KILASBABEL.COM – Banyak orang di zaman sekarang memilih pasangan melihat dari tampilan fisik dan harta semata. Padahal dalam Islam tidak diperbolehkan seperti itu, kita harus menerima apa adanya tanpa melihat dari buruk rupa maupun harta, sebab di mata Allah semua sama.
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian,” (HR Muslim).
Seperti kisah sahabat Nabi yang buruk rupa yang dijodohkan dengan wanita cantik, berikut adalah kisahnya dikutip dari berbagai sumber.
Dahulu ada seorang sahabat Nabi bernama Julaibib RA. Dia lahir didunia tanpa mengetahui siapa kedua orangtuanya dan dia tidak mengetahui nasabnya. Bagi masyarakat di zaman itu orang yang tidak memiliki nasab jelas merupakan suatu aib. Julaibib memiliki tampilan fisik bisa dibilang buruk rupa, sehingga karena buruk rupanya jarang ada orang mau mendekatinya.
Julaibib adalah orang yang sangat bertaqwa kepada Allah dan Rasulnya, dia juga adalah salah satu prajurit perangnya nabi Muhammad. Walaupun banyak orang mengucilkan dia tapi tidak dengan Nabi Muhammad. Suatu ketika selesai menjalankan salat Nabi sempat memanggilnya. “Julaibib, tidakah engkau ingin menikah?,”tanya Rasul dengan lembut sambil tersenyum kepadanya. “Siapakah orang yang mau menikahkan putrinya dengan diriku ini Ya Rasulullah?,” jawab Julaibib sambil tersenyum. Lalu Rasulullah menjawabnya dengan senyuman.
Julibib menyadari dirinya tidak mempunyai apa-apa dan menurut dia tidak ada seorangpun yang mau menikahkan anaknya untuk dia. Keesokan harinya Nabi Muhammad bertemu lagi dengan Julaibib, Lalu Rasulullah kembali bertanya kepada julaibib “Julaibib, tidakkah engkau menikah?” dengan jawaban yang sama Julaibib menjawab pertanyaan Rasulullah. Sampai pada akhirnya nabi Muhammad menarik tangan Julaibib dan mengajaknya ke suatu rumah pemimpin Anshar yang dikenal mempunyai anak yang sangat cantik.
Setibanya di rumah pemimpin Anshar, Nabi Muhmmad bertemu dengan ayah dari wanita yang cantik itu dan Rasulullah mengatakan.”Aku ingin menikahkan putri kalian,” kata Rasulullah pada si pemilik rumah. Melihat perkataan Rasulullah yang ingin menikahi anaknya sang pemimpin Anshar itu pun senang “Betapa indahnya dan betapa berkahnya,” Jawaban pemimpin Anshar dengan wajah yang senang, mengira bahwa sang Nabi lah calon menantunya. “Ya Rasulullah, ini sungguh akan menjadi cahaya yang menyingkirkan temaram di rumah kami.”
“Tetapi bukan untukku, Melainkan untuk Julaibib,” ujar Rasulullah. Sang pemimpin Anshar itupun kaget mengetahui bahwa anaknya akan dinikahi oleh laki-laki buruk rupa yang tidak diketahui nashabnya dan langsung mengatakan bahwa dia harus mempertimbangkan dengan istrinya. “Ya Rasulullah. Saya harus meminta pertimbangan istri saya tentang hal ini,” kata pemimpin Anshar.
“Dengan Julaibib?”, istrinya menjawab, “Bagaimana bisa? Julaibib berwajah jelek, tidak bernasab, tidak berkabilah, tidak berpangkat, dan tidak berharta. Demi Allah tidak. Tidak akan pernah putri kita menikah dengan Julaibib”.
Mendengar perdebatan itu sang perempuan yang cantik anak dari pemimpin Anshar itupun keluar. dan mengatakan “Siapa yang meminta?” lalu Sang ayah dan sang ibunya pun menjelaskan. Perempuan yang cantik ini memang dikenal salehah yang sangat mengerti dengan agama.
“Apakah kalian hendak menolak permintaan Rasulullah? Demi Allah, kirim aku padanya. Dan demi Allah, karena Rasulullah yang meminta, maka tiada akan membawa kehancuran dan kerugian bagiku”. Perempuan salehah itu lalu membaca ayat (yang artinya): “Dan tidaklah patut bagi lelaki beriman dan perempuan beriman, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. (QS. Al-Ahzab: 36)
Mendengar jawaban dari perempuan cantik nan soleha itu nabi Muhammad pun tertunduk lalu mendoakan sang perempuan itu. “Ya Allah, limpahkanlah kebaikan atasnya, dalam kelimpahan yang penuh berkah. Jangan kau jadikan hidupnya payah dan bermasalah,”
Maka benarlah doa Nabi Muhammad. Tak lama kemudian Allah karuniakan jalan keluar baginya. Kebersamaan di dunia ternyata tidak ditakdirkan terlalu lama. Meski di dunia sang istri salehah dan bertaqwa, tapi bidadari telah terlampau lama merindukan Julaibib di Surga. Julaibib, sahabat Nabi yang buruk muka, lebih pantas menghuni surga daripada dunia yang tidak bersahabat padanya. (*)