KILASBABEL.COM, PANGKALPINANG – Dinamika politik menjelang Pilkada Ulang Kota Pangkalpinang 2025 kian menghangat. Salah satu pasangan calon yang mulai menarik perhatian publik adalah Prof. Saparudin dan Desi Ayutrisna.
Dalam sebuah dialog politik baru-baru ini, pasangan nomor urut tiga itu memaparkan secara terbuka visi, misi dan program kerja yang mereka tawarkan untuk menjawab berbagai persoalan mendasar yang masih dihadapi Kota Pangkalpinang.
Menurut Prof Saparudin yang biasa disapa Prof Udin, penyusunan visi dan misi tidak bisa dilepaskan dari realitas yang terjadi saat ini. Kota Pangkalpinang dinilai memiliki kekuatan besar, namun juga menghadapi tantangan serius yang perlu dijawab dengan strategi pembangunan yang tepat.
“Visi kami adalah menjadikan Kota Pangkalpinang sebagai smart city atau kota cerdas. Sebuah kota yang tidak hanya beradaptasi dengan perkembangan zaman, tetapi juga mampu bersaing dengan kota-kota maju lainnya, baik di tingkat nasional maupun global,” ungkapnya.
Lebih jauh, Prof Udin menegaskan bahwa smart city bukan sekadar jargon, melainkan kebutuhan mendesak bagi Kota Pangkalpinang. Dengan keterbatasan sumber daya alam yang dimiliki, satu-satunya modal utama kota ini adalah sumber daya manusia (SDM).
Oleh karena itu, kata dia, peningkatan kualitas SDM dinilai menjadi fondasi penting untuk mendorong transformasi kota.
“Kalau daerah lain mengandalkan sumber daya alam, kita harus mengandalkan SDM. SDM yang unggul, cerdas, dan berkualitas akan mampu mengelola pembangunan dengan baik. Inilah arah besar yang ingin kami capai,” jelasnya.
Salah satu masalah klasik yang menjadi sorotan adalah kebocoran Pendapatan Asli Daerah (PAD). Saat ini, berbagai sektor retribusi seperti parkir dan pengelolaan sampah masih dikelola secara manual dengan sistem karcis. Hal ini dinilai rawan penyimpangan dan membuat pendapatan daerah tidak maksimal.
“Kita masih tertinggal dari kota lain. Bayangkan, pembayaran parkir masih pakai karcis. Itu sangat rawan kebocoran. Dengan sistem digital, semua pembayaran bisa lebih transparan dan langsung masuk ke kas daerah,” terang Prof Udin.
Ia menambahkan, digitalisasi bukan hanya akan meningkatkan PAD, tetapi juga memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses layanan publik. Mulai dari pembayaran retribusi, pengurusan administrasi, hingga layanan kota lainnya akan diarahkan ke sistem berbasis teknologi.
Selain sektor keuangan, pasangan ini juga menyoroti pentingnya pemanfaatan teknologi dalam penanganan sampah yang selama ini masih menjadi persoalan di Kota Pangkalpinang. Dengan memanfaatkan berbagai inovasi, pengelolaan sampah bisa lebih efektif sekaligus ramah lingkungan.
“Kota yang cerdas harus mampu menata lingkungannya. Pengelolaan sampah berbasis teknologi sudah terbukti di banyak daerah. Jika ini diterapkan, kita bisa memiliki kota yang lebih bersih, sehat, dan nyaman untuk warganya,” tambahnya.
Visi smart city yang diusung tidak hanya berbicara soal teknologi, tetapi juga soal transparansi, akuntabilitas, dan tata kelola pemerintahan yang baik. Dengan sistem digital, alur birokrasi bisa dipangkas sehingga pelayanan menjadi lebih cepat, sederhana dan minim potensi pungutan liar.
Dessy Ayutrisna yang akrab disapa Cece Dessy menambahkan, semua program yang ditawarkan dirancang bukan hanya untuk kepentingan jangka pendek, melainkan sebagai investasi jangka panjang demi masa depan Kota Pangkalpinang.
“Kita ingin Kota Pangkalpinang sejajar dengan kota-kota modern di Indonesia, bahkan dunia. Bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga pola pikir masyarakatnya yang lebih maju, adaptif dan mampu menghadapi tantangan global,” tutupnya.(tim)





