Prodi D III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang Ajarkan Tenaga Pendidik Terapi Bekam

oleh -54 Dilihat
Prodi D III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang Ajarkan Tenaga Pendidik Terapi Bekam. (ist)

KILASBABEL.COM – Prodi D III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang menggelar kegiatan In House Training for Nursing yang berjudul “Terapi Komplementer Bekam dalam Intervensi Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus”.

Kegiatan yang selenggarakan di Aula Lantai 3 Gedung A Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang ini diikuti seluruh Dosen dan Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) Prodi D III Keperawatan Pangkalpinang.

Direktur Poltekkes Pangkalpinang, Akhiat, SKM., M.Si, yang pada kesempatan kali ini diwakili oleh Wakil Direktur II, Nurhayati, M.Kes, menyatakan sangat mendukung kegiatan yang diselenggarakan oleh Prodi D III Keperawatan Pangkalpinang.

“Kegiatan yang di lakukan oleh Prodi Keperawatan ini saya rasa nyata kebermanfaatannya, karena selain menambah ilmu pengetahuan, kegiatan ini juga meningkatkan skill dosen maupun mahasiswa dalam melakukan terapi-terapi yang bersifat komplementer. Saya selaku pimpinan tentunya selalu mendukung, terutama dari segi birokrasi dan administrasi. Seluruh kegiatan ini di danai oleh DIPA Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang dan saya berterimakasih karena Prodi Keperawatan telah membantu dalam hal penyerapan realisasi anggaran peningkatan kapasitas dosen dan mahasiswa. Berkaryalah Prodi D III Keperawatan Pangkalpinang, jayalah selalu Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang,” kata Nurhayati dalam keterangan resminya, Rabu (3/7/2024).

Ketua Jurusan Keperawatan, Erni Chaerani, S.Pd., MKM menambahkan bahwa, tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk membekali para tenaga pendidik dan kependidikan mengenai salah satu jenis terapi komplementer khususnya bekam.

“Bedasarkan jurnal-jurnal evidence based practice, bekam terbukti efektif sebagai salah satu tindakan preventif dan promotif dari berbagai macam penyakit seperti kolesterol, asam urat, dan bahkan badan pegal-pegal,” jelas Erni.

Hal tersebut juta di benarkan oleh pemateri In House Training yaitu Ns. Aris Setyawan, S.Kep., MHPE. Aris mengatakan bahwa bekam juga dapat menjadi tindakan rehabilitatif.

“Pasien saya ada yang mengalami gagal ginjal kronik, dengan kadar ureum dan kreatinin yang tinggi, rutin di bekam selama 3 bulan, setelah itu saat cek lab lagi, turun nilai kadar ureum dan kreatininnya,” ucap Aris.

Pada hari pertama, kegiatan diisi dengan materi mengenai sejarah bekam, anatomi dan fisiologi tubuh manusia, konsep sehat dan sakit, standar operasional prosedur bekam serta kesehatan dan keselamatan kerja termasuk kedalamnya prinsip sterilisasi alat-alat bekam. Selain itu dibahas juga mengenai tatalaksana terapi bekam berdasarkan konsep keperawatan terutama untuk pasien diabetes mellitus.

“Terapi Bekam sudah masuk ke dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), yang artinya memang sudah di akui bisa menjadi salah satu intervensi keperawatan untuk menangani suatu penyakit. Bekam juga terbukti efektif dalam membantu menurunkan kadar gula darah pada pasien dengan Diabetes Mellitus. Saya juga memiliki pasien dengan Diabetes Melitus yang rutin berbekam, dan gula darahnya cenderung stabil,” jelas Aris.

Namun Aris menjelaskan bahwa ada beberapa poin penting yang harus di cermati jika hendak melakukan bekam pada pasien diabetes mellitus.

“Kita sudah mengetahui patofisiologi dari penyakit DM, sehingga kita juga paham bahwa pasien DM memiliki sifat jika memiliki luka sulit sembuh, terutama di bagian akral seperti kaki. Sehingga untuk pasien bekam, wajib hukumnya membekam di area sekitar jantung, tidak boleh membekam di area kaki. Selain itu usahakan maksimal 5 titik saja, untuk meminlimalisir terjadi perlukaan pada pasien DM,” katanya.

Dikatakan Aris, untuk mempraktikan bekam, diperlukan pemikiran kritis dan kemampuan untuk menentukan titik-titik penting yang memang aman dan perlu untuk di bekam.

“Poin penting dalam membekam itu adalah menentukan titik yang memang harus di bekam. Kita sebelumnya harus paham dahulu mengenai patofisiologi penyakitnya, mempertimbangkan keluhan-keluhan yang disampaikan pasien. Lalu menganilisis titik yang perlu di bekam berdasarkan panduan titik bekam. Usahakan titik yang di bekam adalah titik yang bisa mengurangi keluhan nyata dan yang sedang terjadi pada pasien. Lebih baik melakukan bekam dengan titik bekam sedikit namun rutin, daripada melakukan bekam dengan titik bekam yang banyak namun hanya sesekali,” jelas Aris.

Di hari kedua, setiap peserta di berikan kasus untuk di analisis bersama mengenai titik mana yang harus di bekam berdasarkan keluhan, Setelah berdiskusi mengenai kasus, seluruh peserta in house training diminta untuk melakukan praktik terapi bekam.

Sebelumnya, narasumber melakukan demonstrasi terlebih dahulu yang dimulai dari pengkajian mengenai keluhan pasien, implementasi bekam dan evaluasi.

Ada beberapa teknik bekam yang sering di lakukan berdasarkan panduan, namun teknik bekam yang di demonstrasikan oleh narasumber yaitu bekam basah dengan langkah Cupping-Puncture-Cupping.

Setelah itu, setiap peserta diminta untuk langsung melakukan praktik bekam dengan pasien masing-masing minimal 5 titik.

Karena itu, Aris menambahkan, melalui kegiatan ini diharapkan setelah mengikuti in house training ini, setiap peserta dapat mengaplikasikan ilmu bekamnya dalam kehidupan sehari-hari.

“Jangan lupa setelah melakukan bekam, alat harus di cuci bersih dan di sterilkan, karena rawan terjadi penularan penyakit terutama pada bekam basah, karena kita menusuk dan mengeluarkan darah pasien. Dan beritahu juga pada pasien kita agar jangan mandi minimal 2 jam pasca bekam dan jangan makan-makanan berlemak terlebih dahulu,” imbuh Aris.

Sementara itu, Ketua Pelaksana kegiatan, Ns. Dudella Desnani Firman Yasin, S.Kep., M.Kep menambahkan, bahwa ada tantangan dalam melakukan praktik bekam ini.

“Sebetulnya tindakan bekam ini tidak terlalu sulit, tidak seperti melakukan tindakan hecting atau pemasangan CVC yang memerlukan keterampilan khusus, namun jika belum terbiasa agak tricky juga, karena saat kita melakukan cupping, jika tarikan kurang kuat, cup nya terjatuh, jika terlalu kuat maka pasien kesakitan. Selain itu, saat melakukan puncture atau penusukan, jika terlalu dalam maka mengenai vena, sehingga darah yang keluar terlalu banyak, dan itu sebetulnya tidak boleh, jika terlalu dangkal, darah kotornya tidak keluar, dan malah hanya memberikan rasa sakit pada pasien. Maka harus benar-benar tepat dalam melakukan tindakan bekam ini,” tutup Dudella.(dom007)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.