Bejat! Israel Serang Konvoi Kemanusiaan di Gaza

oleh -195 Dilihat
Perempuan terluka selepas serangan udara Israel di kamp pengungsi Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Selasa, 7 November 2023. - ( AP Photo/Mohammed Dahman)

KILASBABEL.COM – Militer penjajah Israel (IDF) terus menyasar fasilitas-fasilitas sipil yang krusial untuk keberlangsungan hidup warga Gaza. Yang terkini, konvoi kemanusiaan Bulan Sabit dan Palang Merah (ICRC), menjadi sasaran tembakan pendudukan Israel.

Kantor berita WAFA melaporkan, petugas media dan informasi di Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina, Nibal Farsakh, mengatakan konvoi kemanusiaan itu berupaya membawa pasokan medis dan makanan ke pusat-pusat medis di Kota Gaza, termasuk rumah sakit al-Quds yang menjadi sasaran tembakan pendudukan Israel.

Farsakh meminta komunitas internasional dan lembaga-lembaga kemanusiaan untuk mengambil tindakan guna menolak penargetan konvoi kemanusiaan. Ia mengatakan, serangan-serangan Israel itu membuat banyak organisasi tidak dapat membawa bantuan kemanusiaan ke gubernuran Gaza dan wilayah utara.

Serangan darat Israel sejak pekan lalu telah membelah Gaza menjadi dua wilayah, yakni di selatan dan utara. Bagian utara mendapat bombardir lebih berat dan jadi pintu masuk serangan darat Israel.

Israel telah memaksa ratusan ribu warga di utara Gaza mengungsi ke selatan, namun ratusan ribu masih tinggal memertahankan tanah mereka. Tentara penjajah juga saat ini menguasai segaris di tengah Gaza, juga menduduki jalan raya Salahuddin, akses utama antara utara dan selatan.

Nibal Farsakh menekankan bahwa upaya dan upaya harus terus dilakukan untuk mendatangkan bantuan ke Gaza, utamanya di utara mengingat bahwa semua rumah sakit mengalami kehancuran dan kelangkaan pasokan medis dan obat-obatan. Selain itu bahan bakar sejauh ini tak kunjung dibolehkan masuk ke Jalur Gaza.

Dia menekankan perlunya mendatangkan makanan dan air, yang penyediaannya telah menjadi tantangan besar di Gaza utara.

Farsakh menyatakan bahwa karena kekurangan bahan bakar yang parah dan ketidakmampuan menyediakannya selama beberapa hari terakhir, Masyarakat Bulan Sabit Merah memutuskan untuk menghentikan generator listrik di Rumah Sakit Al-Quds setelah pukul sembilan besok pagi.

Dia menambahkan, departemen operasi bedah juga akan berhenti bekerja, selain mengandalkan tabung oksigen dan menghentikan stasiun pembangkit oksigen selama periode saat ini. Selain itu, ia mengatakan generator berukuran besar tidak dapat dioperasikan dan mereka akan bergantung pada generator berukuran kecil.

Komite Bulan Sabit dan Palang Merah Internasional (ICRC) menyatakan sangat prihatin karena konvoi kemanusiaan mereka di Kota Gaza mendapat serangan Israel hari ini, Selasa.

ICRC menekankan kewajiban berdasarkan hukum humaniter internasional untuk menghormati dan melindungi pekerja kemanusiaan setiap saat.

Mereka menuturkan, konvoi lima truk dan dua kendaraan ICRC terkena tembakan Israel saat sedang membawa pasokan medis untuk menyelamatkan nyawa ke fasilitas kesehatan, termasuk ke Rumah Sakit Al-Quds. Dua truk rusak, dan seorang pengemudi luka ringan akibat serangan itu.

“Kondisi seperti ini tidak boleh terjadi kepada personel kemanusiaan,” kata William Schomburg, ketua delegasi ICRC di Gaza. “Kami di sini untuk memberikan bantuan mendesak kepada warga sipil yang membutuhkan. Memastikan bahwa bantuan penting dapat mencapai fasilitas medis adalah kewajiban hukum berdasarkan hukum humaniter internasional.”

Setelah kejadian tersebut, konvoi tersebut mengubah rutenya dan mencapai Rumah Sakit Al Shifa di Gaza yang mana konvoi tersebut mengirimkan pasokan medis. Setelah itu, konvoi ICRC menemani enam ambulans yang membawa pasien yang terluka parah ke penyeberangan Rafah.

Sebelumnya, serangan tentara Israel juga mengenai ambulans di luar Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza pada 3 November. Lembaga HAM internasional Human Rights Watch (HRW) menekankan, serangan itu “harus diselidiki sebagai kemungkinan kejahatan perang.

HRW mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dirilis hari ini bahwa mereka telah memverifikasi rekaman video dan foto yang diambil “segera setelah serangan” dan mewawancarai seorang saksi serangan tersebut.

Ditemukan bahwa video dan foto tersebut “ seorang wanita di atas tandu di dalam ambulans dan setidaknya 21 orang tewas atau terluka di sekitar ambulans, termasuk lima anak-anak”.

HRW, menambahkan bahwa mereka “tidak menemukan bukti bahwa ambulans digunakan untuk tujuan militer”. Klaim itu sebelumnya dikeluarkan oleh juru bicara militer Israel dalam sebuah video yang diposting di X setelah serangan tersebut. Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan bahwa seorang petugas medis dan sopir ambulans termasuk di antara orang-orang yang terluka dalam serangan tersebut.

Serang rumah sakit

Sementara itu, sejumlah rumah sakit juga terus terancam oleh serangan Israel. Dr Atef al-Kahlout, direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza, mengatakan kepada Aljazirah bahwa Israel terus mengebom lokasi di dekat rumah sakit, yang terletak di bagian utara Gaza.

