KILASBABEL.COM – Pemilu 2024 telah berlangsung. Masyarakat akan mengetahui hasil suara masing-masing calon presiden dan wakil presiden. Namun, putaran dua bisa saja terjadi jika hasil suara bersaing ketat.
Untuk itu, masyarakat punya andil besar untuk memutuskan siapa yang menjadi presiden dan memimpin Indonesia selanjutnya. Lantas menjadi pemimpin bukanlah yang mudah, sebab tanggung jawabnya besar meliputi satu negara.
Dikutip dari NU Online, ada beberapa kriteria presiden menurut ajaran Islam. Tentu saja dalam sejarahnya, Nabi Muhammad SAW adalah role model atau pemimpin yang ideal dalam Islam.
1. Empat sifat wajib
Dalam diri Nabi Muhammad, ada empat sifat wajib bagi para nabi dan rasul, yakni siddiq (jujur), amanah (dipercaya), fathanah (cerdas), tabligh (menyampaikan). Keempat sifat ini dapat menjadi landasan kriteria pemimpin yang baik.
Dalam sebuah hadis riwayat al-Bukhari, Nabi Muhammad SAW menegaskan kepada sahabatnya untuk tidak ambisius meminta jabatan.
Dari Abdurrahman bin Samurah, beliau mengatakan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku: “Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah kamu meminta jabatan, sebab jika kamu diberi jabatan dengan tanpa meminta, maka kamu akan ditolong, dan jika kamu diberinya karena meminta, maka kamu akan ditelantarkan, dan jika kamu bersumpah, lantas kamu lihat ada suatu yang lebih baik, maka bayarlah kafarat sumpahmu dan lakukanlah yang lebih baik.” (Hadis riwayat Imam al-Bukhari).
2. Tidak rakus
Pemimpin tidak boleh memiliki sifat tamak dan rakus, sebabnya sifat tersebut masuk sifat buruk yang akan membawa kehancuran bagi negeri. Jika sifat tersebut tertanam dalam diri pemimpin, sudah pasti korupsi akan menjadi budaya dalam kepemimpinannya.
Kerakusan dan ketamakan akan melahirkan kecurangan ketika menjalankan kepemimpinan, sedangkan pemimpin yang curang disinggung oleh Nabi Muhammad SAW tidak Allah masukkan ke dalam surga. Dalam hadis riwayat Imam al-Bukhari:
“Tidaklah seorang hamba yang diserahi Allah untuk memimpin rakyat, lalu ia meninggal dunia dalam keadaan curang terhadap rakyatnya, kecuali Allah mengharamkannya masuk surga.” (Hadis riwayat Imam al-Bukhari)
3. Bertanggung jawab
Sifat amanah dan bertanggung jawab wajib dimiliki seorang presiden untuk memimpin Indonesia. Sifat ini adalah dasar yang akan berpengaruh saat sang presiden membuat suatu keputusan yang diambilnya. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Dari ‘Abdullah bin Umar radliallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketahuilah setiap dari kalian adalah seorang pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpin. Penguasa yang memimpin orang banyak akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, dan isteri pemimpin terhadap keluargan suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, budak juga seorang pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.”
4. Seorang ahli
Seorang pemimpin wajib seorang yang ahli, keahliannya dalam tata negara akan membawa rakyatnya dan negaranya stabil di berbagai bidang, baik kemananan, ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan dan lain-lain.
Memberikan kepercayaan kepada yang bukan ahlinya merupakan suatu tanda kehancuran, sebagaimana Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:
“Apabila sifat Amanah sudah hilang, maka tunggulah terjadinya kiamat”. Orang itu bertanya, “Bagaimana hilangnya amanah itu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat”. (Hadis riwayat Imam al-Bukhari).
5. Dicintai dan mencintai rakyat
Kemudian kriteria pemimpin selanjutnya yaitu yang dicintai dan mencintai rakyatnya.
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian cintai dan mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka pun mendoakan kalian. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian benci dan membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.” (Hadis riwayat Imam Muslim).
Penulis : Taufiq Syarifudin.