KILASBABEL.COM – Platform media sosial memiliki algoritma tersendiri untuk merekomendasikan konten-konten tertentu kepada para penggunanya.
Bahkan, berkaitan dengan adanya perang Hamas-Israel, sejumlah platform media sosial rupanya tidak berhenti menyajikan konten-konten tentang hal tersebut. Baik berupa informasi faktual maupun berita disinformasi dan ujaran kebencian.
Seperti yang dilaporkan BBC, Selasa (28/11), algoritma TikTok telah mengarahkan pengguna ke konten yang semakin memperpanas perang bahkan melibatkan tokoh-tokoh politisi.
Hal ini tentunya disebabkan oleh opini publik, bentuk protes, dan sebagainya. Misalnya, di Inggris, anggota parlemen dari Partai Demokrat Liberal Layla Moran, yang ibunya adalah warga Palestina, mengatakan kepada BBC bahwa dia dan politisi lainnya kebanjiran pesan yang mendesak gencatan senjata.
Hal tersebut diduga karena para pengirim pesan terinspirasi untuk bertindak setelah melihat video TikTok dan Instagram yang dibagikan melalui WhatsApp.
Marianna Spring, jurnalis BBC mengungkapkan, umpan atau feed TikTok-nya terus diselingi dengan video-video pro Israel atau pro Palestina. Dan pihak-pihak yang berseberangan sering kali saling mengkritik konten satu sama lain.
Dari kedua kategori konten tersebut, diketahui bahwa konten pro-Palestina tampaknya lebih populer di kalangan pengguna Gen Z–orang yang lahir antara tahun 1997 dan 2021.
Video TikTok dengan tagar “isatandwithpalestine” telah ditayangkan hingga 870 juta kali. Sementara itu, video dengan tagar “istandwithisrael” ditonton lebih dari 240 juta kali.
Hal ini serupa dengan situs berbasis video lainnya yang populer di kalangan pengguna muda.
Perbedaan Mencolok Antara Konten Pro Palestina dan Pro Israel
Ada perbedaan mencolok antara tampilan konten paling populer yang mendukung kedua belah pihak.
Misalnya, video dari blogger di Gaza dan pengguna pro Palestina yang mengomentari perang Israel-Gaza dari kamar tidur mereka, memicu reaksi paling positif di kalangan pengguna muda.
Sementara itu, dalam postingan blognya baru-baru ini, TikTok menyatakan, “Algoritma rekomendasi kami tidak ‘memihak’ dan memiliki langkah-langkah ketat untuk mencegah manipulasi.”
Perusahaan media sosial tersebut juga mengatakan bahwa dari 7 Oktober 2023 hingga 17 November 2023, pihaknya telah menghapus lebih dari 1,1 juta video di wilayah konflik karena melanggar peraturan.
Adapun video-video tersebut meliputi konten yang mempromosikan Hamas, ujaran kebencian, terorisme, dan misinformasi.
Pedoman komunitas TikTok juga melarang “konten yang mempromosikan Islamofobia atau antisemitisme”.
Sumber : Liputan6.com