Kualitas Jadi Pembeda, Ini Alasan Kompensasi Bijih Timah di Penambang

oleh -36 Dilihat
Pegawai PT Timah Tbk melakukan pencatatan balok timah siap ekspor. Pada Kuartal III Tahun 2022, PT Timah Tbk berhasil mencatatkan pertumbuhan laba hingga 87%. (Foto : Kumparan)

KILASBABEL.COM – Perbedaan harga bijih timah di kalangan penambang rakyat belakangan ini menjadi perhatian publik. Perbedaan harga ini karena faktor utama kualitas dan kadar kandungan timah (Sn) dalam bijih yang dihasilkan penambang rakyat.

Meski perusahaan seperti PT TIMAH Tbk sudah menerapkan sistem Nilai Imbal Usaha Jasa Penambangan (NIUJP) yang baik, ternyata nilai kompensasi bijih timah di lapangan bisa berbeda antara satu mitra penambang dengan yang lain.

Kondisi ini bukan disebabkan oleh ketidak konsistenan mitra usaha, melainkan karena perbedaan kualitas hasil tambang timah yang dihasilkan setiap penambang.

Seperti yang diceritakan Awan (25) penambang di Perairan Matras yang mengatakan, hasil tambang yang diperolehnya dihargai sekitar Rp75.000-100.000 perkilo gram basah. Hal ini karena kualitas timah yang dihasilkan tidak terlalu bagus.

“Kalau timah saya dibeli sekitar 75.000-100.000 karena memang hasil timahnya bisa dibilang hasil lowgrade. Kami menambang di bekas beroperasinya KPI jadi semacam timah tailing,” cerita awan beberapa waktu lalu.

Bagi Awan dirinya tidak masalah dengan harga tersebut, meski beberapa daerah harga timah dibeli dengan harga mencapai Rp160.000. Menurutnya, tergantung kualitas timah yang dijual.

“Kita tahu hasil timah yang bagus sama enggak, kalau yang daerah sini memang hasil timahnya cuma begitu. Kita juga enggak bisa maksa harus tinggi kalau kita tahu barangnya, jangan sampai CV enggak mau beli,” ujarnya.

Menurutnya, nilai imbal timah mereka sedikit naik dari sebelumnya, pasalnya kini dilirik oleh mitra sekitar Rp90.000-100.000 perkilogram.

“Sekarang ada kenaikan sedikit, kemarin saya jual Rp90.000 beberapa bulan yang lalu sekitar Rp75.000. Semoga nanti naik lagi, minimal naik Rp95.000,” harapnya.

Dengan nilai Rp90.00-100.000 ribu per kilogram dirinya bersama rekan-rekannya kadang-kadang bisa membawa pulang uang sekitar Rp150.000 per hari. Namun jumlah ini tidak menentu, tergantung hasil timah yang diperoleh.

“Kalau saya masih kerja sama orang, kadang dapat banyak, kadang dapat sedikit. Biasanya bisa dapat sekitar Rp150.000 sehari tapi kadang enggak sampe, karena kerja dilaut ini tergantung rezeki, tergantung cuaca dan tidak menentu,” ucapnya.

Berbeda dengan Faisal Penambang di Kawasan Rebo, mengatakan hasil tambang timahnya dinilai dengan harga Rp160.000-170.000 ribu per kilogram. Harga timah ini disebutnya sudah stabil dalam beberapa pekan ini.

“Kalau timah saya dibeli Rp160.000 ini sudah beberapa Minggu stabil dibeli sama mitra PT Timah karena kita bermitra. Sekarang nambang jadi lebih tenang,” kata Faisal.

Menurutnya, dengan harga Rp160.000 ini dirinya dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga, bahkan bisa untuk sedikit menabung. Namun, Ia berharap nilai imbal jasa penambangan timah di tingkat Penambang bisa naik sampai Rp200.000.

“Kalau harga stabil begini cukup untuk kebutuhan sehari-hari, bisa untuk beli mainan anak. Tapi semoga nanti bisa naik lagi sampai Rp200.000, kalau di sini memang lumayan bagus timahnya, tapi kadang untung-untung juga ada yang dapat timah kuning harganya lebih dibawah,” katanya

Dalam praktiknya, kadar timah dalam bijih yang dihasilkan penambang bisa sangat bervariasi. Faktor-faktor seperti metode penambangan, lokasi, jenis tanah, serta proses pencucian berpengaruh terhadap kadar logam yang dihasilkan. Bijih dengan kadar Sn tinggi akan memiliki nilai jual lebih tinggi dibanding bijih dengan kadar rendah.

Selain itu, faktor kebersihan material dan kadar pengotor seperti pasir atau mineral lain juga memengaruhi nilai bijih timah. Semakin bersih dan murni hasilnya, semakin tinggi harga yang bisa diberikan oleh perusahaan mitra kepada para penambang rakyat.

Perbedaan harga timah di lapangan bukan merupakan bentuk ketidakseimbangan pasar, melainkan konsekuensi logis dari perbedaan kualitas bijih yang dihasilkan. (*)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

No More Posts Available.

No more pages to load.