Kilas Babel – Setiap manusia terlahir dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun, kekurangan tersebut jika dilihat dari sudut pandang yang positif, justru membuat kita lebih bersyukur untuk terus semangat menjalani hidup.
Seperti halnya Via Farahdila (19), perempuan asal Aceh yang tunanetra dari lahir. Dari tahun 2020, ia menetap dan menjadi santri di Pesantren Tahfidz Qur’an Tuna Netra Sam’an, khusus untuk tunanetra. Via sendiri sudah hafal 13 juzz selama menjadi santri di sana.
“Alhamdulillah sekarang saya sudah hafal kurang lebih 13 juz,” ujar Via dalam program Sosok, Minggu (12/12)
Tidak hanya Via, ada pula Seno Soemadi (38) dan Ahmad Zulfikar Alfarizi (27) yang baru menjadi santri di tahun 2021 dan masih terus belajar membaca Al Quran braille. Mereka mengakui belajar menggunakan Al Quran braille sangat sulit, karena ada tanda baca yang harus dihafal dengan diraba.
“Karena kalau latin braille itu kan hanya alfabetikal. Kalau untuk sekadar titik dan koma hanya itu saja tanda bacanya. Kalau di Al Quran braille nya itu sendiri tanda bacanya banyak dan huruf tambahannya pun juga banyak. Jadi berapa titik yang harus kita hafalkan juga banyak,” ujar Seno.
Dengan keadaan tunanetra, tentu membuat Via, Seno, dan Fariz lebih belajar arti dari bersyukur. Dengan melihat sudut pandang yang lain, tentu hal tersebut menjadi lebih bermakna.
“Yang membuat saya bersyukur, saya merasa bahwa hidup saya ini benar-benar ditentukan oleh Allah SWT ya. Artinya, dulu saya seperti tidak merasakan hidup waktu masih bisa melihat. Kalau dengan keadaan yang tidak bisa melihat kayak gini kan yang menjadi penerang, yang menjadi harapan, yang menjadi pegangan itu hanya Allah SWT,” ujar Fariz.
Sama dengan pandangan Fariz, Via juga mengungkapkan hal yang membuat ia bersyukur.
“Saya itu meskipun tidak bisa melihat, tapi saya masih bisa membaca Al Quran. Saya juga menganggap diri saya itu sama seperti yang lain. Yang saya syukuri itu juga saya masih bisa merasakan kenyang,” cerita Via sembari tersenyum.
Tunanetra penghafal Quran lainnya, Seno, sampai menitikkan air mata ketika diberi kesempatan menyampaikan kisah hidupnya sebagai seorang yang memiliki keterbatasan.
“Yang membuat saya bersyukur, masih bisa diberi kesempatan untuk belajar Al Quran dan ketemu dengan teman-teman yang luar biasa di sini,” ujar Seno sembari menyeka air matanya.