KILASBABEL.COM – Pemutusan aliran listrik dan akses bahan bakar yang diterapkan penjajah Israel ke wilayah Gaza mulai berdampak pada Rumah Sakit Indonesia. Rumah sakit yang saat ini merawat ratusan korban pembantaian Israel itu kehabisan daya dan harus beroperasi dalam gelap.
Berlokasi di Beit Lahiya, Rumah Sakit Indonesia, salah satu dari sedikit fasilitas medis yang masih beroperasi di Gaza utara. Pada Selasa (24/10), rumah sakit itu mengalami pemadaman listrik besar-besaran, bahkan ketika petugas medis terus merawat korban serangan Israel yang sedang berlangsung.
Sebuah klip video yang diposting oleh Aljazirah Arab di media sosial menunjukkan rumah sakit dalam kegelapan total, saat orang-orang berjalan-jalan menggunakan cahaya dari telepon genggam mereka.
Rumah Sakit Indonesia di Gaza mulai dibangun pada 2011 dengan donasi dari berbagai pihak di Indonesia. Penggunaannya diresmikan pada 2015 oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Ruang perawatan di rumah sakit itu dinamai “Pembaca Republika” sebab salah satu donasi paling awal untuk pendirian bangunan itu datang dari uang yang disumbangkan pembaca media tersebut.
Aljazirah melaporkan, beberapa rumah sakit di Gaza menghadapi “konsekuensi bencana” dalam 48 jam kedepan jika pasokan bahan bakar darurat tidak disalurkan. Koresponden Aljazirah juga mengiyakan laporan sebelumnya bahwa Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara kehabisan bahan bakar dan mengalami pemadaman listrik sehingga menyebabkan kondisi gelap gulita.
“Kondisinya kritis,” katanya, seraya menambahkan bahwa pemboman Israel terus berlanjut semalaman. Sedikitnya 28 orang dilaporkan meninggal di sebuah distrik di utara Rafah, dan setidaknya 14 orang lagi gugur menyusul serangan terhadap pabrik minyak di Khan Younis.
Sebelum pemadaman hari ini, Israel telah melakukan sejumlah serangan yang berdampak ke sejumlah rumah sakit di Gaza, tiga hari belakangan. RS Al-Shifa, RS Al-Quds,dan RS Indonesia dilaporkan terdampak bombardir Israel di wilayah sekitar.
Kantor berita Palestina, WAFA, melaporkan bahwa beberapa rudal menghantam sekitar Kompleks Medis Al-Shifa, yang menampung jumlah korban luka dan staf medis terbesar di seluruh Jalur Gaza.
Serangan terpisah juga terjadi untuk kedua kalinya di sekitar Rumah Sakit Al-Quds di lingkungan Tal Al-Hawa. Sedangkan Aljazirah melaporkan bahwa sekitaran RS Indonesia di kota Beit Lahia di utara Gaza juga dibombardir pada Senin (23/10/2023) pagi.
Direktur Rumah Sakit Indonesia Atef al-Kahlout menuturkan pada Aljazirah, serangan di sekitar Rumah Sakit Indonesia telah menyebabkan “kerusakan dan cedera serius”. Tidak jelas apakah pasien dan orang lain yang berlindung di rumah sakit juga termasuk di antara mereka yang terluka.
Rumah Sakit Indonesia saat itu disebut mungkin terpaksa menghentikan operasi jika tidak mendapatkan bahan bakar untuk menjalankan fasilitas tersebut. “Kami akan menghadapi bencana jika kami tidak mendapatkan lebih banyak bahan bakar,” kata Atef al-Kahlout.
“Tenaga medis sudah kelelahan. Mereka telah bertugas 24 jam sehari sejak serangan Israel mulai merawat pasien yang terus berdatangan setiap menitnya,” tambah al-Kahlout. “Kami sangat membutuhkan pasokan medis, obat-obatan, dan bahan bakar,” katanya.
Selama berhari-hari, Kementerian Kesehatan di Gaza telah memperingatkan bahwa sistem kesehatan di wilayah Palestina dapat menghadapi kemungkinan kehancuran dalam beberapa hari karena kurangnya bahan bakar untuk menjalankan rumah sakit serta kekurangan pasokan medis.
Serangan brutal Israel ke Jalur Gaza yang disebut sebagai balasan serangan HAmas sejak 7 Oktober lalu sejauh ini telah merenggut lebih dari 5.000 jiwa. Kementerian Kesehatan Palestina menyebutkan 70 persen dari jumlah warga Palestina yang tewas di Jalur Gaza adalah anak-anak, perempuan, dan lansia, dengan rincian 1.903 anak-anak, 1.024 perempuan, dan 187 lansia tewas dalam agresi Israel.
Kementerian juga mengatakan bahwa 65 persen pusat layanan kesehatan di Gaza berhenti berfungsi dan 20 rumah sakit berhenti berfungsi sejak agresi tersebut.
Laporan tersebut menyatakan bahwa jumlah warga Palestina yang kini mengungsi akibat agresi Israel kini mencapai 1,4 juta orang. Kementerian Kesehatan menambahkan bahwa ada sekitar 166 kelahiran tidak aman per hari dan Kementerian memperkirakan 5.500 perempuan akan melahirkan bulan depan.
Sumber : Republika.