BI Babel & Gapoktan Karya Bersama Perlang Panen Cabai Merah, Pasokan Pangan Lokal Bertambah

oleh -342 Dilihat
Foto: @bond/kilasbabel.com

KILASBABEL.COM – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bangka Belitung melakukan panen cabai merah di Desa Perlang Kecamatan Lubuk Besar Kabupaten Bangka Tengah, Kamis (7/12).

Sedikitnya ada 2.000 batang cabai merah yang siap panen di kawasan seluas seperempat haktare tersebut. Ribuan batang cabai merah ini merupakan milik Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Karya Bersama Desa Perlang.

Dari ribuan batang itu, BI Babel bersama Gapoktan Karya Bersama berhasil memanen sebanyak 150 kilogram cabai merah.

Panen cabai dihadiri Deputi Kepala Perwakilan BI Babel Agus Taufik, Wakil Bupati Bangka Tengah Era Susanto, Kepala Dinas Pertanian, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bangka Tengah Dr. Dian Akbarini, Ketua Gapoktan Karya Bersama Desa Perlang Defu Saputra.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Faturachman. (bond)

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Faturachman menuturkan, panen cabai ini masih dalam rangka Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Bangka Belitung.

“Kami sangat apresiasi kegiatan ini. Kami harap hasil panen cabai merah ini dapat membantu memperkuat pasokan cabai merah lokal, sehingga stabilitas harga cabai merah kembali terjaga di Bangka Belitung,” ujar Faturachman usai panen cabai.

Faturachman mengatakan, berdasarkan pemantauan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (KPwBI Babel), setidaknya terdapat lima kelompok tani di Provinsi Babel yang
telah memulai panen diantaranya Gapoktan Karya Bersama Desa Perlang, Kelompok Tani (Poktan) Pelita Bangka, Gabungan Kelompok Petani Belitung Timur dan Kelompok Tani Dukong Jaya Mandiri Belitung.

“Dari informasi lapangan yang kami dapatkan, pasokan cabai di Babel insyaallah akan terus meningkat. Bahkan masa panen akan berlangsung hingga Januari 2024. Jadi dengan demikian, harapannya kenaikan harga cabai yang belakangan ini kita lihat meningkat itu, bisa kita kendalikan,” kata Faturachman.

Namun demikian, dikatakan Faturachmam, meski nantinya harga cabai bisa dikendalikan, pihaknya berharap para gapoktan tetap mempunyai inisiatif untuk tetap menan cabai. Dengan begitu, katanya, diharapkan inflasi Bangka Belitung bisa tetap dalam kisaran 3±1 persen (yoy).

Lebih lanjut Faturachman menambahkan, KPw BI Bangka Belitung akan terus bersinergi dengan Pemerintah Daerah mendorong produksi pangan lokal untuk menurunkan ketergantungan terhadap pasokan dari luar daerah.

“Aneka pangan yang terus didorong dari sumber local antara lain komoditas cabai merah, cabai rawit, bawang merah, kangkung sayur mayur, padi, dan ikan budidaya,” tuturnya.

Sejalan dengan hal tersebut, dikatakannya, untuk memperkuat sinergi dan inovasi program pengendalian inflasi, khususnya komoditas cabai, Bank Indonesia juga bersinergi dengan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam program implementasi best practice pengembangan klaster ketahanan pangan, gerakan budidaya pangan mandiri, pemanfaatan pupuk organik dan penguatan kapasitas petani melalui capacity building.

“Besar harapan kita, dengan berbagai upaya ini, inflasi Babel tetap terjaga hingga akhir tahun, terlebih menjelang Natal dan Tahun Baru 2024,” kata Faturachman.

Wakil Bupati Bangka Tengah Era Susanto juga memberikan apresiasi terhadap Gapoktan Karya Bersama Desa Perlang yang dinilainya telah berhasil dalam melakukan penanaman cabai merah. Bahkan dia juga mengucapkan terima kasih atas dukungan yang telah diberikan BI Babel.

“Keberadaan gapoktan ini memang harus ada peran pemerintah baik itu provinsi maupun kabupaten. Dengan begitu, hasil yang ingin dicapai bisa optimal,” ujar Era.

Bahkan Era juga menyebut, pengendalian inflasi pangan ini memang harus ada peran serta pemerintah, dan salah satu upaya menekan inflasi itu adalah komoditinya.

“Untuk itu, petani cabai kita juga harus dipikirkan bersama hulu ke hilirnya. Jangan mereka disuruh nanam tapi marketnya tidak ada, karena petani ini umumnya mereka hanga menjual dari hasil panen saja. Tapi dari hulu ke hilir itu harus diperhatikan karena marketnya luas ini, bisa jadi cabai kering, bon cabe seperti itu,” ujar Era.

Karena itu, Era juga meminta agar anti setiap kecamatan di Bangka Tengah harus melakukan pemetaan masing-masing. Misalnya, di Kecamatan Lubuk Basar khusus cabai, sementara di kecamatan lainnya harus berbeda.

“Kebutuhan petani-petani kita juga harus diperhatikan, dukungan seperti pupuk, benih, alat dan tidak lepas dari dukungan kita semua,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Gapoktan Karya Bersama, Desa Perlang, Kecamatan Lubuk Besar Defu Saputra menyebut, pada hari ini total panen yang dihasilkan sebanyak 150 kilogram. cabai. Dan ini, katanya, memasuki siklus panen kedua.

“Panen pertama kemarin sudah 50 kilogram, panen kedua 80 kilogram, dan panen hari ini merupakan panen ketiga ada 150 kilogram,” kata Defu.

Defu mengatakan, setiap satu siklus panen cabai bisa menghasilkan hingga 700 kilogram cabai merah. Hasil tersebut, katanya, berdasarkan hasil panen pada siklus pertama sebelumnya.

“Ini nanti panen selanjutnya masih akan terus berlangsung mungkin sampai Januari nanti juga masih panen siklus yang kedua ini,” katanya.

Defu menambahkan, jenis cabai yang dihasilkan ini adalah jenis cabai lokal dari Sumatra Barat.

“Kalau harga jual bervariasi, kalau cabai inikan panennya tiga hari sekali jadi kadang setiap hari itu berbeda-beda. Kalau kita jualanya macam-macam ada yang jual di pasar, ada pengusaha yang ambil langsung, intinya penjualan kita tidak ada masalah,” tandas Defu.(bond)

No More Posts Available.

No more pages to load.