Melanjutkan Revitalisasi Bahasa Daerah dalam Kurikulum Merdeka di Bangka Belitung

oleh -99 Dilihat
Foto : ilustrasi. (net)

Oleh :

Drs. Rusman, M.Si

(Fungsional Analis Kebijakan Ahli Madya pada Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung)

 

KILASBABEL.COM – Revitalisasi Bahasa Daerah menjadi isu utama ketika Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melaunching Merdeka Belajar Episode 17 tahun 2022 silam. Bahkan Menteri Nadiem Makarim menegaskan, revitalisasi bahasa daerah perlu dilakukan mengingat 718 bahasa daerah di Indonesia, sebagian besar kondisinya terancam punah dan kritis.

Ia mengungkapkan, Saat ini para penutur jati bahasa daerah banyak yang tidak lagi menggunakan dan mewariskan bahasa ke generasi berikutnya, sehingga khazanah kekayaan budaya, pemikiran, dan pengetahuan akan bahasa daerah terancam punah di lungkup generasi muda.

Kendati sudah dicanangkan secara nasional melalui Kurikulum Merdeka Episode 17, namun upaya Revitalisasi Bahasa daerah di sekolah-sekolah yang ada adi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung belum berjalan dengan optimal. Guna mengatasi hal tersebut, sudah saatnya bagi seluruh pemangku kepentingan di Bangka Belitung untuk lebih menekankan prinsip program revitalisasi bahasa daerah ini secara dinamis, adaptif, regeneratif dan merdeka berkreasi dalam penggunaan bahasanya.

Dinamis dalam hal ini harus  berorientasi pada pengembangan dan bukan sekedar memproteksi bahasa. Adaptif dengan situasi lingkungan sekolah dan masyarakat tuturnya. Regenerasi dengan fokus pada penutur muda di tingkat sekolah dasar dan menengah, serta merdeka berkreasi dalam penggunaan bahasanya di sekolah.

Apa yang harus dilakukan?

Foto : ilustrasi. (net)

Sasaran dari revitalisasi bahasa daerah ini, komunitas-komunitas penutur bahasa daerah, guru, kepala sekolah, pengawas, serta seluruh siswa di seluruh sekolah yang ada di Negeri Serumpun Sebalai. Sementara itu, untuk komunitas penutur, sejatinya pemangku kepentingan mulai dari Dinas Pendidikan, Kantor Bahasa, Balai Penjaminan Mutu Pendidikan harus melibatkan secara intensif keluarga, para maestro, dan pegiat pelindungan bahasa dan sastra dalam penyusunan model pembelajaran bahasa daerah, pengayaan materi bahasa daerah dalam kurikulum, dan perumusan muatan lokal kebahasaan dan kesastraan.

Institusi penanggungjawab harus melatih para guru ; mengadopsi prinsip fleksibiltas, inovatif, kreatif, dan menyenangkan yang berpusat kepada siswa; mengadaptasi model pembelajaran sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing; serta membangun kreativitas melalui bengkel bahasa dan sastra di masing-masing sekolah.

Siswa diarahkan dapat memilih materi sesuai dengan minatnya. Bangga menggunakan bahasa daerah dalam komunikasi. Didorong untuk mempublikasikan hasil karyanya, ditambah liputan media massa dan media sosial, dan didorong untuk mengikuti festival berjenjang di tingkat kelompok/pusat pembelajaran, kabupaten/kota, dan provinsi.

Urgensi Pelestarian Bahasa Daerah

Foto : ilustrasi. (net)

Keanekaragaman budaya menjadi semakin penting di era globalisasi yang semakin berkembang pesat. Tradisi, adat istiadat, dan seni budaya bukan satu-satunya komponen budaya suatu komunitas. Aspek budaya juga mencakup bahasa, yang berfungsi sebagai pilar utama yang mampu menyatukan masyarakat sekaligus mencerminkan identitas diri. Keanekaragaman budaya juga kaya akan pengetahuan, nilai, dan keyakinan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Untuk itu, kekayaan budaya ini harus dijaga dan dilestarikan.

