KILASBABEL.COM – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti buka suara soal usulan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati agar anak sekolah dasar (SD) mulai belajar mengenai saham dan perdagangan bursa.
Menurut Abdul Mu’ti, pembelajaran soal saham dan perdagangannya bisa menjadi bagian pembelajaran matematika dan ekonomi.
“Jadi mungkin pasar modal itu bisa saja menjadi bagian pengkajian di matematika atau pelajaran ekonomi dan sebagainya,” ujar Mu’ti dikutip dari DetikEdu, Rabu (8/1/2024).
Namun, dia harus mengkaji ulang wacana ini dan memastikan kurikulumnya. Dia berjanji akan membahas lebih lanjut.
“Soal kurikulum belum kami bahas ya, kalau semua diakomodir nanti nanti pelajarannya bisa 100 mata pelajaran,” tegasnya.
Menurut Mu’ti, saham bisa menjadi contoh pembelajaran terintegrasi. Hal tersebut berkaitan dengan deep learning. Adapun, deep learning yang dimaksud adalah mengintegrasikan pelajaran dengan aspek kehidupan sehari-hari, seperti perdagangan saham.
Wacana ini dilontarkan awalnya oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam pembukaan awal perdagangan saham 2025 pada 2 Januari 2025. Menurutnya, pembelajaran saham harus dimulai sedini mungkin, bahkan dari bangku SD.
“Seharusnya (saham) ini sudah mulai diajarkan bukan di tingkat mahasiswa lagi, tapi bahkan di tingkat sekolah dasar, sehingga mereka jadi lebih familiar dengan bursa efek,” ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani menuturkan tujuan pembelajaran saham ini agar siswa terbiasa dan tahu mengenai transaksi saham di bursa.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Frederica Widyasari Dewi mengatakan, OJK merespon positif pernyataan pemerintah ini. Ia mengungkapkan, di beberapa negara investasi pasar modal juga telah masuk ke kurikulum mata pelajaran sekolah.
“Sebenarnya di luar negeri, di beberapa negara yang kemarin sharing session, itu dari mereka banyak sekali yang edukasi tentang keuangan, itu sudah masuk ke kurikulum sekolah,” ujarnya.
OJK sedang berupaya bekerjasama dengan Kementerian terkait, yaitu Kementerian Pendidikan untuk membahas hal tersebut, sehingga pengelolaan keuangan sudah dipupuk sejak usia sekolah.
“Nah kita sedang berupaya, jadi kita sudah sering kerjasama dengan kementerian pendidikan, sudah sering. Tetapi harapan kita masuk ke dalam kurikulum. Jadi masuk ke dalam kurikulum sekolah, kalau bisa dari mulai dari SD, pengenalan uang, pengolahan keuangan, dari SMP, SMA, kuliah. Kuliah juga jangan cuma dari fakultas ekonomi bisnis, karena mereka pasti sudah ngerti.Tapi dari semua fakultas,” jelasnya. (*)