TI Sebu dan TI Tungau; Istilah “Nambang” yang Viral Di Bangka

oleh -635 Dilihat
Sumber foto : babel.inews

Pangkalpinang – Kilas Babel – Masih ingat dengan istilah “ngobrol kek sabek” atau istilah satu ini, “ancok lilot/ancok kurau”. Berbagai jenis istilah yang “dihidupkan” oleh masyarakat Bangka Belitung memang tak ada habisnya. Padanan kosakata yang singkat, jelas, unik dan menarik memang menjadi ciri khas khazanah linguitik masyarakat di pulau penghasil timah ini.

Bicara mengenai kreativitas, bukan hanya pandai dalam membuat istilah-istilah pada kehidupan sehari-hari. Masyarakat di Bangka Belitung juga sangat cakap dan kreatif dalam segala aktivitas menambang, terutama menambang timah.

Beberapa bulan belakangan, sejak “gagahnya” harga timah, aktivitas tambang rakyat di Bangka Belitung cukup mengundang perhatian. Jika soal harga timah yang sedang jaya saat ini, mungkin sudah biasa dibahas. Tapi satu hal unik dan menarik terkait cara kerja penambang rakyat dalam memperoleh timah belakangan menuai perhatian pemerhati dan orang-orang di luar Babel.

Dua Istilah, TI Sebu! atau TI Tungau, yang kemudian padanan kosakatanya digeser masyarakat menjadi “nyebu” atau “nungau” viral saat ini. Maklum saja, aktivitas menambang timah dengan cara tersebut sangat populer dan cepat dalam menghasilkan “cuan”.

Rozak (57) salah satu dedengkot tambang rakyat, warga Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka mengatakan, aktivitas menambang dengan cara “nyebu” memang menjadi pilihan favorit para penambang. Selain modal yang dikeluarkan lebih murah dan efisien ketimbang tambang konvensional, “nyebu” juga  lebih efektif dari sisi mendapatkan hasil.

“Karena cara kerjanya sederhana, bermodal mesin robin, selang dan sumber air, nyebu lebih menjanjikan. Sebagian besar sekarang para penambang lebih pilih nyebu ketimbang TI sakan (media tambang dari papan*red),” tutur Rozak di kediamannya, Kamis (16/12).

Namun lanjut Rozak, hasil menambang timah tentunya tetap kembali ke rezeki masing-masing. Ia menjelaskan, kalau lokasi nambang yang dipilih tidak ada timahnya, kendati menggunakan alat berat sekalipun, tidak akan memberikan hasil.

“Makanya harus diperhatikan dulu lokasinya. Keuntungan nyebu ini, kita bisa garap ramai-ramai. Berkelompok. Tidak sikut-sikutan. Satu bidang lahan bisa dikerjakan sampai empat atau lima mesin robin. Kalau ngasil ya alhamdulillah. Kalau dak pun, dicari lagi lah,” pungkas Rozak.

Pria yang sudah puluhan tahun berprofesi sebagai penambang rakyat ini menjelaskan, cara kerja nyebu lebih mengandalkan mesin yang digunakan serta ketepatan dalam menentukan titik semprotan.

“Namanya juga nyebu. Istilah bahasa Indonesia nya tiup. Mesin tetap jadi andalan kita, baik untuk nyedot ataupun menyemburkan. Proses menyemburkan hasil isapan dari selang  inilah yang dikenal dengan nyebu. Karena dari proses nyebu inilah, tanah berikut timah-timahnya terhisap dan terhamburkan. Selanjutnya tinggal dipilah. Kalau istilah TI tungau, biasanya penambang di Bangka Barat yang pakai dan cara kerjanya sama” jelas Rozak. (mg2)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.