KILASBABEL.COM – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memprakirakan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bangka Belitung hingga akhir tahun 2023 akan terus membaik.
Hal ini seiring konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah yang diprakirakan juga terus meningkat.
Menurut Pelaksana Tugas Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Agus Taufik, hal ini sejalan dengan penyelenggaraan event dan MICE oleh Instansi/Kementerian/Lembaga serta perayaan HBKN Nataru yang berlangsung pada triwulan IV 2023 diprakirakan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.
“Selain itu, hasil survei konsumen Bank Indonesia pada triwulan III 2023 juga menunjukkan keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian ke depan (Indeks Ekspektasi Konsumen) berada di level optimis dengan indeks 130,63,” ujar Agus dalam keterangan resminya, Selasa (7/11).
Namun demikian, kata Agus, ketidakpastian global yang masih berlanjut turut berdampak pada permintaan timah sebagai komoditas unggulan berpotensi menahan laju ekspor Babel tahun 2023.
Untuk itu, dia katakan, Bank Indonesia akan terus mendukung pemerintah daerah dan mitra strategis lainnya untuk memperkuat sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru antara lain sektor pertanian, pariwisata, hilirisasi/industrialisasi komoditas unggulan Babel yang berkelanjutan (green economy).
“Selain itu, pemberdayaan sektor UMKM dan penguatan digitalisasi daerah juga akan terus didorong melalui promosi produk-produk unggulan daerah dan literasi digital antara lain melalui pelaksanaan event strategis Explore Babel 2023, Festival Ekonomi dan Keuangan Syariah (Fesyar), serta Pekan QRIS Nasional Babel,” tutur Agus.
Agus mengatakan, berdasarkan rilis BPS, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bangka Belitung tumbuh 4,01% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,13% (yoy).
Menurut Lapangan Usaha (LU), lanjut Agus, sumber pertumbuhan ekonomi didorong oleh Industri Pengolahan, Konstruksi, dan Perdagangan. Sementara itu dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Babel utamanya didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi.
Sebagian besar, diakui Agus, LU menunjukkan kinerja positif, terutama LU Industri Pengolahan, LU Konstruksi, dan LU Perdagangan. LU Industri Pengolahan tumbuh 1,46% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,93% (yoy).
“Kinerja industri pengolahan utamanya ditopang oleh sub-kategori industri makanam dan minuman, terutama minyak kelapa sawit (CPO) dan turunannya yang mengalami peningkatan produksi. Namun demikian, penurunan ekspor logam timah menahan laju pertumbuhan industri pengolahan lebih lanjut,” jelasnya.
Sementara itu, Agus menerangkan, LU Konstruksi tumbuh signifikan yaitu 13,90% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,04% (yoy). Kinerja konstruksi didorong oleh meningkatnya pembangunan infrastruktur dan sarana fisik di wilayah Babel.
Adapun LU Perdagangan tumbuh 1,31% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 1,41% (yoy). Kinerja perdagangan disebabkan oleh meningkatnya volume barang yang diperdagangkan seiring dengan maraknya ritel modern dan lokal di Babel.
“Sementara itu, LU Pertanian tumbuh 3,20% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,06% (yoy). Pertumbuhan tersebut utamanya didorong oleh subsektor perikanan dan perkebunan terutama dampak peningkatan produksi kelapa sawit,” papar Agus.
Dari sisi pengeluaran, Agus menambahkan, konsumsi rumah tangga tumbuh 3,70% (yoy) didorong oleh momentum libur sekolah tahun ajaran baru serta cuti bersama HBKN Idul Adha 1444 H.
Katanya, laju konsumsi rumah tangga yang meningkat sejalan dengan kredit/pembiayaan yang tumbuh positif 13,15% (yoy) pada bulan September 2023. Sementara itu, konsumsi pemerintah tercatat tumbuh 0,14% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,09% (yoy).
Selanjutnya, dikatakan Agus, investasi (PMTB) tumbuh 4,75% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,09% (yoy) seiring realisasi belanja modal APBD untuk perbaikan dan perluasan jalan, pembuatan saluran air, dermaga, dan bangunin lainnya.
“Sementara itu, ekspor barang dan jasa masih terkontraksi sebesar 15,22% (yoy), dipengaruhi oleh penurunan nilai ekspor komoditas ikan dan udang, logam timah, dan produk galian,” tutupnya.(bond)