KILASBABEL.COM – Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Babel memukan 2.119 berita hoaks di semester pertama tahun 2024 di Bangka Belitung.
Koordinator Mafindo Bangka Belitung, Suryani mengatakan hasil penelitian dan pengembangan (litbang) kemungkinan kenaikan angka hoaks dipicu oleh momentum politik seputar pilres dan pilkada.
Suryani menjelaskan, media sosial (medsos) facebok menjadi saluran favorit penyebaran hoaks mencapai 30,4 persen. Di tempat kedua youtube 21,8 persen dan tiktok 16,9 persen.
“Konten video lebih dominan dalam penyebarannya, memanfaatkan format menarik dan mudah diakses oleh berbagai kalangan,” ucapnya.
Menurut Suryani, terjadi pergeseran kebiasaan konsumsi berita pada pemilih pemula (Gen Z) dari generasi sebelumnya, di mana platform medsos seperti IG dan tiktok lebih mendominasi daei media lainnya, seperti televisi atau surat kabar.
“Generasi ini menghadapi lanskap politik melalui ponsel cerdas bukan melalui televisi. Sehingga generasi Z memiliki keterlibatan yang terbatas dari proses politik yang normal,” ucapnya.
Maka dari itu, Mafindo Babel kembali hadir menyapa mahasiswa Inpalas 12 Bangka untuk memberikan pemahaman sejak awal mengenai konsep demokrasi, ketahanan politik, serta peninderaan hoaks pasca pemilu.
“Serta mengajak mahasiswa memahami cara berpikir kritis sebagai pemilih pemula agar dapat berpartisipasi dalam Pilkada 2024, mampu memeriksa fakta dan menghadapi berbagai tantangan digital, serta berkomitmen untuk menjadi pemilih cerdas,” ujarnya.
Wakil Rektor I Institut Pahlawan 12, Ferdiana, menekankan pentingnya menumbuhkan literasi media di kalangan mahasiswa, terutama saat mereka bersiap memberikan suara pertama.
Hal tersebut dibenarkan oleh Ketua Yayasan INpalas 12, Maswan, yang menggarisbawahi pentingnya literasi digital di dunia saat ini. “Karena berita palsu terus berkembang secara masif, penting bagi kita untuk membekali mahasiswa dengan kemampuan sof skills yaitu kemampuan untuk berpikir kritis dalam menghadapi banjirnya informasi,” ujarnya.
“Dengan memberdayakan kaum muda untuk menjadi warga negara yang paham media, inisiatif seperti “Sekolah Kebangsaan Tular Nalar” memainkan peran penting dalam menjaga integritas pemilu dan mempromosikan pemilih yang lebih kritis,” kata Maswan kembali.
Seorang siswa, Sri Mawardiyah, berbagi antusiasmenya terhadap program ini, menyatakan, “Saya belajar banyak tentang cara mengenali berita palsu dan pentingnya memverifikasi informasi sebelum membagikannya,” ucapnya. (SP).