“Infinity Goes to Campus” Bangka Belitung: BI Babel Dorong Literasi Keuangan Digital Generasi Muda

oleh -44 Dilihat
Suasana "Infinity Goes to Campus" Chapter Bangka Belitung telah diselenggarakan sebagai hasil kolaborasi Bank Indonesia (BI) Provinsi Bangka Belitung dan Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), Selasa (25/11/2025).(Foto/Deno Oktavian)

KILASBABEL.COM, PANGKALPINANG – Program edukasi literasi keuangan digital “Infinity Goes to Campus” Chapter Bangka Belitung telah diselenggarakan sebagai hasil kolaborasi Bank Indonesia (BI) Provinsi Bangka Belitung dan Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), Selasa (25/11/2025).

Acara yang merupakan agenda Bulan Fintech Nasional (11 November–12 Desember) ini dihadiri oleh mahasiswa, komunitas hingga pelaku UMKM, dengan tujuan meningkatkan wawasan tentang manfaat dan risiko teknologi finansial (fintech) melalui penjelasan para ahli dibidangnya.

Hadir sebagai narasumber dari perusahaan fintech ternama di Indonesia, antara lain Antoni Kusuma (Wakil Presiden Indodax), Margaret Yonatan (Kepala Hubungan Pemerintah dan Bisnis Netzme), Dhea Sarah (Ahli Kebijakan Umum Senior DANA Indonesia), dan Harza Sandityo (Direktur Easycash). Mereka berbagi pengetahuan tentang produk fintech yang beragam, sesuai dengan pangsa pasar masing-masing – menunjukkan keragaman ekosistem fintech yang terus berkembang.

Baca Juga: Persempit Ruang Gerak Pelaku Kejahatan, Polsek Bukit Intan Dorong Warga Pasang CCTV dan Alarm Secara Masif

Dalam sambutannya, Kepala Kantor Perwakilan BI Babel Rommy S. Tamawiwy mengungkapkan bahwa peningkatan literasi keuangan menjadi hal penting di tengah pesatnya perkembangan teknologi finansial yang membawa peluang sekaligus risiko.

“Bank Indonesia terus mendorong edukasi dan literasi. Setiap masyarakat harus memahami perkembangan teknologi finansial, karena peluangnya terbuka luas, tetapi risikonya juga harus dipahami,” ujar Rommy.

Ia menyebutkan kehadiran berbagai narasumber pada acara ini diharapkan mampu memberi pemahaman komprehensif bagi para peserta, khususnya mahasiswa, mengenai dinamika dan tantangan digitalisasi keuangan saat ini.

“Kita sering melihat di berbagai platform, termasuk TikTok, banyak risiko-risiko terkait keuangan digital. Karena itu penting bagi kita untuk belajar, memahami tips dan mitigasinya,” katanya.

Rommy menegaskan bahwa ada tiga pesan utama yang ingin disampaikan Bank Indonesia, salah satunya pentingnya sinergi dan kolaborasi lintas lembaga dalam mendorong transformasi digital di sektor keuangan.

“Tanggal 30 dan 1 November kemarin, BI dan OJK baru saja menyelesaikan penyelenggaraan Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) dan Indonesia Fintech Summit and Expo (IFSE) 2025. Tahun ini adalah tahun persatuan karena keduanya diselenggarakan secara bersama, berbeda dengan sebelumnya yang dilakukan terpisah,” jelasnya.

Baca Juga: PLN Luncurkan Program Gelegar SwaCAM, Permudah Pelanggan Catat Pemakaian Listrik Mandiri

Menurut dia, semangat sinergi tersebut sangat relevan dengan identitas Provinsi Bangka Belitung sebagai daerah Serumpun Sebalai yang mengedepankan persatuan dan kebersamaan.

“Sinergi kolaborasi itu sudah menjadi ruh di Bangka Belitung. Acara ini juga bisa terlaksana karena semangat tersebut,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa generasi muda harus menjadi garda terdepan dalam memahami dan memanfaatkan teknologi keuangan digital, terutama karena mereka merupakan penggerak masa depan.

“Generasi muda Bangka Belitung harus canggih dalam digitalisasi transaksi dan fintech. Harus paham perkembangan teknologi keuangan, peluang dan risikonya, sehingga mampu melakukan mitigasi dan memanfaatkan transaksi digital secara optimal,” kata Rommy sembari berharap kegiatan Infinity Goes to Campus dapat menjadi ruang pembelajaran bagi mahasiswa dalam meningkatkan kompetensi dan kesiapan menghadapi era ekonomi digital.

Sementara itu, Manajer Madya OJK Provinsi Babel Andrias Masil menjelaskan bahwa fintech telah menjadi kekuatan penggerak transformasi sektor keuangan Indonesia, memperluas layanan keuangan, meningkatkan inklusi, dan membangun sektor keuangan yang tangguh. Kemajuan teknologi seperti AI, blockchain, dan IoT juga membuka peluang pengembangan aset digital termasuk kripto.

Baca Juga: Ringankan Biaya Pengobatan Warga, PT TIMAH Tbk Berikan Bantuan untuk Ryshabqi Alkhalifi

Andrias menyebut, data menunjukkan penetrasi internet di Indonesia mencapai 79,5% (sekitar 221 juta jiwa), dengan valuasi ekonomi digital mencapai 82 miliar dolar AS pada 2023. Jumlah perusahaan fintech juga tumbuh pesat dari 24 pada 2016 menjadi lebih dari 297 saat ini.

“Potensi besar ada di luar Jawa, di mana 45% populasi hanya 20% yang menjadi peminjam peer-to-peer lending – ini adalah celah yang bisa diisi fintech,” ujar Andrias.

Untuk mengatur perkembangan ini, lebih lanjut Andrias menyampaikan bahwa OJK telah meluncurkan Peta Jalan Pengembangan Inovasi Teknologi Sektor Keuangan pada Agustus 2024 berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023, dengan tujuan menciptakan industri yang terpercaya, stabil, dan memprioritaskan perlindungan konsumen.

Selain pengembangan, kata dia, perlindungan terhadap kejahatan digital juga menjadi fokus. OJK menginisiasi Indonesia Anti Scam Center (IASC) sebagai pusat koordinasi lintas lembaga antara OJK, BI, perbankan, e-money, dan e-commerce.

Sejak November 2024 hingga Oktober 2025, lanjutnya, IASC telah menerima lebih dari 200.000 laporan penipuan digital dengan kerugian total Rp7,3 triliun. Meskipun berhasil memblokir 510.000 rekening dan menyelamatkan Rp381 miliar, masalah utama adalah lemahnya kecepatan pelaporan korban.

“Kekuatan IASC ada di integrasi pemblokiran rekening, jadi harus lapor cepat sebelum dana ditransfer ke tempat lain,” pungkas Andrias.(eno)

No More Posts Available.

No more pages to load.