Menjaga keanekaragaman budaya berarti melestarikan bahasa daerah. Sebagai bagian integral dari kebudayaan suatu wilayah, bahasa daerah memainkan peranan yang sangat penting untuk mempertahankan keanekaragaman budayanya. Bahasa lokal atau daerah adalah cara untuk berkomunikasi dan menunjukkan sejarah, nilai, dan identitas suatu masyarakat.

Bahasa daerah menunjukkan kekayaan budaya suatu wilayah selain sebagai cara untuk berkomunikasi. Bahasa mewakili identitas, prinsip, dan kebiasaan masyarakat. Selain makna literalnya ada hubungan yang kuat antara bahasa lokal dan budaya lokal. Bahasa lokal pertama-tama menunjukkan sejarah dan kemajuan sebuah masyarakat. Mempelajari bahasa daerah memungkinkan kita untuk melacak jejak sejarah suatu komunitas, termasuk interaksi dengan budaya lain yang mempengaruhi pertumbuhan bahasa. Misalnya, kosa kata dan struktur bahasa lokal dapat dipengaruhi oleh kolonialisme atau perdagangan antar bangsa.

Sayangnya upaya-upaya revitalisasi itu saat ini seperti berjalan di tempat. Kamus bahasa daerah (Bangka/Belitung)-Bahasa Indonesia yang setiap tahun diperbaharui cenderung mangkrak di lemari-lemari sekolah. Nuansa pembelajaran yang seharusnya penuh keceriaan dengan muatan lokal yang menarik, ternyata belum semua terlaksana. Beberapa pihak seperti Kantor Bahasa maupun Dinas Kearsipan dan Perpustakaan sudah intens menyelenggarakan agenda-aganda dan praktik baik dalam upaya pelestarian ini, namun hanya sebatas satu sektor dan belum multi sektor sehingga tujuan utama menyasar sekolah dan siswa belum semua terpenuhi. Intinya, revitalisasi bahasa daerah harus terintegrasikan dalam kurikulum sekolah secara terpadu dan terintegrasi.

Hal di atas harus dilakukan, mengingat Bahasa daerah juga merupakan bagian dari identitas budaya lokal. Nilai-nilai, norma, dan kebiasaan terkandung dalam setiap kata dan ungkapan bahasa lokal. Nilai-nilai ini sangat penting untuk kehidupan sehari-hari masyarakat di daerah tersebut. Salah satu cara untuk menunjukkan rasa kebersamaan dan solidaritas dalam komunitas adalah dengan menggunakan bahasa daerah.

Ancaman Terhadap Bahasa Daerah Dan Keanekaragaman Budaya

Salah satu kekayaan terbesar manusia adalah keanekaragaman budaya, yang menunjukkan warisan sejarah, nilai-nilai, dan tradisi yang telah diperkaya dari generasi ke generasi. Namun, keanekaragaman budaya dan bahasa lokal dihadapkan pada berbagai ancaman di tengah arus modernisasi dan globalisasi yang berkembang pesat. Dominasi bahasa asing, yang sering menyebabkan penurunan penggunaan bahasa daerah, merupakan ancaman utama. Bahasa-bahasa dunia seperti bahasa Inggris menjadi dominan dalam berbagai aspek kehidupan di era globalisasi, mulai dari bisnis hingga hiburan. Akibatnya, kesempatan dan kebutuhan untuk menggunakan bahasa daerah berkurang, dan generasi muda tidak lagi tertarik untuk mempelajarinya.

Selain itu, urbanisasi dan modernisasi meningkatkan tekanan pada kekuatan bahasa lokal. Disebabkan migrasi massal dari pedesaan ke perkotaan, generasi muda sering kali kehilangan hubungan dengan budaya dan bahasa asli mereka. Di perkotaan, bahasa daerah sering dianggap ketinggalan zaman atau bahkan dianggap sebagai beban sehingga terjadi penurunan signifikan dalam penggunaan bahasa daerah. Kurangnya kesadaran akan pentingnya mempertahankan bahasa lokal juga merupakan ancaman besar. Karena dianggap lebih bergengsi atau memiliki peluang karier yang lebih besar, banyak generasi muda yang lebih tertarik untuk mempelajari bahasa asing daripada bahasa daerah mereka sendiri. Akibatnya, bahasa lokal terancam punah, dan keanekaragaman budaya yang terkait dengannya juga terancam punah.

