KILASBABEL.COM – Gabungan dua kota di Provinsi Bangka Belitung pada Oktober 2023 mengalami deflasi 0,31% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 0,90% (mtm).
Sedangkan secara tahunan Bangka Belitung mengalami inflasi 3,80% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya 3,55% (yoy), namun masih berada dalam sasaran inflasi nasional 3+1%. Sementara itu, tingkat inflasi tahun kalender tercatat sebesar 2,74% (ytd).
“Deflasi bulanan pada Oktober 2023 utamanya disumbangkan oleh kelompok makanan dengan andil -0,293%, seperti ikan kerisi, ikan kembung, dan ikan bulat, serta angkutan udara dengan andil -0.0412,” ujar Pelaksana Tugas Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Agus Taufik dalam siaran persnya, Rabu (1/11).
Agus menerangkan, secara spasial, Kota Tanjungpandan mengalami deflasi bulanan sebesar 0,62% (mtm), dan merupakan angka deflasi terdalam se-Sumatera. Deflasi bulanan terutama bersumber dari komoditas ikan kerisi, ikan kembung, dan ikan bulat.
Sedangkan secara tahunan, kata Agus, inflasi Kota Tanjungpandan sebesar 5,43% (yoy) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 120,87.
“Inflasi tersebut bersumber dari komoditas angkutan udara, beras, dan ikan bulat,” tutur Agus.
Sementara itu, dikatakan Agus, Kota Pangkalpinang mengalami deflasi bulanan sebesar 0,12% (mtm). Hal ini terutama bersumber dari tren penurunan harga komoditas angkutan udara, ikan selar, dan ikan tenggiri.
“Sedangkan secara tahunan, Pangkalpinang mengalami inflasi 2,88% (yoy) dengan IHK 115,58 yang bersumber dari komoditas beras, rokok kretek filter, dan angkutan udara,” ungkap Agus.
Agus mengatakan, meski di bulan Oktober Babel mengalami deflasi, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan terus memperkuat program-program pengendalian inflasi daerah.
TPID dan Bulog, ditambahkannya, terus menggalakkan operasi pasar atau pasar murah, stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) beras, serta sidak pasar.
Selama bulan Oktober 2023, dia menyebut, telah dilaksanakan operasi pasar murah pola subsidi di Kabupaten Bangka Barat, Bangka Selatan, dan Bangka Tengah menggunakan Dana Insentif Daerah (DID).
“Hingga Oktober 2023, telah terlaksana 209 kali operasi pasa atau pasar murah dan SPHP di Bangka Belitung. TPID Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga telah melakukan rapat koordinasi (high level meeting) untuk menjaga stabilitas harga pangan terutama beras serta melakukan pemantauan langsung ke gudang distributor dan pedagang eceran di pasar tradisional bersama Satgas Pangan,” katanya.
“Selain itu pemerintah provinsi juga telah menerbitkan Surat Edaran Gubernur Kepulauan Bangka Belitung No.510/244 tanggal 13 Oktober 2023 tentang Harga Komoditi Beras di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,” tambah Agus.
Lebih lanjut Agus mengatakan, ank Indonesia bersinergi dengan Pemerintah Daerah melalui program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) juga ikut serta mendorong ketersediaan pangan lokal melalui peningkatan luas tanam dan produktivitas komoditas pangan terutama pada aneka cabai, padi, bawang merah, sayur mayur, dan ikan air tawar.
Upaya-upaya tersebut, katanya, melibatkan kelompok tani, pondok pesantren, kelompok wanita tani, PKK, dan mitra lainnya guna mengurangi ketergantungan terhadap pasokan pangan dari luar Bangka Belitung.
“Beberapa panen yang telah dilaksanakan diantaranya panen bawang merah di Kelompok Tani Titian Tani Bangka Tengah dengan produktivitas 8ton/ha, panen cabe merah di Asosiasi Pelaku Usaha Cabai Bangka dengan produktivitas 12ton/ha, dan panen sayuran di piloting project kelurahan tanggap inflasi di Kelurahan Sinar Bulan dan Kelurahan Bukit Besar yaitu selada 17,6 kg dan kangkung 46,8 kg. Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pangan dari daerah lain,” tutup Agus.(bond)