KILASBABEL.COM – Rasulullah SAW telah memberi pesan soal apa yang akan terjadi di Palestina menjelang hari kiamat. Hal itu didasarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Hawalah Al Uzdi RA.
نزلَ عليَّ عبدُ اللَّهِ بنُ حوالةَ الأزديُّ فقالَ لي: بعثَنا رسولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ علَيهِ وسلَّمَ لنغنمَ على أقدامنا فرجعنا، فلم نغنم شيئًا وعرفَ الجَهْدَ في وجوهنا فقامَ فينا فقالَ: اللَّهمَّ لا تَكِلْهُم إليَّ، فأضعفَ عنهم، ولا تَكِلْهُم إلى أنفسِهِم فيعجزوا عنها، ولا تَكِلْهُم إلى النَّاسِ فيستأثروا عليهم ثمَّ وضعَ يدَهُ على رأسي، أو قالَ: على هامَتي، ثمَّ قالَ: يا ابنَ حوالةَ، إذا رأيتَ الخلافةَ قد نزَلَت أرضَ المقدَّسةِ فقَد دنَتِ الزَّلازِلُ والبَلابلُ والأمُورُ العِظامُ، والسَّاعةُ يومَئذٍ أقرَبُ منَ النَّاسِ من يدي هذِهِ من رأسِكَ
Abdullah bin Hawalah datang lalu berkata, “Rasulullah SAW mengutus kami untuk mendapatkan rampasan perang dengan berjalan kaki. Kemudian kami tidak mendapatkan sesuatu, dan beliau mengetahui kondisi berat pada wajah kami. Kemudian beliau berdiri dan berdoa:
Allaahumma laa takilhum ilayya fa-adh’ufa ‘anhum, wa laa takilhum ilaa anfusihim faya’jizuu anhaa, wa laa takilhum ilan naasi fayasta`ruu ‘alaihim.
Terjemahan: Ya Allah, janganlah engkau serahkan mereka kepadaku sehingga aku lemah (tidak kuat) menanggung mereka, dan janganlah Engkau serahkan diri mereka kepada mereka sehingga mereka tidak mampu menanggung diri mereka. Dan janganlah Engkau serahkan mereka kepada orang-orang sehingga mereka mementingkan diri mereka atas diri mereka.
Kemudian Nabi SAW meletakkan tanganku (tangan Abdullah bin Hawalah) di atas kepalaku. Lalu beliau bersabda, “Wahai putra Hawalah, apabila engkau melihat kekhalifahan telah turun di Tanah yang Suci (Palestina), maka sungguh telah dekat bencana gempa dan berbagai kesedihan serta perkara-perkara besar. Pada saat itu hari kiamat lebih dekat kepada orang-orang daripada tanganku ini ke kepalamu” (HR Abu Daud).
Turunnya kekhalifahan ke Tanah Suci sebagaimana tercantum dalam hadits tersebut yaitu merujuk pada datangnya dan berpindahnya kekhalifahan dari Madinah ke Tanah Suci. Tanah Suci dalam hadits ini adalah Syam atau Palestina. Adanya kekhalifahan di Syam ini pernah terjadi di masa Dinasti Bani Umayyah. Meski demikian, kekhalifahan di Palestina yang dinubuatkan Nabi masih sulit kembali terjadi pada masa kini. Terlebih, Palestina sedang menghadapi pendudukan dan penjajahan Israel.
Manshur Abdul Hakim dalam bukunya Syam Negeri Akhir Zaman mengatakan, menjelang hari kiamat, Al-Quds (Palestina) akan menjadi pusat kekhalifahan Islam meski belum terwujudkan.
Bagaimana Al-Quds menjadi pusat kekhalifahan Islam sementara sekarang berada di bawah jajahan Palestina?
Menurut Manshur, peristiwa tersebut tidak akan terjadi kecuali pada masa Al-Mahdi Al-Mumtazhar atau Imam Mahdi. Dia akan menjadi khulafurrasyidin terakhir. Manshur menegaskan, sebagian ulama melihat bahwa kembalinya Al-Quds ke pangkuan kaum Muslimin dan munculnya kekhalifahan Islamiyah melalui tangan Al-Qahthani berlangsung sebelum kemunculan Al-Mahdi.
Sebagian ulama, tulis Manshur, menilai, seseorang dari Al-Qahthani menyerahkan bendera kepada Al-Mahdi saat keluarnya dia. Al-Qahthani bergabung dengan Imam Mahdi untuk memerangi setiap kelompok yang memusuhi kaum Muslimin.
Kisah tentang siapa sebenarnya Al-Qahthani juga disebutkan dalam banyak hadits dan atsar yang shahih. Diantaranya, apa yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.
“Tidak terjadi kiamat sampai keluar seseorang dari (kabilah) Al-Qahthani menggiring manusia dengan tongkatnya. “(HR Bukhari,Muslim dan Nu’aim bin Hammad).
Hadits lainnya yakni:
“Akan datang setelahku masa kekhalifahan, setelah kekhalifahan, datang masa keamiran, setelah keamiran datang masa raja-raja dan penguasa-penguasa otoriter. Kemudian keluar dari ahlu baitku Al-Mahdi yang memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi kedurhakaan, kemduian memerintah setelahnya (seseorang dari) Al-Qahthani. Maka demi Dzat yang mengutus aku dengan benar, ia (Al-Qahthani) tidak datang sebelum ia (Al-Mahdi) muncul.” (HR Ath-Thabrani dalam Al Mu’jam Al-Kabir, Ibnu Asakir dan Abu Nu’aim).
Artinya, penulis asal Mesir ini mengatakan, pemimpin dari Al-Qahthani akan menjadi khalifah kaum Muslimin setelah Al-Mahdi wafat. Dia akan berperilaku mengikuti konsep Al-Mahdi.
Sumber : Republika.