Kisah Sabang Nuhung Kakek 82 Tahun Jemaah Haji Tertua dari Belitung

oleh -242 Dilihat
Sumber foto : RRI.

KILASBABEL.COM – Di usianya yang telah mencapai 82 tahun, Sabang Nuhung bersiap menempuh perjalanan suci menuju Tanah Suci. Ia menjadi Jemaah Calon Haji (JCH) tertua dari Kabupaten Belitung tahun ini, membawa kisah penuh haru tentang tekad dan pengorbanan yang tak kenal lelah.

Sabang Nuhung, satu diantara 57 jemaah haji reguler Kabupaten Belitung yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 6, hari ini resmi dilepas menuju Asrama Haji Bangka Belitung.

“Umur saya 82 tahun, alhamdulillah tahun ini dapat giliran berangkat haji,” ujarnya kepada RRI dengan suara bergetar, namun sorot matanya tetap memancarkan semangat.

Sabang tinggal di Tanjung Binga, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, sebuah desa nelayan yang terhampar indah di pesisir barat Belitung. Di sana, angin laut yang asin dan debur ombak telah menjadi saksi perjalanan hidupnya sebagai nelayan bagan selama puluhan tahun.

Namun, sejak tujuh tahun lalu, ia tak lagi melaut. Tubuhnya yang dulu kuat kini mulai rentan. Ia hanya bisa bergerak dengan bantuan kursi roda, lututnya digerogoti asam urat yang membuatnya tak lagi mampu berdiri lama.

“Ini saya pakai kursi roda karena kaki sakit asam urat. Dulu saya nelayan bagan, tapi sekarang sudah enggak lagi, sudah tujuh tahun tidak kerja,” ujarnya, Kamis (8/5/2025).

Namun, semangat untuk menunaikan rukun Islam kelima tak pernah surut. Ia rela menjual sebidang tanah miliknya untuk melunasi biaya haji.

“Alhamdulillah, uang pelunasannya saya jual tanah, biar bisa berangkat tahun ini,” katanya sambil menatap jauh, seolah mengenang tanah yang dulu menjadi bagian dari kehidupannya.

Sabang mendaftar haji bersama sang istri beberapa tahun lalu. Namun, karena kuota dan aturan keberangkatan, keduanya harus berpisah untuk sementara. Sang istri baru akan berangkat tiga tahun lagi, sementara Sabang mendapat prioritas sebagai jamaah lanjut usia.

“Sebenarnya daftar kemarin sama istri, tapi istri kebagian berangkat tiga tahun lagi. Dan saya ini masuk kuota lansia, makanya bisa berangkat tahun ini,” lanjutnya, suaranya mulai bergetar, seolah menahan rindu yang berat.

Meski harus meninggalkan istri dan keluarganya untuk sementara, Sabang tak pernah surut dalam doa. Ia berjanji akan memanjatkan doa untuk tanah Belitung dan seluruh masyarakatnya.

Perjalanan ini mungkin akan menjadi yang terberat sekaligus terindah bagi Sabang. Namun, dengan setiap langkah yang diambilnya di Tanah Suci nanti, ia berharap bisa kembali ke Belitung dengan predikat haji yang mabrur, membawa cerita tentang iman, pengorbanan, dan cinta yang tak pernah lekang oleh waktu. (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.