KILASBABEL.COM – Desa Penyampak di Kecamatan Tempilang, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), memiliki tradisi tahunan yang dikenal sebagai “Dodol Bergema”.
Tradisi ini dilaksanakan setiap bulan Sya’ban dalam kalender Hijriah sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang diterima dan untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.
Pada acara ini, sekitar 80% kepala keluarga di desa tersebut berpartisipasi dalam pembuatan dodol, baik secara massal maupun individu di rumah masing-masing.
Bella salah satu warga desa Penyampak melalui sambungan telepon dalam acara “Jelajah Negeri “ hari ini di Pro 1 RRI Sungailiat (Minggu, 09/02/2025) mengatakan bahwa kegiatan membuat dodol sudah menjadi tradisi dan acara ruahan di desanya.
“Pembuatan dodol dilakukan secara gotong royong di lapangan terbuka, di mana setiap keluarga membawa wajan besar atau “kawah” untuk memasak dodol, dan ini sudah dilakukan satu minggu sebelum acara puncak hari ini yang sekaligus dirayakan untuk menjamu tamu seperti lebaran”, ujarnya.
Ia menambahkan proses memasak ini memakan waktu sekitar 10 jam hingga dodol matang sempurna dan siap disajikan. Dodol yang terbuat dari bahan dasar tepung ketan, santan, gula, dan minyak ini kemudian dihidangkan sebagai buah tangan untuk para tamu saat acara Sedekah Ruah.
“Nanti para tamu terutama keluarga dekat akan diberikan oleh oleh-oleh berupa dodol, biasanya kami sekeluarga membuatnya sekitr 10 sampai dengan 15 kilo”, kata Bella.
Sementara itu Tama salah satu warga kota Sungailiat juga melalui sambungan telepon mengatakan bahwa sudah datang sejak pagi hari menghindari kemacetan untuk mengunjungi rumah keluarga untuk bersilahturahmi sekaligus mencicipi dodol khas desa Penyampak.
“Kalau sekarang sudah rumah kedua yang dikunjungi kebetulan tadi belum terlalu macet tapi kalau sekarang mulai jam 9 pagi sudah terjadi kemacetan karena memang setiap tahunnya tradisi ruahan di Penyampak ini cukup ramai”, katanya.
Menurutnya melalui tradisi ini tidak hanya sebagai bentuk syukur, tetapi juga sebagai ajang mempererat tali silaturahmi antarwarga.
“Melalui tradisi ruahan ini, kami bisa berkumpul, terutama kepada keluarga dan teman saling memaafkan serta saling berbagi kebahagiaan menjelang Ramadhan”, tambahnya. (*)