Hilangnya bahasa daerah memiliki dampak yang sangat besar terhadap keanekaragaman budaya dan identitas budaya. Hilangnya bahasa daerah juga menyebabkan kemunduran dalam pemahaman nilai-nilai tradisional. Selain itu, hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam ekosistem sosial dan kultural, serta mengurangi keragaman dalam pandangan dunia manusia.

Masyarakat Bangka Belitung tentu tidak menginginkan hal itu terjadi. Harus ada upaya bersama agar bahasa daerah maupun konten budaya lokal tetap hidup di tengah-tengah masyarakat terutama generasi muda kita saat ini.

Upaya nyata dan kerja sama dari berbagai pihak diperlukan untuk menghadapi ancaman tersebut. Untuk mempertahankan bahasa daerah dan keanekaragaman budaya, pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat secara keseluruhan harus bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran menjaganya . Hal ini dapat dicapai melalui pengembangan kurikulum sekolah yang memperhatikan bahasa daerah, mendorong penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari, dan mendukung berbagai program pelestarian budaya.

Untuk menangani tantangan pelestarian bahasa daerah, banyak orang harus bekerja sama dan berkomitmen. Dengan memahami betapa pentingnya menjaga keberlangsungan bahasa daerah sebagai bagian penting dari kekayaan budaya suatu wilayah, berbagai upaya dapat dilakukan untuk memastikan bahwa bahasa daerah tetap hidup dan berkembang. Pengembangan kurikulum pendidikan yang mempertimbangkan bahasa daerah merupakan upaya penting untuk melestarikan bahasa daerah. Sekolah-sekolah dapat memasukkan mata pelajaran bahasa daerah ke dalam kurikulum mereka untuk siswa mempelajari dan memahami nilai-nilai budaya dan sejarah yang terkandung dalam bahasa daerah tersebut. Selain itu, sangat penting bagi guru dan pendidik untuk memahami pentingnya bahasa daerah untuk memastikan generasi muda memahami dan menghargai bahasa daerah.

Langkah penting dalam pelestarian bahasa daerah adalah promosi dan revitalisasi penggunaan bahasa daerah dalam komunitas. Pemerintah setempat, komunitas lokal, dan lembaga budaya dapat bekerja sama untuk mengadakan berbagai kegiatan dan acara yang membantu orang menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, cara yang efektif untuk mendorong orang untuk menggunakan dan memperkaya bahasa daerah mereka adalah dengan mengadakan festival, kompetisi pidato atau sastra dalam bahasa daerah, dan menulis buku dalam bahasa daerah.

Selain itu, untuk mempertahankan bahasa lokal, dukungan dari pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat sangat penting. Untuk mendukung inisiatif pelestarian bahasa daerah, pemerintah dapat memberikan dukungan dalam bentuk dana dan kebijakan, seperti subsidi untuk penerbitan buku dalam bahasa daerah atau pembangunan pusat kebudayaan daerah. Di sisi lain, lembaga swadaya masyarakat dapat berfungsi sebagai penggerak dalam menyelenggarakan program-program pelestarian bahasa daerah di tingkat lokal, menarik dukungan dan partisipasi masyarakat dalam upaya tersebut.

Pendekatan teknologi untuk pelestarian bahasa daerah juga sangat penting. Berbagai dialek, kosakata, dan cerita rakyat dalam bahasa lokal dapat didokumentasikan dan disimpan dengan bantuan teknologi ini. Untuk melestarikan bahasa daerah yang terancam punah, proyek digital seperti basis data bahasa daerah, aplikasi kamus online, dan rekaman audio dan video cerita tradisional dapat menjadi sumber daya yang berharga.

Jika berbagai upaya bekerja sama, pelestarian bahasa daerah dapat menjadi upaya yang kokoh dan berkelanjutan. Ini dapat dicapai melalui upaya bersama dari masyarakat, pemerintah, lembaga pendidikan, dan lembaga swadaya masyarakat. Bahasa daerah akan tetap hidup dan berkembang sebagai bagian penting dari kekayaan budaya yang harus dijaga untuk generasi mendatang. (bond)

Drs. Rusman Somad, M.Si. (istimewa)

No More Posts Available.

No more pages to load.