlah balam,

Nantiasa berbunyi siang dan malam,

Tempaynya bermain pada segala alam,

Di sanalah tamasya melihat ragam.

 

Unggas itu terlalu indah,

Olehnya banyak ragam dan ulah,

Tempatnya bermain di dalam Ka’bah,

Pada Bukit Arafah kesudahan musyahadah

………………………………………………………………………………………………………

Unggasnya itu terlalu pingai,

Warnanya terlalu bisai,

Rumahnya tiada berbidai,

Duduknya daim di balik tirai.

 

Putihnya terlalu suci,

Daulahnya itu bernama ruhi,

Milatnya terlalu sufi,

Mushafnya bersurat kufi,

 

Arasy Allah akan pangkalnya,

Janibullah akan tolannya,

Baitullah akan sangkarnya,

Menghadap Tuhan dengan sopannya.

 

Sufi bukannya kain,

Fi Mekkah daim bermain,

Ilmunya lahir dan batin,

Menyembah Allah terlalu rajin.

 

Zikrullah kiri kanannya,

Fikrullah rupa bunyinya,

Syurbah tauhid akan minumnya,

Daim bertemu dengan tuhannya.

Pada akhir pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Hamzah Fansuri meninggal dunia pada 29 Rajab 1046 H / 27 Desember 1636. Beliau memiliki dua makam; pertama di Kampung Oboh Simpang Kiri Rundeng di Hulu Sungai Singkel dan yang kedua di Ujong Pancu di Aceh Besar.

 

Sumber : tengkuputeh.com

No More Posts Available.

No more pages to load.