Dilantik 20 Oktober, Ini Setumpuk PR Besar untuk Prabowo & Gibran

oleh -255 Dilihat
Foto : suara.com

KILASBABEL.COM – Perekonomian Indonesia tengah dilanda beban berat, menjelang pengambilan sumpah jabatan Prabowo Subianto sebagai Presiden RI pada 20 Oktober 2024.

Menteri Keuangan periode 2014-2016 Bambang Brodjonegoro bahkan memperkirakan, besarnya potensi ekonomi Indonesia tumbuh di bawah 5% pada kuartal III-2024 atau periode Juli-September 202.

Penyebabnya, selain badai PHK yang melanda Indonesia, dan turun kastanya kelas menengah di Indonesia, laju ekonomi akhir tahun juga akan melempem disebabkan tak adanya faktor musiman yang mendorong konsumsi dalam negeri.

“Sehingga ada kemungkinan kuartal III ini yang paling menantang, bisa-bisa tumbuhnya di bawah 5%,” kata Bambang Brodjonegoro dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, dikutip Jumat (18/10/2024).

Pemutusan hubungan kerja per September 2024 berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan memang telah membengkak, menjadi 52.993 tenaga kerja di Indonesia, naik 25,3% dari periode September 2023 di 42.277 tenaga kerja. Dibanding Agustus 2024 dan naiknya 14,6% karena saat itu sebanyak 46.240 tenaga kerja yang ter-PHK.

Seiring badai PHK yang terus menerjang kelas pekerja di tanah air, jumlah kelas menengah menyusut pada tahun ini. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS Pada 2014, jumlah kelas menengah masih sebanyak 43,34 juta orang lalu pada 2019 menjadi 57,33 juta orang. Sementara itu, pada 2021 jumlahnya merosot menjadi sebesar 53,83 juta orang, sedangkan pada 2024 sudah tersisa 47,85 juta orang.

Golongan kelas menengah yang merosot itu masuk ke golongan kelas menengah rentan dan golongan kelas rentan miskin. Sebab, sejak masa pandemi dua golongan kelas itu mengalami peningkatan jumlah.

Pada 2019, jumlah kelas menengah rentan atau aspiring middle class sebanyak 128,85 juta, lalu pada 2021 menjadi 130,82 juta dan pada 2024 menjadi 137,50 juta. Sementara itu, jumlah kelas rentan miskin naik dari 54,97 juta orang, menjadi 58,32 juta orang, dan pada 2024 menjadi 67,69 juta orang.

Kelas menengah ini bahkan tercatat tidak naik kelas menjadi kelas atas, sebab kelas atas hanya naik dari 2019 sebanyak 1,02 juta orang menjadi 1,07 juta orang pada 2021, dan pada 2024 masih sebanyak 1,07 juta orang. Sedangkan kelas miskin terus turun dari 25,14 juta, menjadi 27,54 juta, dan pada 2024 menjadi 25,22 juta.

Bambang mengatakan, permasalahan itu diperburuk dengan tingginya beban biaya hidup beberapa bulan terakhir, tatkala angka inflasi bahan pangan tembus di atas 9%. Kondisi itu membuat daya beli masyarakat kian melemah hingga kini muncul deflasi 5 bulan beruntun.

“Jadi saya melihat di sini ada kombinasi dari melemahnya income dari kelas menengah, serta meningkatnya kebutuhan untuk sehari-hari,” kata Bambang yang juga sempat menjadi Menteri PPN/Kepala Bappenas periode 2016-2019.

Oleh sebab itu, Bambang menganggap, kuartal III-2024 pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di level bawah 5%, merosot dari laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2024 yang sebesar 5,11% dan kuartal II-2024 dengan laju 5,05%.

“Jadi kuartal III ini yang paling berat, karena pemilu sudah selesai, kemudian ditambah dengan tidak ada juga kegiatan hari raya keagamaan yang besar,” ucap Bambang.

Kendati begitu, Bambang meyakini pertumbuhan keseluruhan tahun ini masih akan mampu terjaga di kisaran atas 5%, karena pada kuartal IV-2024 masih ada faktor musiman yang mendorong konsumsi masyarakat, seperti Pilkada serentak, dan perayaan Natal maupun Tahun Baru.

“Pasti akan memberikan dampak pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga sendiri, yang juga biasanya ikut membantu mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Jadi kalau dilihat secara umum, paling tidak 5% itu masih mungkin tercapai untuk 2024,” tegas Menteri Riset dan Teknologi periode 2019-2021 itu.

Prabowo sendiri sebetulnya sudah mengantisipasi besarnya potensi tekanan ekonomi pada masa pemerintahannya ke depan. Ia bahkan memasukkan “kurikulum” ekonomi saat menggembleng para Menterinya di Hambalang pada 16 Oktober 2024.

Salah satu calon menteri yang hadir dalam acara pembekalan di Hambalang, dan mengungkap isi acaramya adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). AHY sendiri saat ini menjabat sebagai Menteri ATR/ Kepala BPN di kabinet Presiden Jokowi-Wakil Presiden Ma’ruf Amin.

AHY mengungkapkan sejumlah isu utama yang jadi pembahasan dalam pembekalan tersebut. Menurutnya, hanya Prabowo yang memberikan arahan.

“Jadi tadi seharian kita semua diundang dan diberikan arahan dan juga penjelasan dari Presiden Terpilih kita pak Prabowo Subianto,” katanya.

“Dan tentunya beliau juga menjelaskan sekaligus memberikan gambaran tentang situasi dunia. Termasuk tantangan geopolitik, geoekonomi. Dan juga semua dampak terhadap Indonesia, dampak terhadap kawasan kita juga. Dari sisi ekonomi tentunya, politik, keamanan, pertahanan, dan sebagainya,” papar AHY.

Dari pembekalan tersebut, lanjutnya, Prabowo berharap agar semua peserta yang hadir memiliki pemahaman yang utuh.

“Untuk memiliki pemahaman yang utuh, untuk bisa melihat dunia, melihat Indonesia dan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki bisa menjalankan tugas-tugas ke depan,” ujar AHY.

Salah satu pemateri yang mengisi pembekalan Hambalang Retreat adalah Ray Dalio, founder dari Hedge Fund terbesar di dunia, Bridgewater Associates, yang mengelola dana sebesar US$ 112 miliar atau setara Rp 1.740,10 triliun. Forbes juga menempatkan Ray Dalio sebagai orang terkaya dunia peringkat 151 per 16 Oktober 2024 dengan kekayaan US$ 14 miliar setara Rp 217,55 triliun.

Ray Dalio mengisi acara pembekalan itu secara daring, sebagaimana dibagikan salah satu calon menteri Prabowo, Dito Ariotedjo melalui akun instagramnya. Menteri Pemuda dan Olah Raga kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo menjadi salah satu peserta pembekalan di Hambalang, kemarin.

“Hambalang Retreat,” tulis Dito dalam unggahan di akun instagramnya, dikutip Kamis (17/10/2024). (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.