Al-Kahlout juga mengatakan bahwa listrik di rumah sakit akan padam “dalam beberapa jam” karena kekurangan pasokan bahan bakar. Rumah sakit tersebut telah mengalami pemadaman listrik bulan lalu karena kekurangan bahan bakar.

Awal bulan ini, Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina, satu-satunya rumah sakit di Gaza yang menawarkan pengobatan kanker, tidak berfungsi karena kekurangan bahan bakar.

Aljazirah Arabia juga melansir bahwa sekitar Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza tengah dilanda pemboman dan penembakan suar.

Rumah Sakit Al-Shifa adalah fasilitas medis terbesar di Gaza kini menjadi rumah bagi puluhan ribu orang yang berlindung dari bom Israel.

Pada Selasa, pasukan Israel juga menyerang sistem panel surya untuk rumah sakit yang sudah berada di ambang kehancuran karena kekurangan bahan bakar, air dan obat-obatan itu. Daerah dekat Al-Shifa juga mengalami serangan hebat pada Ahad.

Israel mengatakan bahwa markas besar Hamas berada di bawah Al-Shifa, sebuah klaim yang dibantah oleh pihak berwenang Palestina dan pekerja kemanusiaan – dengan menunjukkan bahwa pernyataan tersebut menempatkan rumah sakit tersebut dalam risiko terkena serangan langsung.

Staf rumah sakit menolak permintaan Israel agar Al-Shifa dievakuasi. Mereka menekankan bahwa hal itu sama saja dengan membahayakan nyawa pasien.

Kian mengenaskan

Sebulan lalu, Israel melancarkan aksi penyerangan dan bombardir brutal ke Jalur Gaza. Mereka berdalih hal ini untuk membalas serangan pejuang Hamas yang diklaim menewaskan 1.400, terdiri dari tentara, polisi, milisi perbatasan, dan warga sipil. Serangan Israel dinilai banyak pihak sangat tak proporsional.

Dalam informasi terbaru mengenai jumlah korban pemboman biadab Israel di Jalur Gaza selama 32 hari ini , Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan bahwa 10.305 warga Palestina gugur. Jumlah itu termasuk 4.237 anak-anak, 2.719 wanita, dan 631 orang lanjut usia. Sedangkan lebih dari 25.000 orang terluka. Selain itu 2.350 orang, termasuk lebih dari 1.300 anak-anak, masih hilang.

Sedangkan di Tepi Barat, pasukan pendudukan Israel membunuh 163 warga Palestina dan melukai sekitar 2.300 orang sejak 7 Oktober.

Kementerian mengatakan 18 dari 35 rumah sakit di Gaza telah berhenti beroperasi. Sebanyak 71 persen dari semua fasilitas perawatan primer di seluruh Jalur Gaza telah ditutup karena kerusakan atau kekurangan bahan bakar. Dokter-dokter terpaksa melakukan operasi tanpa anestesi bagi mereka yang terluka akibat pengeboman dan perempuan yang melahirkan melalui operasi caesar.

Kementerian tersebut menambahkan bahwa 117.000 pengungsi, selain tenaga medis dan kesehatan serta ribuan pasien, masih tinggal di fasilitas kesehatan. Terdapat 1,5 juta orang menjadi pengungsi internal di Gaza, setara dengan lebih dari 70 persen populasi Jalur Gaza. Sekitar 690.400 orang tinggal di 149 tempat penampungan darurat milik Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

Terdapat juga 121.750 orang yang tinggal di rumah sakit, gereja dan bangunan umum lainnya, dan sekitar 99.150 di 82 sekolah non-UNRWA. Sebanyak 600.000 pengungsi lainnya tinggal bersama keluarga jauh, dan 150.000 warga mengungsi ke pusat penampungan dalam beberapa hari terakhir untuk mencari makanan dan layanan dasar.

Kementerian mengatakan bahwa 15 persen dari pengungsi yang terpaksa mengungsi menderita berbagai disabilitas, dan sebagian besar pusat penampungan tidak memiliki perlengkapan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini memperingatkan bahwa bencana kesehatan masyarakat akan segera terjadi mengingat adanya pengungsian massal dan kepadatan tempat penampungan yang berlebihan.

Defense for Children International-Palestine melansir, jumlah anak-anak yang dibunuh Israel dalam serangan sebulan belakangan lebih banyak dari jumlah total anak-anak Palestina yang terbunuh di Tepi Barat dan Gaza jika digabungkan sejak tahun 1967.

DCI-Palestina menambahkan bahwa selain anak-anak yang tewas di Gaza, sekitar 1.350 anak-anak hilang di bawah reruntuhan. “Sebagian besar dari mereka dianggap gugur”.

Di tengah kengerian dan kondisi yang jauh melampaui batas-batas kemanusiaan, Israel didukung sekutu utamanya Amerika Serikat terus menolak seruan gencatan senjata yang menguar di seantero dunia. Dewan Keamanan PBB tak lagi ada gunanya setelah resolusi gencatan senjata selalu diveto Amerika.

Mengetahui brutalnya aksi Israel di Gaza membantai warga sipil, Amerika Serikat juga terus mengirimkan senjata-senjata untuk negara kesayangannya tersebut. Mulai dari ribuan pucuk senapan M16 yang dikhawatirkan akan digunakan pemukim ilegal Israel menyerang warga Tepi Barat; berton-ton amunisi; hingga kesepakatan pengiriman rudal presisi senilai 320 juta dolar AS yang baru disepakati.

 

Sumber : Republika.

No More Posts Available.

No more pages to load.