KILASBABEL.COM – Jaringan kedai kopi internasional Starbucks menghadapi serangkaian kemunduran dalam satu tahun terakhir akibat boikot dan pemogokan. Hal itu diikuti dengan penurunan nilai pasarnya sebesar hampir 11 miliar dolar AS yang terjadi pada akhir tahun 2023.
Perusahaan tersebut baru-baru ini menghadapi reaksi balik setelah kegagalan komunikasi seputar konflik antara Israel dan Palestina. Hal ini menjadi perbincangan setelah Starbucks Workers United, serikat pekerja yang mewakili banyak barista, menyatakan solidaritasnya dengan warga Palestina dalam sebuah cuitan di media sosial.
Pesan serikat pekerja dan tanggapan Starbucks yang memilih mengambil tindakan hukum terhadap serikat pekerja menyebabkan boikot dari pelanggan.
Dikutip dari Newsweek, Kamis (11/1/2024) kini muncul unggahan TikTok yang viral mengatakan Starbucks siap menyumbangkan uang ke Palestina dan CEO-nya, Laxman Narasimhan, “memohon pengampunan” dari pelanggan.
Sebuah unggahan oleh pengguna reeehan_950 pada tanggal 9 Januari 2024, dilihat 2,2 juta kali, mengeklaim bahwa Starbucks telah mengumumkan “mereka siap menyumbangkan uang ke Palestina dan mereka juga siap mendukung Palestina….karena boikot dan karena perusahaannya hampir bangkrut.”
Pengguna reehan_950 menambahkan bahwa Starbucks dan CEO-nya, Laxman Narasimhan, “sekarang memohon pengampunan.”
“Izinkan saya mengingatkan Anda pada awal genosida ini, setelah tanggal 7 Oktober, Starbucks mengumumkan bahwa mereka sepenuhnya mendukung Israel dan semua uangnya akan disalurkan ke Israel,” kata reehan_950.
“Dan bahwa Starbucks menentang Palestina dan Palestina, dan CEO tersebut, CEO yang sama yang saat ini sedang memohon pengampunan, adalah orang yang mengumumkan dalam konferensi pers bahwa dia akan selamanya menentang Palestina dan Starbucks akan selamanya pro-Israel.”
Baik Laxman Narasimhan maupun Starbucks tidak membuat pernyataan apa pun yang mendukung pihak-pihak yang berkonflik, dan mereka juga tidak mengatakan akan memberikan kontribusi keuangan kepada kelompok Israel atau Palestina.
Dalam pernyataan yang dirilis di situsnya pada 29 Desember 2023, Starbucks mengatakan, “Posisi kami tetap tidak berubah. Starbucks mewakili kemanusiaan. Kami mengutuk kekerasan, hilangnya nyawa orang tak berdosa, dan semua ujaran kebencian dan senjata.”
Meskipun pernyataan palsu tersebar melalui media sosial, Starbucks menyebut tidak memiliki agenda politik. “Kami tidak menggunakan keuntungan kami untuk mendanai operasi pemerintah atau militer di mana pun dan tidak akan pernah melakukannya.”
Dalam surat akhir tahunnya kepada para karyawan, Narasimhan menyebutkan “konflik” di seluruh dunia yang telah “meletakkan kekerasan terhadap orang-orang yang tidak bersalah, ujaran kebencian dan senjata, serta kebohongan—yang semuanya kami kutuk.” Surat tersebut tidak menyebutkan Israel maupun Palestina, namun mencatat bahwa “toko-toko pernah mengalami insiden vandalisme.”
“Kami melihat para pengunjuk rasa dipengaruhi oleh representasi keliru di media sosial tentang apa yang kami perjuangkan,” katanya.
“Kami telah bekerja sama dengan pihak berwenang setempat untuk memastikan mitra dan pelanggan kami aman. Tidak ada yang lebih penting. Pendirian kami jelas. Kami membela kemanusiaan.”
Perusahaan ini mengalami kesulitan pada tahun 2023 menyusul cuitan dari Starbucks Workers United. Cuitan tersebut, yang diposting tanpa izin dari para pemimpin serikat pekerja, menyatakan solidaritas terhadap warga Palestina tak lama setelah serangan 7 Oktober. Workers United kemudian mengatakan bahwa para pekerja memasang tweet tersebut tanpa izin dari pemimpin serikat pekerja.
Postingan tersebut telah dihapus, Starbucks mengeluarkan tindakan hukum terhadap serikat pekerja dan menyatakan “orang-orang secara keliru menghubungkan pernyataan ini dengan kami, karena Workers United, afiliasi dan anggotanya terus menggunakan nama, logo, dan kekayaan intelektual kami.”
Serikat pekerja telah menggugat kembali Starbucks, menuduh perusahaan tersebut mencemarkan nama baik.
Sumber : Republika.