KILASBABEL.COM – Surat Ar Ra’d ayat 26 berisi ihwal orang-orang yang telah diluaskan rezekinya selama menjalani kehidupan dunia. Mereka pun senang dengan kegelimangan harta itu. Allah SWT berfirman:
اَللّٰهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيَقْدِرُ ۗوَفَرِحُوْا بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا مَتَاعٌ ࣖ
“Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki). Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia hanyalah kesenangan (yang sedikit) dibanding kehidupan akhirat.” (QS. Ar Ra’d ayat 26)
Dalam Tafsir Al Mishbah, Prof Quraish Shihab menukil Al-Biqai yang menghubungkan ayat tersebut dengan ayat sebelumnya. Sebelum ayat itu, ada anjuran untuk menafkahkan harta karena ini merupakan salah satu cara yang paling ampuh untuk menjembatani apa yang diperintahkan Allah SWT. Lalu pada ayat sebelumnya juga disampaikan bahwa rahmat Allah dan anugerah kebajikan-Nya itu jauh dari orang-orang kafir.
Orang-orang kafir seolah berkata, “Mengapa justru kami yang Anda katakan jauh dari rahmat Allah padahal kami memperoleh rezeki yang banyak, sedangkan orang-orang beriman yang Anda nyatakan dekat kepada-Nya dan menghubungkan apa yang diperintahkan Allah untuk dihubungkan, tidak memperoleh rezeki sebanyak kami?”
Prof Quraish menjelaskan, ayat 26 Surat Ar Ra’d adalah untuk menanggapi orang-orang kafir itu. Bahwa Allah meluaskan rezeki bagi siapa pun, bukan berdasarkan keimanan dan kekufuran seseorang. Allah SWT meluaskan rezeki berdasarkan hukum-hukum perolehan rezeki yang ditetapkan-Nya, dan inilah cerminan kehendak-Nya.
Ayat itu juga menunjukkan, sebagaimana dijelaskan Prof Quraish, bahwa Allah SWT menyempitkan rezeki bagi mereka yang tidak memenuhi hukum-hukum itu.
Prof Quraish menguraikan, kata “mereka” dalam ayat 26 Surat Ar Ra’d merujuk pada orang-orang kafir. Mereka bergembira, berfoya-foya, dan durhaka dengan kehidupan di dunia, melalui kekayaan dan kesejahteraan dinikmatinya.
“Padahal kehidupan dunia yang mereka peroleh itu dibandingkan kehidupan akhirat yang akan dinikmati oleh orang-orang beriman, hanyalah mataa’, yaitu kesenangan yang sedikit lagi sebentar,” jelas Prof Quraish.
Dari sini muncul pertanyaan, mengapa Allah SWT melapangkan rezeki orang-orang kafir? Mengapa mereka tidak disiksa atau setidaknya jangan beri mereka rezeki yang berlimpah? Prof Quraish menjelaskan, perluasan rezeki adalah atas kehendak Allah SWT.
Selain itu, ayat 26 Surat Ar Ra’d ini tidak menyebut “kehendak-Nya” saat membicarakan penyempitan rezeki. Prof Quraish berpendapat, sebenarnya penyempitan rezeki pun atas kehendak-Nya juga, tetapi hal ini tidak disebut. Ini karena sudah bisa dipahami dari penyebutan sebelumnya, dan juga untuk menghindarkan dari Allah kesan negatif dengan melakukan penyempitan rezeki.
Adapun yang dimaksud kehendak Allah pada ayat 26 Surat Ar Ra’d, yaitu hukum dan berbagai ketentuan yang ditetapkan Allah tentang perolehan rezeki. Prof Quraish menjabarkan, hukum dan ketentuan Allah SWT tentang perolehan rezeki di antaranya adalah kerja keras, pemanfaatan dan penciptaan peluang, dan sebagainya.
“Siapa pun yang sungguh-sungguh berusaha, pintu rezeki dapat terbuka luas baginya. Itulah hukum yang ditetapkan-Nya sekaligus kehendak-Nya,” tuturnya.
Allah SWT berfirman:
وَقَالُوْا نَحْنُ اَكْثَرُ اَمْوَالًا وَّاَوْلَادًاۙ وَّمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِيْنَ قُلْ اِنَّ رَبِّيْ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيَقْدِرُ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ ࣖ
“Dan mereka berkata, “Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami tidak akan diazab.” Katakanlah, “Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasinya (bagi siapa yang Dia kehendaki), tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Saba’ ayat 35-36)
Prof Quraish menjelaskan, “tidak mengetahui” yang disebut dalam ayat itu ialah tidak mengetahui bahwa perluasan dan penyempitan rezeki itu bukan berdasarkan keimanan dan kekufuran.
Sumber : Republika.